Pengembangan Model Pengelolaan Pasca Panen Buah Pisang Cavendish (Musa paradisiaca)

Abstract

Pisang sebagai salah satu komoditi pertanian mempunyai potensi besar dalam pemasaran lokal, regional maupun internasional. Menurut Cahyono (1995), Indonesia mengekspor pisang sebesar 46.270 ton dengan nilai US$ 14,828,000 pada tahun 1992. Sedang konsumsi iokal, menurut data BPS adalah 26,52 kg/tahun/kapita pada tahun 1988 meningkat menjadi 27,40 kg/tahun/kapita pada tahun 1992. Besarnya potensi pasar juga diikuti peningkatan produksi dan pengembangan budidaya yang ditekankan pada varietas cavendish. Di Jawa Timur, khususnya Mojokerto telah dikembangkan 1000 Ha tahan perkebunan pisang varietas cavendish. Potensi pasar dan produksi pisang yang besar tidak ada manfaatnya bila mutu pisang tidak dijaga dengan baik. Mutu yang rendah dapat terjadi karena kerusakan secara fisik, kimia dan mikrobiologis. Kerusakan lain yang cukup penting diperhatikan adalah kerusakan akibat proses fisiologis. Secara fisiologis, pisang masih melaksanakan respirasi dan memproduksi hormon pematangan (etilen). Oleh karena itu pengendalian respirasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam menjaga mutu dan memperpanjang masa simpan pisang. Penerapan perendaman pisang cavendish dalam 2 ppm BA dan penyimpanan pada 14°C dalam daerah MA ( 1 sampai dengan 4 persen 02 dan 4 sampai dengan 7 persen CO2) dengan kemasan polietilen densitas rendah membenkan masa simpan 42 hari. Pada masa simpan maksimum, pisang memberikan skor wama 7,00 dengan kadar gula reduksi 13,76 persen serta kerusakan 0 persen. Selama penyimpanan terjadi peningkatan skor warna, kadar gula reduksi, total gula, total asam, total padatan terlarut, rasio gula l asam, rasio berat daging I kulit, nilai tekstur daging dan kulit buah sects susut berat, namun demikian menurunkan pH, kadar tanin, rasio berat daging/kulit dan susut berat serta lama pematangan alami

    Similar works