MITOS KECANTIKAN DALAM NOVEL GENDUT? SIAPA TAKUT! KARYA ALNIRA: KAJIAN FEMINISME NAOMI WOLF

Abstract

Penelitian ini berfokus pada aspek bentuk dan pengaruh mitos kecantikan dalam novel Gendut? Siapa Takut! karya Alnira (2019). Analisis dilakukan dengan memanfaatkan teori feminisme Naomi Wolf. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) aspek unsur intrinsik dalam novel; (2) bentuk dan pengaruh mitos kecantikan dalam novel; dan (3) upaya tokoh utama perempuan melawan mitos kecantikan dalam novel. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data didapat melalui teknik baca dan catat. Teknik analisis meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Alur pada novel Gendut? Siapa Takut!karya Alnira adalah alur campuran. Tokoh utama perempuan dalam novel bernama Moza Aphrodite seorang perempuan bertubuh gendut yang berusia 28 tahun. Penggambaran latar dalam novel mencakup banyak tempat dengan waktu dan kondisi tertentu. Ditemukan 4 bentuk mitos kecantikan dalam novel, yaitu: (1) mitos berat badan ideal adalah yang bertubuh langsing, (2) mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik berdasarkan penampilan fisik yang menarik, dan (4) sindrom Barbie. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media.Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. Ditemukan 4 bentuk mitos kecantikan dalam novel, yaitu: (1) mitos berat badan ideal adalah yang bertubuh langsing, (2) mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik berdasarkan penampilan fisik yang menarik, dan (4) sindrom Barbie. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media.Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. Ditemukan 4 bentuk mitos kecantikan dalam novel, yaitu: (1) mitos berat badan ideal adalah yang bertubuh langsing, (2) mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik berdasarkan penampilan fisik yang menarik, dan (4) sindrom Barbie. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media.Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (2) berdasarkan mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik yang menarik, dan (4) sindrom fisik. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (2) berdasarkan mitos cantik berdasarkan usia, (3) mitos cantik yang menarik, dan (4) sindrom fisik. Pengaruh mitos kecantikan yang ditampilkan pada novel adalah; (1) budaya patriarki yang memperlemah kemajuan perempuan, (2) body shaming, (3) kriteria cantik yang mengkondisikan, dan (4) kelebihan budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (3) Kriteria cantik yang meng menarik, dan (4) kelebihan oleh budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri. (3) Kriteria cantik yang meng menarik, dan (4) kelebihan oleh budaya massa dan media. Upaya yang dilakukan oleh Moza sebagai tokoh utama perempuan untuk melawan mitos kecantikan yaitu dengan memupuk kekaguman pribadi, kepercayaan diri yang tinggi sehingga mencapai kemandirian, dan akhirnya mencapai fase penerimaan diri

    Similar works