Halusinasi masih menjadi masalah utama pada klien skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Terapi modalitas diperlukan untuk mendukung farmakoterapi pengobatan skizofrenia. Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mampu mengontrol halusinasi klien skizofrenia adalah stimulasi sensori. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melakukan pendampingan dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori pada klien skizofrenia yang mengalami halusinasi di RSJ Prof. M.Ildrem Medan. Kegiatan dilakukan dua kali dengan durasi 60 menit, terdiri dari sesi pembukaan, sesi mengidentifikasi halusinasi dan latihan menghardik, dan sesi evaluasi serta tindak lanjut. Pendampingan diberikan kepada enam klien skizofrenia yang dibagi menjadi tiga kelompok. Stimulasi sensori diberikan dengan permainan bisik kata dan mengidentifikasi suara. Hasil dan kesimpulan kegiatan pengabdian ini adalah sangat baik dimana klien mampu mengidentifikasi stimulus sensori yang diberikan. Klien juga mampu mengidentifikasi halusinasinya dan melakukan cara menghardik halusinasi yang benar. Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori sebaiknya rutin dilakukan untuk mengontrol halusinasi klien skizofrenia, serta melibatkan anggota keluarga untuk menghindari kejadian relaps atau rawat inap ulang

Beatry Sitanggang, Yohana

Derang, Imelda

Ginting, Friska

Hizkia Perangin-Angin, Indra

Khairani, Lenny

Lumban Gaol, Rusmauli

Siallagan, Ance

Simorangkir, Lindawati

English

Portal Jurnal Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

 p-ISSN: 2598-1218   Volume 6 Nomor 5 Tahun 2023 e-ISSN: 2598-1226   DOI : 10.31604/jpm.v6i5.1707-1713 MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat│1707   PENDAMPINGAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI PADA KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA MEDAN  Ance Siallagan1), Lindawati Simorangkir2), Friska Ginting 3), Imelda Derang4), Yohana Beatry Sitanggang5), Indra Hizkia Perangin-angin6), Rusmauli Lumban Gaol7), Lenny Khairani8)  1,2,3,4,5)Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan, 6,7)Program Studi DIII Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan, 8)Diklat Rumah Sakit Jiwa Prof.M. Ildrem Medan, anche.meys@gmail.com   Abstract  Hallucinations are still a major problem in schizophrenic clients who are treated in mental hospitals. Modality therapy is needed to support schizophrenia treatment pharmacotherapy. One of the therapy group activities that can control the hallucinations of schizophrenic clients is sensory stimulation. This community service activity aims to provide assistance in sensory stimulation group activity therapy for schizophrenic clients who experience hallucinations at Prof. M. Ildrem Medan. The activity was carried out twice with a duration of 60 minutes, consisting of an opening session, a session on identifying hallucinations and rebuking exercises, and an evaluation and follow-up session. Assistance is provided to six schizophrenic clients who are divided into three groups. Sensory stimulation is provided by playing word games and identifying sounds. The results and conclusions of this service activity are very good where the client is able to identify the sensory stimulus provided. The client is also able to identify his hallucinations and do the right way to rebuke the hallucinations. The implementation of sensory stimulation group activity therapy should be routinely carried out to control the hallucinations of schizophrenic clients, and involve family members to avoid relapse or re-hospitalization.  Keywords: group activity therapy, sensory stimulation, hallucinations.   Abstrak  Halusinasi masih menjadi masalah utama pada klien skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Terapi modalitas diperlukan untuk mendukung farmakoterapi pengobatan skizofrenia. Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mampu mengontrol halusinasi klien skizofrenia adalah stimulasi sensori. