Interferon-Gamma dan Prokalsitonin Sebagai Prediktor Mortalitas Pada Pasien Sepsis

Abstract

Latar Belakang. Sepsis merupakan suatu keadaan terjadinya disfungsi organ dan mengancam jiwa yang diakibatkan oleh disregulasi respon imun host terhadap infeksi dan masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di dunia, sebanyak 20% kematian di dunia diakibatkan karena sepsis. Dari tingginya tingkat kematian karena sepsis, penentuan prognosis pada penderita sepsis penting dilakukan untuk menentukan pengelolaan pasien selanjutnya. Oleh karena itu dikembangkan biomarker yang dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) adalah sitokin proinflamasi yang sering ditemui pada fase awal terjadinya infeksi dan merupakan salah satu sitokin yang penting dalam respons pertahanan terhadap infeksi, sehingga dapat diandalkan dalam memperkirakan prognosis pada pasien sepsis. Pada kondisi sepsis juga sering terjadi koagulopati karena disfungsi mikrovaskular berakibat aktivasi endotel dapat diinduksi secara lokal. Berbagai macam senyawa fibrin dapat dideteksi dalam plasma dari pasien dengan aktivasi koagulasi intravaskular. Salah satu cara untuk mengetahui disfungsi mikrovaskular yaitu menggunakan Uji D-dimer. D-dimer dapat digunakan sebagai penanda kegagalan mikrosirkulasi. Hampir semua pasien yang dirawat dengan sepsis mengalami peningkatan kadar D-dimer yang sangat erat kaitannya dengan disfungsi organ. Baik MCP-1 maupun D-dimer merupakan parameter yang secara independen dapat memprediksi mortalitas pada pasien sepsis. Kombinasi keduanya diharapkan dapat meningkatkan nilai prediktor mortalitas pada penderita sepsis. Tujuan. Menentukan perbedaan kadar MCP-1 dan D-dimer pada penderita sepsis survivor dan non survivor. Mengetahui performa kombinasi MCP-1 dan D-dimer sebagai prediktor mortalitas pada penderita sepsis. Metode. Penelitian kohort prospektif ini melibatkan 83 penderita sepsis yang ditegakkan dengan kriteria SEPSIS-3 yang di rawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sejak Oktober 2019 sampai Nopember 2020. Sisa serum pasien suspek sepsis dikumpulkan. Kemudian, dilakukan pemilahan serum pasien berdasarkan rekam medis pasien apakah pasien memenuhi kriteria inklusi dan tidak tereksklusi. Lama rawat dan luaran pasien dicatat. Lalu, dilakukan pemeriksaan serologis MCP-1 menggunakan ELISA kit (LEGENDMAX) dan D-dimer menggunakan metode imunoturbodimetri (Sysmex). Data yang terkumpul dianalisis dengan uji normalitas distribusi, uji beda, analisis kurva ROC, analisis kesintasan menggunakan Kurva Kaplan Meier, Hazard Ratio menggunakan Cox regression. Hasil. Kadar MCP-1 dan D-dimer pada penderita sepsis non survivor lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kadar MCP-1 dan D-dimer penderita sepsis survivor (p 123,03 pg/mL adalah 81% dan 80% dengan AUC 89,2% (95% CI 81,1%-97,3%) p=0,000, ix sedangkan sensitivitas dan spesifisitas D-dimer pada cut-off > 43,5 mg/L FEU sebesar 67,2% dan 60% dengan AUC 67,4% (95% CI 55-8%-79,1%) p=0,012. Kesimpulan. Kombinasi MCP-1 dan D-dimer dapat dipertimbangkan sebagai biomarker prediktor mortalitas pada pasien sepsis

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions