Kebutuhan ubi jalar (Ipomoea batatas L.) diperkirakan akan semakin meningkat pada waktu yang akan datang, seiring pesatnya pertambahan penduduk dan berkembangnya industri berbahan baku ubi jalar. Ubi jalar Rancing banyak diminati oleh pasar domestik dan mancanegara karena memiliki karakteristik umbi yang manis seperti madu. Jenis ubi jalar ini rentan terhadap serangan penyakit Scab (Sphaceloma batatas L.) yang menyebabkan penurunan produksi. Untuk mengatasi hal ini, salah satunya dengan membentuk varietas ubi jalar tahan penyakit Scab yang dapat dilakukan melalui kultur in vitro. Metode kultur in vitro dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik melalui variasi somaklonal. Kendala kultur in vitro pada ubi jalar adalah tingkat kontaminasi yang tinggi dan metode sterilisasi eksplan yang tidak mudah. Perbanyakan secara in vitro memerlukan kondisi yang steril pada eksplan untuk meminimalisir kontaminasi yaitu dengan cara sterilisasi eksplan. Sterilan yang efektif digunakan untuk mengendalikan kontaminasi dalam penelitian ini adalah sodium hipoklorit (NaOCl). Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan ubi jalar secara in vitro adalah media pertumbuhan eksplan. Peningkatan keragaman genetik ubi jalar secara in vitro memerlukan zat pengatur tumbuh untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan kalus yang dihasilkan. Penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti sitokinin dapat meningkatkan pertumbuhan, pembelahan sel dan diferensiasi sel. Beberapa sitokinin yang digunakan yaitu 6-benzylaminopurin (BAP), Kinetin dan Thidiazuron. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi NaOCl dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap tingkat sterilisasi eksplan ubi jalar dan pertumbuhan induksi kalus ubi jalar.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sentral Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) pada bulan Juli 2021 hingga bulan April 2022. Penelitian terdiri atas dua tahap, tahap pertama adalah perlakuan sterilisasi dengan sodium hipoklorit (NaOCl) dan penelitian tahap dua adalah perlakuan berbagai macam ZPT. Pada penelitian tahap satu, metode pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi sterilan yang terdiri dari empat taraf yaitu NaOCl 1% (N1), NaOCl 1,5% (N2), NaOCl 2% (N3) dan NaOCl 2,5% (P4). Faktor kedua adalah durasi perendaman NaOCl yaitu selama 5 menit (P1), 10 menit (P2) dan 15 menit (P3). Masing-masing perlakukan diulang sebanyak tiga kali. Kemudian pada penelitian tahap dua, metode penelitian ini dirancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis ZPT yaitu 6- benzylaminopurin (BAP), Kinetin dan Thidiazuron. Faktor kedua adalah konsentrasi ZPT yaitu masing-masing 1,5 mg/l, 3 mg/l dan 4,5 mg/l. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) pada uji F taraf 5%. Apabila hasil dari uji F terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%