Abstrak: Penulisan sejarah Banjar selalu saja didominasi oleh tema dan tokoh laki-laki. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan penulisan sejarah dengan tema dan tokoh perempuan agar tercipta sejarah yang androginus. Salah satu tokoh yang layak untuk ditulis adalah Ratu Zaleha, karena perlu diketahui latar belakang konstruksi sosial seorang perempuan yang mempunyai karakter tangguh itu sebagai bahan renungan untuk membentuk perempuan tangguh yang mampu bersaing dengan laki-laki pada masa sekarang. Untuk mengetahui hal itu, maka perlu dilakukan penelitian sejarah dengan melakukan proses heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi serta dibantu dengan pendekatan sosiologi gender. Dari metode sejarah dan pendekatan sosiologi gender itu diketahui bahwa pada tahun 1905-1906, Ratu Zaleha selalu berada di garis depan medan pertempuran sejajar dengan laki-laki seperti Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad Arsyad, dan Panglima Batur. Adapun sebab Gusti Zaleha mampu melakukan peran gender yang setangguh ini dikarenakan konstruksi sosial berupa bubuhan Pagustian yang selalu siaga perang sejak 1863. Kata Kunci: Ratu Zaleha, Peran Gender, Perang Banjar, Hulu Barito Abstract: The writing of Banjar history has always been dominated by male themes and figures. Therefore, it is necessary to balance it with the writing of history with female themes and figures in order to create an androgynous history. One figure worthy of being written is Ratu Zaleha, as her social construction as a tough woman provides a reflective material to form tough women who can compete with men in today's era. To understand this, historical research needs to be conducted by using heuristic, critical, interpretive, and historiographic processes with the assistance of a gender sociology approach. From the historical method and gender sociology approach, it is known that in 1905-1906, Ratu Zaleha was always at the forefront of the battlefield alongside men such as Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad Arsyad, and Panglima Batur. The reason why Ratu Zaleha was able to perform such a strong gender role was due to the social construction in the form of bubuhan Pagustian who have been ready for war since 1863. Keywords: Ratu Zaleha, Gender Role, Banjar War, Hulu Barit