Abstract

Research on school well-being has been widely carried out in Indonesia using subjects at various school levels. High school well-being has a positive impact on students. This article aims to review the notion of school well-being used, the subject used, the instrument used, and the factors that influence school well-being in Indonesia. This study recommends adapting the school well-being measuring instrument according to the context and level of education.

Keyword:

Students, School, Well-Being

M. Ahkam Alwi, -

Nurfitriany Fakhri, -

Repository Universitas Negeri Makassar

  Jurnal Psikologi Talenta Mahasiswa Volume 1, No 3, Februari 2022 e-ISSN 2807-789X    School Well-Being di Indonesia: Telaah Literatur  M. Ahkam Alwi1*, Nurfitriany Fakhri2 1,2,3Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar, Indonesia *E-mail: m.ahkam.a@unm.ac.id   Abstract Research on school well-being has been widely carried out in Indonesia using subjects at various school levels. High school well-being  has a positive impact on students. This article aims to review the notion of school well-being  used, the subject used, the instrument used, and the factors that influence school well-being  in Indonesia. This study recommends adapting the school well-being measuring instrument according to the context and level of education.  Keyword:  Students, School, Well-Being.  Abstrak Penelitian mengenai school well-being telah banyak dilakukan di Indonesia dengan menggunakan subjek berbagai tingkatan sekolah. School well-being yang tinggi memberikan dampak positif pada peserta didik. Artikel ini bertujuan untuk mereview pengertian school well-being yang digunakan, subjek yang digunakan, instrumen yang digunakan, dan faktor yang berpengaruh terhadap school well-being  di Indonesia.Penelitian ini merekomendasikan untuk mengadaptasi alat ukur school well-being  menyesuaikan dengan konteks dan tingkatan pendidikan.  Kata kunci: Peserta Didik, Sekolah, Well-Being.  PENDAHULUAN Penelitan mengenai school well-being telah banyak dilakukan di Indonesia dengan menggunakan partispan mulai dari tingkatan siswa Sekolah Dasar (SD) hingga  mahasiswa. Misalnya, penelitian school well-being   yang menggunakan partisipan siswa Sekolah Dasar (SD) full day di Malang (Faizah et al., 2020), siswa Sekolah Menengah Pertama (Faizah et al., 2018; Hidayatishafia & Rositawati, 2017; Rachmah Nur, 2016), siswa Sekolah Menengah Atas (Ahkam, M. A., Suminar, D. R., & Nawangsari, 2020; A. Alwi et al., 2021; M. A. Alwi et al., 2020; Rohman & Fauziah, 2016; Wahidah & Royanto, 2019), siswa Madrasah Alyah (MA) (Hasanah & Sutopo, 2020; Muhid & Ferdiyanto, 2020), siswa Sekolah Menengah 223  Kejuruan (SMK) (Effendi & Siswanti, 2016; Saraswati et al., 2017), mahasiswa (Ahkam & Arifin, 2017). Beberapa riset menjelaskan school well-being yang tinggi memberikan pengaruh positif diantaranya adversity intelligence pada siswa (Rachmah Nur, 2016; Rohman & Fauziah, 2016), meningkatkan resiliensi (Saraswati et al., 2017), optimisme pada mahasiswa (Ahkam M A, 2021). Selain itu, well-being pada anak akan memberikan tingkat percaya diri  yang tinggi, kreatif, toleransi, mudah bekerjama dan altruisme (Cohen & Pressman, 2006). Well-being pada anak juga membentuk karakteristik, sehingga anak akan lebih positif dan percaya diri menghadapi lingkungan serta membantu dalam bidang akademik (Mashford-Scott et al., 2012). School well-being dibutuhkan dalam membangun lingkungan sekolah yang damai, karena pendidikan adalah salah satu sarana utama yang diperlukan dalam mengembangkan kehidupan yang harmoni dan damai. Seseorang yang dapat mengembangkan kedamaian akan cenderung merasa bahagia serta tidak mudah merasa cemas dan depresi di dalam hidupnya (Buchori et al., 2021). Akan tetapi, school well-being  yang rendah akan berdampak negatif pada siswa diantaranya stres akademik (Muhid & Ferdiyanto, 2020), intensi deliquensi (Effendi & Siswanti, 2016). Riset school well-being  yang digunakan di Indonesia menggunakan pendekatan teori yang berbeda. Salah satu konsep school well-being  yang  banyak digunakan Konu dan Rimpela (2002). Konu dan Rimpela (2002) mengacu pada Allardt’s theory of welfare. Konu dan Rimpela (2002) menjelaskan school well-being  adalah peseta didik merasakan suasana pada sekolah yang berkaitan dengan pengajaran dan pendidikan untuk pencapaian pengetahuan dan prestasi. School well-being meliputi 4 (empat) aspek yaitu kondisi sekolah (school condition/having), hubungan sosial (social relationships/loving), sarana pencapaian diri di sekolah (self-fulfillment in school/being), dan status kesehatan (health status) (Konu & Rimpela, 2002). Selain itu, konsep school well-being dikembangkan Tian et al. (2013).  School well-being  ialah evaluasi secara subjektif dan emosional mengenai pengalaman peserta didik di sekolah yang berfokus pada kualitas kenyamanan di sekolah (Tian et al., 2013). Penilaian tersebut adalah aspek kepuasan di sekolah, afek positif di sekolah dan afek negatif di sekolah (Jiang et al., 2016; Sun et al., 2014; Tian et al., 2013). Konsep ini  merujuk pada konsep global subjective well-being Diener (1984). Global subjective well-being adalah konstruk multi dimensi yang menekankan pada afek positif (positive affect), afek negatif (negative affect) dan evaluasi kognitif mengenai  kualitas hidup secara umum (Diener, 1984).   