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melakukan pendampingan dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori pada klien skizofrenia yang mengalami halusinasi di RSJ Prof. M.Ildrem Medan. Kegiatan dilakukan dua kali dengan durasi 60 menit, terdiri dari sesi pembukaan, sesi mengidentifikasi halusinasi dan latihan menghardik, dan sesi evaluasi serta tindak lanjut. Pendampingan diberikan kepada enam klien skizofrenia yang dibagi menjadi tiga kelompok. Stimulasi sensori diberikan dengan permainan bisik kata dan mengidentifikasi suara. Hasil dan kesimpulan kegiatan pengabdian ini adalah sangat baik dimana klien mampu mengidentifikasi stimulus sensori yang diberikan. Klien juga mampu mengidentifikasi halusinasinya dan melakukan cara menghardik halusinasi yang benar. Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori sebaiknya rutin dilakukan untuk mengontrol halusinasi klien skizofrenia, serta melibatkan anggota keluarga untuk menghindari kejadian relaps atau rawat inap ulang.  Kata kunci: terapi aktivitas kelompok, stimulasi sensori, halusinasi.       MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6 No 5 Tahun 2023 Hal 1707-1713 1708  PENDAHULUAN Skizofrenia adalah salah satu penyakit neurologi yang mempengaruhi cara padang, cara berpikir, bahasa, emosi serta perilaku sosial (Livana, 2018). Ciri khas skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan sosial dan hubungan personal. Gangguan persepsi yang paling sering terjadi pada klien skizofrenia hingga menjadi bagian dari hidupnya ialah halusinasi. Klien skizofrenia biasanya mengalami stimulus sensori palsu baik berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan maupun penghiduan (Mone dan Antia, 2017).  Halusinasi merupakan suatu  keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus baik internal maupun eksternal   disertai dengan respon yang menurun, dilebih-lebihkan atau bahkan terjadi kerusakan respon (Hendarsyah, 2016). Klien yang mengalami halusinasi biasanya akan mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi atau dapat disebut stimulus palsu (Muhith, 2015).  Dampak perilaku klien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Klien akan panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini klien dapat melakukan percobaan bunuh diri, membunuh orang lain, dan juga merusak lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan penanganan halusinasi dengan segera dan tepat dengan langkah utama adalah membina hubungan saling percaya melalui komunikasi dengan klien halusinasi (Hidayah, 2015).  Upaya yang dapat dilakukan   untuk menangani klien halusinasi    adalah dengan melakukan tindakan keperawatan yaitu membantu klien   mengidentifikasi halusinasi, isi  halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul  dan respon klien ketika halusinasi muncul. Klien juga perlu dilatih mengontrol halusinasinya melalui strategi pelaksanaan halusinasi yakni menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan    orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal serta meminum  obat  dengan  teratur (Sutinah, 2020).  Dalam rangka memaksimalkan pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai strategi pelaksanaan tersebut, perlu dilakukan terapi aktivitas kelompok. Terapi aktifitas kelompok lebih efektif meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi responden (Sepalanita dan Khairani, 2019). Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis yakni terapi aktivitas kelompok sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita. Terapi aktivitas kelompok yang sesuai untuk klien dengan masalah utama perubahan sensori halusinasi adalah aktivitas berupa stimulasi sensori (Hidayah, 2015).  Terapi stimulasi sensori bertujuan untuk meningkatkan   kemampuan   sensori klien halusinasi dengan cara memusatkan perhatian, kesegaran    jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas    sebagai stimulus serta pengalaman   hidup   untuk didiskusikan dalam kelompok   (Handayani,  Sriati & Widianti, 2013). Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori ini juga menjadi sebuah upaya untuk memotivasi   proses   berpikir klien, mengidentifikasi halusinasi, latihan mengontrol halusinasi serta mengurangi  perilaku  maladaptif  (Ningsih  &  Ilyas, 2013).  Rumah Sakit Jiwa Medan yang menjadi mitra kerjasama pengabdian  Ance Siallagan,dkk. Pendampingan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori… 1709  masyarakat ini berdiri sejak tahun 1935, yang berkembang hingga saat ini dengan nama Rumah Sakit Jiwa Prof, M. Ildrem Medan, berlokasi di Jl. Tali Air No 21 Medan. Klien skizofrenia mendominasi ruang rawat jalan maupun rawat inap. Adapun masalah utama klien skizofrenia yang diidentifikasi adalah belum mampunya klien mengontrol halusinasinya. Kondisi tersebut melatarbelakangi urgensi pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Peningkatan perhatian serta edukasi terhadap klien skizofrenia diperlukan agar mereka mampu memperbaiki kondisi kejiwaannya.   METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, dilakukan kegiatan (1) survey mitra dan perijinan kesediaan mitra, (2) penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pengabdian, serta (3) persiapan pengabdian. Tim pelaksana PkM melakukan survey terhadap klien skizofrenia yang dirawat inap ulang di RSJ Prof.M.Ildrem Medan. Masalah utama yang terjadi adalah upaya mengontrol halusinasi yang belum mampu diterapkan oleh klien. Beberapa klien tampak berkumpul dan berkomunikasi, namun terdapat juga klien yang hanya berbaring di tempat tidur, ada juga yang menyendiri, senyum sendiri dan berbicara sendiri serta mondar mandir.  Tim PkM menyusun rencana pelaksaan terapi aktivitas kelompok, yakni terapi modalitas paling efektif untuk meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada klien skizofrenia, melalui stimulasi sensori. Persiapan kegiatan melalui pemilihan peserta terapi, yakni klien skizofrenia yang telah dirawat inap ulang akibat kekambuhan dalam satu tahun terakhir, terdiri dari enam orang. Pelaksana PkM terdiri dari tim STIKes Santa Elisabeth Medan bekerjasama dengan tim RSJ Prof.M.Ildrem Medan.  Kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori persepsi direncanakan dua kali dengan durasi maksimal 60 menit. Alat yang digunakan adalah pengeras suara, alat tulis, beberapa kertas untuk menggambar, speaker set, kursi dan meja. Pada tahap pelaksanaan, tim PkM melakukan kegiatan pendampingan terapi aktivitas kelompok pada klien skizofrenia yang mengalami masalah utama halusinasi melalui dua sesi yakni (1) mengidentifikasi halusinasi, isi, waktu dan respon klien saat terjadi halusinasi, (2) latihan menghardik halusinasi. Pendampingan dilakukan dalam bentuk mengajarkan cara mengidentiifkasi halusinasi dan berlatih cara menghardik halusinasi. Pada tahap evaluasi dilakukan (1) evaluasi secara kuantitatif dan kualitatif serta (2) tindak lanjut kegiatan.   HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pendampingan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori dilakukan pada tanggal 19 Mei dan 25 Mei 2023 pukul 09.30-10.30 WIB di ruangan terapi aktivitas kelompok RSJ Prof. M. Ildrem Medan. Kegiatan terdiri dari sesi pembukaan, sesi terapi dan sesi penutupan. Pada sesi pembukaan, tim terapis yakni tenaga kesehatan mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri dan mempersilahkan klien juga memperkenalkan diri mereka satu per satu. Terapis terbagi menjadi leader, coleader, fasilitator serta observer.  Leader berperan sebagai pemimpin terapi aktivitas kelompok,  MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6 No 5 Tahun 2023 Hal 1707-1713 1710  membuka dan menutup kegiatan serta bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan. Co leader bertugas sebagai wakil leader yang menjelaskan tata tertib pelaksanaan terapi sekaligus memandu kegiatan. Sementara fasilitator memiliki fungsi sebagai orang yang bertanggung jawab dalam memfasilitasi pelaksanaan kegiatan termasuk mendampingi klien selama kegiatan berlangsung. Observer bertugas melakukan observasi kepada klien selama pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori.  