Pemilihan Konfigurasi Sistem Tambat Berdasarkan Pada Kekuatan Rantai Jangkar Studi Kasus Temporary Storage Tanker Di Papa Field

Abstract

Guna menjaga dan menahan pergerakan temporary storage tanker selama melakukan proses loading dan offloading, maka perlu dibangun fasilitas sistem tambat bangunan apung (mooring system). Dalam mendesain fasilitas sistem tambat, tentunya akan dihadapkan oleh beberapa alternatif pilihan konfigurasi yang sesuai dengan lokasi tersebut dan telah sesuai dengan code serta standard yang berlaku. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan analisa pemilihan konfigurasi sistem tambat berdasarkan pada kekuatan rantai jangkar studi kasus temporary storage tanker di Papa Field dengan sembilan alternatif konfigurasi dan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Setiap alternatif konfigurasi akan memberikan nilai tegangan disetiap tali tambat dan gerakan kapal yang berbeda. Hasil analisis dengan menggunakan metode time domain menunjukkan bahwa semakin besar sudut rantai jangkar (mooring line) dan semakin banyak rantai jangkar yang digunakan, maka tension yang terjadi pada rantai jangkar akan semakin kecil. Dari sembilan alternatif konfigurasi, nilai tension dan motion maksimum terjadi pada konfigurasi satu (4x1 dengan sudut rantai spread mooring 30 derajat) yaitu sebesar 4468 kN dengan motion maximumnya adalah 4.84 m. Dari hasil tension tersebut, dengan menggunakan tipe (class) rantai R4, maka nilai faktor keamanan, SF (Safety Factor) adalah 1.72 sehingga masih memenuhi kriteria safety factor yang disarankan oleh API RP 2SK untuk analisis dinamis kondisi intact yaitu >1.67. Analisis pemilihan pada penelitian ini menggunakan metode analityc hierarchy process (AHP). Hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria dengan bobot prioritas terbesar adalah kriteria survivability dan dilanjutkan dengan kriteria berthing ability. Sehingga dari hasil ranking pembobotan, didapatkan konfigurasi terbaik yang dapat dipakai adalah konfigurasi nomor tujuh yaitu 4x2 dengan sudah 30-40 derajat dengan bobot 0,1436 (14,35%) ===================================================================================================================================== In order to maintain and restrain the movement of the temporary storage tanker during the loading and offloading process, it is necessary to build a mooring system facility. In designing mooring system facilities, of course, you will be faced with several alternative choices that are suitable for the location and accordance with applicable codes and standards. In this study, researchers will analyze the selection of mooring system configurations based on the strength of the anchor chain case study of the temporary storage tanker at Papa Field with nine alternative configurations and predetermined criteria. Each alternative configuration will provide a different value of tension in each mooring line and ship movement. The results of the analysis using the time domain method show that the greater angle of the anchor chain (mooring line) and the more anchor chains used, the smaller tension occured in the anchor chain. From the nine alternative configurations, the maximum tension and motion values occur in configuration one (4x1 with a chain angle of 30 degrees spread mooring) which is 4468 kN with maximum motion of 4.84 m. From the results of the tension, using the type (class) of the R4 chain, the value of the safety factor (SF) is 1.72 so that it still meets the safety factor criteria suggested by API RP 2SK to analyze dynamic dynamic conditions, namely > 1.67 . The analysis in this selection research uses the analytical hierarchical process (AHP) method. The results of the analysis show that the criteria with the highest priority weights are the criteria for survival and the criteria for berthing ability. So from the results of the weighting ranking, the best configuration that can be used is configuration number seven, 4x2 with 30-40 degrees with a weight of 0.1436 (14.35%

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions