Energi surya adalah energi yang bersumber dari matahari dan memiliki potensi besar untuk
dimanfaatkan, salah satunya untuk dijadikan energi listrik. Sejalan dengan target bauran
EBT 23% pada 2025 di Indonesia melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), energi
surya menjadi salah satu energi terbarukan utama yang akan dikembangkan melalui panel
surya. Hal ini ditujukan sebagai salah satu upaya untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK), mewujudkan kemandirian energi di masa depan, dan membentuk sumber energi
dengan biaya terjangkau. Gedung Bersama Teknik Elektro Universitas Brawijaya (GBTE
UB) merupakan salah satu bangunan di lingkungan kampus UB yang akan menjadi objek
penelitian dalam studi ini. Tujuan diadakannya studi ini adalah untuk mengetahui kelayakan
pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap secara on-grid. Studi ini
dilakukan dengan meninjau kelayakan pemasangan dari dua aspek, yaitu aspek teknik dan
ekonomi. Terdapat beberapa software yang diperlukan dalam studi ini yang meliputi:
Helioscope, PVSyst 7.2, dan ETAP. Helioscope dan PVSyst 7.2 berguna dalam menentukan
jenis komponen yang tepat dan simulasi berbagai jenis plotting yang ada. Berdasarkan
simulasi, diperoleh bahwa sebanyak 46 modul Trina Solar TSM-PE14A 320 Wp dan sebuah
inverter berkapasitas 12 kW akan memberikan nilai Performance Ratio (PR) 80,7% dan
rasio DC/AC 1,23. Daya PLTS dengan total kapasitas 14,72 kWp dan energi lebih dari 18
MWh per tahun akan disuplai ke beban di GBTE UB. ETAP versi 16.0 berguna dalam
menentukan distribusi daya yang ada pada sistem. Tercatat, sebanyak 15,1 kVA daya yang
dipakai oleh beban masih membutuhkan daya dari PLN sebesar 8,14 kVA. Secara ekonomi,
nilai investasi awal yang diperlukan dalam memasang PLTS on-grid adalah Rp 208.619.628
dengan skema net metering 1:1. Artinya melalui skema tersebut, seluruh energi yang surplus
dapat diekspor ke jaringan PLN 100%. Simulasi menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp
256.265.384, IRR sebesar 19%, PP sebesar 6,45 tahun, dan PI sebesar 31,04. Berdasarkan
studi kelayakan, sistem PLTS ini berhasil dinilai layak untuk diterapkan sebagai upaya
mendorong akselerasi energi terbarukan di Indonesia