Setelah pembukaan dan perkenalan, klien dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari dua orang per kelompok. Pemilihan anggota kelompok dipandu oleh coleader, dengan permainan giring bola. Klien bersama dengan terapis menyanyikan yelyel yang telah dipelajari sebelumnya. Sesi pertama terapi diawali dengan permainan berbisik kata. Tiap anggota kelompok berbaris dan peserta pertama tiap kelompok maju untuk melihat kata yang akan dibisikkan kepada peserta berikutnya. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk memusatkan perhatian dan stimulasi sensori pada klien skizofrenia. Sesuai dengan pernyataan (Ibrahim & Devesh, 2019) bahwa secara tanpa disadari, perhatian klien tidak lagi terfokus pada halusinasi tetapi beralih kepada stimulasi sensori persepsi yang diberikan oleh terapis. Setelah melakukan tiga kali permainan bisik kata yang berbeda, maka klien didampingi dalam mengidentifikasi halusinasi.  Identifikasi halusinasi dimulai dari isi halusinasi yakni apa yang didengar atau dilihat. Selanjutnya waktu terjadinya halusinasi, mayoritas klien menjawab saat sendirian dan paling sering sore hari. Respon klien saat terjadi halusinasi adalah mengikuti dan menikmati halusinasinya, namun ada juga klien yang menghardik saat halusinasi muncul, tetapi hanya dalam pengawasan tenaga kesehatan. Hasil ini diperkuat oleh pernyataan Hawari (2009) dalam Halawa (2015) bahwa klien cenderung mengikuti  petunjuk yang diberikan halusinasinya. Hal ini disebabkan pengalaman sensori pasien menjadi berkuasa.  Pasien mulai menyerah untuk melawan halusinasinya dan membiarkan halusinasi  menguasai  dirinya. .     Gambar 1. Stimulasi sensori persepsi dengan permainan bisik kata dan identifikasi halusinasi. Sumber: Dokumentasi penulis, 2023  Setelah semua anggota kelompok masing-masing menjelaskan halusinasinya, terapis kembali memberikan stimulasi sensori dengan cara menebak suara. Suara yang diidentifikasi adalah suara beberapa hewan. Dalam permainan ini, seluruh kelompok mampu mengidentifikasi stimulus tersebut dengan benar meskipun membutuhkan waktu beberapa detik. Sesi berikutnya adalah Latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tiap kelompok didampingi oleh fasilitator belajar cara menghardik yang benar dengan menutup mata, menutup telinga dengan kedua tangan sambal menghardik berkata “pergi, kamu palsu, kamu tidak nyata”. Latihan menghardik dilakukan selama lima menit sebelum masing-masing kelompok menampilkan kemampuannya menghardik halusinasi. Pada sesi ini yang diobservasi terapis adalah kemampuan  Ance Siallagan,dkk. Pendampingan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori… 1711  menghardik halusinasi dengan cara menghardik yang benar, kekompakan kelompok dalam melakukan kontrol halusinasi melalui cara menghardik serta konsentrasi.  Kemampuan klien dalam mengendalikan halusinasi dapat dilatih melalui intervensi keperawatan berupa TAK stimulasi sensori untuk mengidentifikasi stimulus yang benar-benar nyata. Menurut Keliat (2015) dalam Karundeng dkk (2020) terapi  aktivitas  kelompok  stimulasi sensori akan   merangsang  panca  indera  untuk  mengekspresikan  apa yang  dirasakan oleh klien.   Menghardik halusinasi merupakan salah satu bagian psikoterapi dan rehabilitasi yang sering digunakan untuk mengontrol halusinasi dan berguna untuk meningkatkan kualitas hidup klien skizofrenia. Tindakan menghardik ini dilakukan dengan melatih klien mengucapkan tidak pada halusinasi yang dialaminya serta mengabaikannya (Pratiwi, 2018).  Setelah selesai latihan menghardik, klien dianjurkan kembali mengulang secara bersama cara mengidentifikasi isi halusinasi, waktu serta respon klien, dilanjutkan dengan menghardik halusinasi. Hasil evaluasi secara kualitatif diperoleh data bahwa ketiga kelompok sudah mampu mengidentifikasi halusinasi dengan tepat. Klien juga mampu mempraktikkan cara menghardik dengan menutup mata dan telinga serta mengatakan tidak pada halusinasinya. Peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi ini dipengaruhi oleh pelaksanaan terapi stimulasi sensori yang dilaksanakan.  Hasil pengabdian ini sejalan dengan pernyataan Hapsari dan Azhari (2020) bahwa terapi menghardik dapat  menurunkan  tingkat  halusinasi  pada  pasien skizofrenia, terutama bila dilakukan dengan rutin. Terapi modalitas dengan stimulasi sensori sebaiknya dipertahankan dan menjadi intervensi wajib bagi klien skizofrenia yang mengalami halusinasi. Terapi ini juga dapat mengurangi resiko kejadian relaps atau rawat inap ulang dengan melibatkan anggota keluarga dalam pelaksanaannya.        