Kesenian Jaranan sangat vital bagi masyarakat Kediri. Diuri-uri sebagai ikon budaya dan identitas daerah. Banyak versi kisah latar genealogis Jaranan, hal ini mengimbas pada samarnya makna sesungguhnya atas keberadaannya secara hakiki. Padahal mewujudnya kesenian, apalagi ketika telah menjadi ritus tentu dilatarbelakangi oleh suatu proses pergulatan baik pada ranah politik dan budaya yang dahsyat antara berbagai pihak.
Kajian ini termasuk penelitian kualitatif di bidang filsafat sejarah kebudayaan. Menelaah peristiwa dan bentuk-bentuk kebudayaan dalam batasan ruang dan waktu; mendekati hakikat sebagai sifat esensi manusia untuk mengatasi ruang dan waktu empiris, dimensi sejarah dan setempat, memandang kebudayaan dari segi realisasi kemanusiaan. Metode yang digunakan adalah pendekatan sejarah spekulatif. Menindaklanjuti temuan-temuan penelitian sejarah yang terkait dengan keberadaan serta relasi antara kerajaan Wengker dan Kadiri terutama dalam konteks kontestasi politik keduanya pada masa Jawa Kuno di Jawa Timur, kemudian merenungkannya untuk menemukan hikmah Hikmah kajian ini adalah bahwa kapanpun dan dimanapun
manusia selalu harus berani bertarung melawan kejahatan, meski
kejahatan mewujud dalam bentuk penguasa yang sangat mengerikan
sekalipun. Dan nilai yang paling urgen dari kesenian Jaranan
adalah lahirnya tradisi untuk selalu sadar dalam menjaga dan menjalin
kedekatan yang intens dengan alam, manusia dan Tuhan. Artinya,
melalui tradisi ini, manusia diharapkan mampu mencerminkan
kehidupan keseharian yang ulet, sederhana dan penuh kearifan
baik dalam konteks vertikal (ketuhanan) dan horizontal (alam dan
manusia).
Kata Kunci: Kontestasi, Jaranan, Fragmentasi, Genealogi,
Wengker, Kediri