PITUTUR LUHUR WATUKARU SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SISYA PERGURUAN SERULING DEWATA

Abstract

Pitutur luhur Watukaru merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh budaya nusantara. Tentu saja, pitutur luhur yang mengajarkan kepada manusia untuk selalu menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan negara, sehingga memiliki budi pekerti dan karakter yang baik, kuat, dan unggul untuk bangsanya. Dalam khasanah budaya Bali, pitutur dapat disampaikan melalui beberapa kemasan sarana. Salah satu sarananya yang masih efektif untuk menyimpan kearifan lokal tersebut ialah gending-gending tradisional Bali. Sarana sastra yang dimaksud tentu saja adalah hasil dari analisis keadaan yang tangkap pengarang atas pengilhaman hasil karya ciptanya. Pada susastra Bali, selalu mengandung nilai kebaikan. Diksi-diksi indah (rinengga) Bali yang terangkai dalam pitutur luhur menjadi media untuk menyampaikan informasi yang mengandung kearifan lokal berupa norma-norma yang berlaku di wilayah tertentu. Serangkaian norma tersebut sebenarnya dapat diwujudkan dalam berbagai jenis sastra, misalnya geguritan, cangkriman. Adapun rumusan masalah yang terdiri dari : 1). Bagaimana struktur teks Pitutur Luhur Watukaru di Perguruan Seruling Dewata? 2). Bagaimana interaksi intrapersonal dan antarpersonal sisya berdasarkan Pitutur Luhur Watukaru di Perguruan Seruling Dewata? 3). Bagaimana pemertahanan adat istiadat berdasarkan atas pitutur luhur watukaru di Perguruan Seruling Dewata? 4). Bagaimana identitas diri sisya berdasarkan atas Pitutur Luhur Watukaru di Perguruan Seruling Dewata?. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dimana hasil penelitian nantinya  akan diuraikan dalam bentuk kalimat. Dengan landasan teori mengacu pada teori Hermeneutika dan teori Struktural untuk membedah rumusan masalah yang dikaji. Pitutur luhur watukaru dianalisis menggunakan teori semiotik. Teori tersebut meliputi tiga hal yaitu : kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra. Kode Bahasa menggunakan ragam Bahasa bali halus dengan bercerita dengan kosa kata arkais. Kode budaya yaitu tradisi Hindu Bali kuno pada abad ke 5. Kode sastra terdiri dari 36.000 tutur dengan juru bicara sesepuh dan sisya sebagai pendengarnya. Interaksi intrapersonal sisya Perguruan Seruling Dewata adalah dengan pengendalian pikiran dan interaksi antar personal sisya Perguruan Seruling Dewata adalah membina hubungan yang baik dengan pelatih atau pengurus perguruan, sesama anggota Perguruan Seruling Dewata bahkan dengan tamu Perguruan Seruling Dewata. Pemertahanan adat istiadat berdasarkan atas Pitutur Luhur Watukaru di Perguruan Seruling Dewata yaitu dengan melestarikan ajaran Hindu Bali Kuno tradisi Pertapaan Candra Parwata yang sudah ada sejak abad ke V Masehi. Identitas diri sisya berdasarkan atas Pitutur Luhur Watukaru di Perguruan Seruling Dewata yaitu : 1) Bertingkah laku dan berbicara secara sopan, 2) Bersikap hormat rendah hati, toleran dan suka menolong, 3) Mau bekerja keras, jujur, sportif, dan mempertahankan harga diri, 4) Tetap menjunjung tinggi citra serta nama baik perguruan

    Similar works