ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini dikarenakan cerita rakyat yang hampir punah, hal ini diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang semakin maju. Perkembangan teknologi ini mengakibatkan manusia melupakan budaya asalnya (Sunda), salah satunya yaitu cerita rayat atau dongeng yang merupakan salah satu produk budaya Sunda yang saat ini hampir punah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur, fungsi, dan nilai etnopedagogi yang terkandung dalam cerita rakyat ikan dewa dan dongeng lainnya yang berkaitan dengan ikan dewa di Kabupaten Kuningan. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode dekstiptif untuk mendeskripsikan cerita rakyat ikan dewa dan dongeng lainnya untuk dianalisis struktur, fungsi dan nilai etnopedagoginya. Teknik yangdigunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi langsung ke lapangan, dan teknik mengolah data dengan cara transkripsi dari bentuk lisan ke tulisan, untuk selanjutnya dianalisis struktur, fungsi, dan nilai etnopedagoginya dengan menggunakan kartu data. Sumber data dalam penelitian ini yaitu cerita rakyat ikan dewa dan dongeng lainnya yang ada kaitannya dengan ikan dewa di Kabupaten Kuningan yang diperoleh dari lapangan. Sedangkan datanya merupakan hasil transkripsi dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. Adapun hasil penelitian ini menunjukan empat hal, yaitu, 1) terdapat tiga versi cerita rakyat ikan dewa di Kabupatén Kuningan yang berbeda dan empat cerita rakyat mengenai asal usul tempat, 2) berdasarkan hasil analisis struktur naratif Propp terhasap cerita rakyat ikan dewa, memperoleh paling banyak 18 fungsi pelaku dan paling sedikit 5 fungsi pelaku, 3) cerita rakyat ikan dewa dan dongeng lainnya mempunyai fungsi untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam, fungsi sejarah, fungsi dakwah, fungsi pendidikan, dan fungsi untuk meningkatkan nilai pariwisata, 4) nilai etnopedagogi yang erdasarkan pada pandangan hidup manusia Sunda, menghasilkan nilai taat dan berbakti kepada Tuhan, tanggung jawab dan berhati-hati, merawat dan menjaga sumber daya alam, silih asil, silih asah, silih asuh, serta rasa syukur untuk memperoleh kebahagiaan lahir bathin.
Kata kunci: cerita rakyat, étnopédagogi, fungsi, ikan déwa, struktur
ABSTRACT
The background of this research is due to the fact that folklore is almost extinct, this is caused by increasingly advanced technological developments. This technological development has resulted in humans forgetting their native culture (Sundanese), one of which is folklore or fairy tales which are a product of Sundanese culture which is currently almost extinct. This study aims to describe the structure, function, and ethnopedagogical values contained in the folklore of the fish gods and other fairy tales related to the divine fish in Kuningan Regency. This study uses a qualitative approach, with a descriptive method to describe the folklore of the fish gods and other fairy tales to analyze their structure, function and ethnopedagogical value. The technique used in this study used data collection techniques by way of observation, interviews and direct documentation in the field, and data processing techniques by means of transcription from spoken to written form, to then be analyzed for structure, function, and ethnopedagogical values using data cards. The source of the data in this study were the folklore of the god fish and other fairy tales that had something to do with the god fish in Kuningan Regency which were obtained from the field. While the data is the result of transcription from oral form to written form. The results of this study show four things, namely, 1) there are three different versions of the fish god folklore in Kuningan Regency and four different folklore about the origin of the place, 2) based on the results of Propp's narrative structure analysis on the fish god folklore, obtaining at most 18 actors' functions and at least 5 actors' functions, 3) fish god folklore and other fairy tales have functions to protect and preserve natural resources, historical functions, missionary functions, educational functions, and functions to increase the value of tourism, 4) ethnopedagogical values based on worldviews Sundanese people, produce the values of obedience and devotion to God, responsibility and caution, care for and safeguard natural resources, silih asih, silih asah, silih asuh, as well as a sense of gratitude to obtain inner and outer happiness.
Keywords: ethnopedagogy, folklore, function, god fish, structure