Kelapa sawit telah menjadi komoditas unggulan untuk peningkatan perekonomian di Indonesia. Saat ini,
banyak masyarakat menggantungkan hidupnya pada sektor perkebunan dan agroindustri kelapa sawit melalui
pembentukan hubungan mata rantai pasokan. Pada rantai pasok kelapa sawit terdapat pelaku-pelaku usaha mulai
dari hulu hingga hilir. Namun saat ini, setiap pelaku memiliki nilai tambah yang berbeda-beda untuk setiap
levelnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukuran tingkat nilai tambah pada setiap level rantai pasok kelapa
sawit dan sekaligus menetukan strategi perbaikan nilai tambah di masa mendatang. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan dengan Metode Hayami, diperoleh nilai tambah pada level petani swadaya sebesar 18,6%, pedagang
20%, dan pabrik 28%, sedangkan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp 4.125.900, pedagang Rp
56.400.000, dan pabrik Rp 4.127.324.500. Kemudian, dengan menggunakan Metode Non-Numerical Multi Expert
Multicriteria Decision Making, telah diperoleh strategi yang direkomendasikan antara lain melalui perbaikan
GAP, dan pembentukan kerja sama dan kemitraan