Gambar 2. Latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Sumber: Dokumentasi penulis, 2023  SIMPULAN Terapi stimulasi sensori pada klien skizofrenia yang mengalami halusinasi sangat efektif dibuktikan dengan antusiasme klien dalam kelompok, kekompakan kelompok serta fokus pada kegiatan dengan mengabaikan halusinasinya. Pada kegiatan ini, terapi stimulasi sensori yang diberikan mampu mengalihkan halusinasi klien. Klien juga mampu melakukan cara menghardik dengan menutup mata dan telinga serta mengatakan tidak pada halusinasinya.   UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan beserta seluruh peserta yang terlibat sehingga kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana dengan baik.   MARTABE : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6 No 5 Tahun 2023 Hal 1707-1713 1712    DAFTAR PUSTAKA Aristina  Halawa.  (2015).  Pengaruh  Terapi  Aktivitas Kelompok:  Stimulasi  Persepsi  Sesi  1-2  Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada    Pasienskizofrenia    Di    Ruang    Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. Jurnal Keperawatan, 4(1), 30–37 Delima Fitri Hapsari, & Azhari, N. K. (2020). Penerapan Terapi Menghardik Terhadap penurunan Skor Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA, 5(1), 29–34.   Handayani, D., Sriati, A., & Widianti, E. (2013). Tingkat Kemandirian Pasien Mengontrol Halusinasi setelah   Terapi   Aktivitas   Kelompok   The. Jurnal Keperawatan Unpad, 1(1), 56–62 Hendarsyah,  F.  (2016).  Diagnosis  dan  Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan Gejala-Gejala  Positif dan Negatif. Jurnal Medula Unila, 4(3), 57–62 Hidayah,  A.  N.  (2015).  Pengaruh  Terapi  Aktivitas Kelompok  Stimulasi  Persepsi-Sensori  Terhadap Kemampuan  Mengontrol  Halusinasi  Pada  Pasien Halusinasi   di   RSJD   dr.   Amino   Gondohutomo Semarang. Fikkes jurnal keperawatan, 8(1), 44–55 Karundeng, Y., dkk. (2020). Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori Dalam Upaya Pencegahan Gangguan Psikososial Lanjut Usia. Jurnal Ilmiah Perawat Manado JUIPERDO, Vol 08 (01): 159-170 Mone, F & Antia, A. (2017). Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi. Indonesian Journal of Nursing Health Science, Vol 2 (1) Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi Offset. Ningsih,   P.,   &   Ilyas,   M.   (2013).   Pengaruh   Terapi Aktivitas  Kelompok  Stimulasi  Persepsi  Terhadap Kemampuan  Mengontrol  Halusinasi  Pada  Pasien Halusinasi Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus DaerahPropinsi  Sulawesi  Selatan. Jurnal  Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 1–7. Pratiwi, Murni & Setiawan, Heri.   (2018). Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien  Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Kesehatan, vol.7, 2018, pISSN: 2301-783X Sepalanita, W dan Khairani, W. (2019). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok dengan Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari jambi, Vol 19 (2) DOI: http://dx.doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.690  Sutinah, S., Harkomah, I & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi, Jurnal  Ance Siallagan,dkk. Pendampingan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori… 1713  Pengabdian Masyarakat dalam Kesehatan, Vol 2 (2)                                                                                             

PENDAMPINGAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI PADA KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA MEDAN

http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/martabe/article/download/11150/pdf

PENDAMPINGAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI PADA KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA MEDAN

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Portal Jurnal Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan