Pembangkit Energi berbahan Bakar Bagasse

Abstract

Dalam industri tebu, selain dihasilkan gula sebagai produk utama, juga dihasilkan produk samping berupa ampas tebu (bagasse) yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini tanaman tebu di Indonesia digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula oleh Pabrik Gula. Sisa-sisa penggilingan berupa ampas tebu biasanya kurang dimanfaatkan secara maksimal. Produk samping ampas tebu ini merupakan biomassa yang mempunyai potensi pemanfaatan yang besar untuk dikonversi menjadi energi sehingga industri gula mampu menjadi industri yang memasok energinya sendiri (self-sufficiency energy). Oleh karena itu, dengan potensi yang dimiliki, maka pendirian Pabrik Energi dari Bagasse yang terintegrasi dengan Pabrik Gula adalah salah satu solusinya. Pabrik Energi dari Bagasse ini rencananya akan dibangun di Kelurahan Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pabrik Pembangkit Energi dari Bagasse dibangun pada tahun 2021 dan akan mulai beroperasi pada tahun 2023. Pabrik direncanakan beroperasi secara kontinyu 24 jam selama 300 hari pertahun operasi dengan perencanaan kapasitas 25.200 kg bagasse/on season dan 25.200 kg bagasse/off season untuk memproduksi 106,9335 MW listrik pada saat on season dan off season serta 158 ton steam on season untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dan steam pabrik gula. Untuk dapat mendirikan pabrik diperlukan modal sebesar Rp 1.770.120.485.662 sehingga dapat diketahui Internal Rate Return (IRR) sebesar 35,96% ,Pay Out Time (POT) sebesar 3,2 tahun, Sedangkan Break Even Point (BEP) yang diperoleh sebesar 21,43 %. Dilakukan juga perhitungan NPV (Net Present Value) dengan nilai Rp 2.710.774.358.373 . Ditinjau dari uraian diatas, maka secara teknis dan ekonomis, pabrik energi berbahan bakar bagasse layak untuk didirikan. ================================================================================================================================= In the sugar cane industry, besides producing sugar as the main product, side products are also produced in the form of bagasse which has not been used optimally. So far, sugar cane plants in Indonesia are used as raw material for making sugar by the sugar factory. The remnants of sugarcane bagasse milling cannot be used optimally. This sugarcane bagasse is a biomass that has a great potential to be used as energy needed by the sugar industry which is needed for industries that supply their own energy (self-sufficient energy). Therefore, with its potential, an Energy Factory from Bagasse which is integrated with the Sugar Factory is one of the solutions. The Energy Plant from Bagasse is planned to be built in Gempolkrep Village, Gedeg District, Mojokerto Regency, East Java. The Bagasse Power Plant was built in 2021 and will be operational in 2023. The plant is supported 24 hours for 300 days per year with a planned capacity of 25,200 kg bagasse / season and 25,200 kg bagasse / off season to produce 106,99335 MW of electricity during the season and out of season and 158 tons of steam in season to meet the energy needs and sugar factory steam. To be able to build a factory, capital is needed at Rp 1,770,120,485,662 so that it can be seen that the Internal Rate Return (IRR) of 35.96%, Pay Out Time (POT) of 3.2 years, while the Break Even Point (BEP) obtained is 21.43%. It is also expected to calculate the NPV (Net Present Value) with a value of Rp 2,710,774,358,373. Judging from the description above, it is technically and economically feasible to build a bagasse-fueled energy plant

    Similar works