Penelitian school well-being  yang dilakukan di Indonesia juga banyak menggunakan 224  instrumen skala school well-being  dengan menggunakan empat aspek yaitu kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (Konu & Rimpela, 2002). Selain itu, intrumen yang digunakan adalah Brief Adolescents’ subjective well-being in school scale (BASWBSS) (Tian, Du & Huebner, 2014). Instrumen ini menggunakan aspek terdiri dari kepuasan di sekolah dan afek di sekolah (Tian, Du & Huebner, 2014). Peneliti lain untuk mengukur school well-being  adalah menggunakan skala wellbeing Karyani, dkk (2014),  skala ini menggunakan aspek terdiri dari lima yaitu  sosial, kognitif, emosi, pribadi, dan fisik (Rachmah Nur, 2016). METODE Penelitian ini merupakan telaah literatur yang menfokuskan pada tema school well-being yang dilakukan di Indonesia. Artikel yang digunakan mengggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, selama 10 tahun terakhir. Peneliti menemukan 15 jurnal, jurnal tersebut diperoleh dari google scholar dengan kata kunci school well-being. HASIL      Setelah melakukan pengumpulan jurnal dengan kata kunci school well-being di Indonesia diperoleh 15 jurnal dan telah didentifikasi dan didapatkan 9 jurnal yang digambarkan pada tabel 1. Tabel 1. Gambaran penelitian school well-being  Penulis & Tahun Judul Subjek Pengertian Instrumen  Hasil Ferdiyanto & Muhid (2020) Stres akademik pada siswa: Menguji peranan iklim kelas dan school well-being Siswa Madrasah Alyah Negeri (MAN), Jumlah Subjek 105 School well-being adalah dinilai dari aspek kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan. Skala school well-being. Aspek terdiri dari empat yakni kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (health) (Konu, 2002) Iklim sekolah dan school well-being berpengaruh terhadap stres akademik Alwi, Suminar, Nawangsari (2020) Support in schools and School well-being: self esteem as a mediator Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), jumlah subjek 220 School well-being meruapakan evaluasi siswa mengenai kenyaman di sekolah dengan menggunakan aspek kepuasan di sekolah dan afek di sekolah. Brief Adolescents’ subjective well-being in school scale (BASWBSS) (Tian, Du & Huebner,2014). Aspek terdiri dari kepuasan di sekolah dan afek di sekolah. Dukungan sosial yang berkaitan dengan sekolah berpengaruh terhadap school well-being secara langsung dan tidak langsung melalui harga diri. 225  Rohman & Fauziah (2016) Hubungan antara adversity intelligence dengan school well-being (studi pada siswa SMA kesatrian 1 Semarang) Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), jumlah subjek 418 School well-being adalah dinilai dari aspek kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan. Skala school well-being. Aspek terdiri dari empat yakni kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (health) (Konu, 2002) Terdapat hubungan antara Adversity intelligence dengan school well-being Effendi & Siswati (2016) Hubungan antara school well-being dengan intensi deliquensi pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Semarang Siswa SMK, berjumlah158 School well-being adalah penilaian siswa terhadap suasana sekolah dengan menggunakan aspek kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan. Skala school well-being. Aspek terdiri dari empat yakni kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (health) (Konu, 2002) Terdapat hubungan antara school well-being dengan intensi deliquensi pada siswa. Faizah, dkk. (2020) School well-being siswa sekolah dasar dan siswa Sekolah Menengah Pertama Pengguna sistem Full day School di Indonesia Siswa Sekolah Dasar (SD), jumlah subjek 285 dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 275 School well-being adalah dinilai dari aspek kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan. School Well-being Profile (SWP) (2011) dengan empat dimensi berupa having, loving, being dan health. Terdapat perbedan school well-being pada sisda SD dan siswa SMP. Siswa SD lebih tinggi dari pada siswa SMP. Wahidah & Royanto (2019) Peran Kegigihan Dalam Hubungan Growth Mindset Dan School Well-Being Siswa Sekolah Menengah Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMA) subjek adalah 418 School well-being ialah penulaian siswa dengan menggunakan aspek kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan. Skala school well-being. Aspek terdiri dari empat yakni kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (health) (Konu, 2002) Growth Mindset berpengaruh terhadap School Well-Being. Kegigihan berperan sebagai mediator Growth Mindset terhadap School Well-Being Ahkam & Arifin (2017) Optimisme dan school well-being pada mahasiswa (2017) Mahasiswa jumlah sebjuek adalah 96 School well-being merupakan penilaian mengenai suasana yang dirasakan mahasiswa di kampus dinilai dari aspek kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan. Skala school well-being. Aspek terdiri dari empat yakni kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan (health) (Konu, 2002) Terdapat hubungan antara optimisme dengan school well-being pada mahasiswa Hasanah & Sutopo (2020) Pengaruh school well-being terhadap motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Siswa Madrasah Alyah Negeri (MAN), subjek adalah 150 School well-being adalah siswa dapat memenuhi kebutuhan dasarnya di sekolah yang meliputi kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan Skala school well-being. Aspek terdiri dari empat yakni kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status Terdapat pengaruh school well-being terhadap motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah 226  diri (being), dan status kesehatan (health)  kesehatan (health) (Konu, 2002) Rachmah (2016) Pengaruh school well-being terhadap motivasi belajar siswa Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), subjek 50 Shool well-beiang adalah penilaian siswa terhadap keadaan di sekolah dengan aspek sosial, kognitif, emosi, pribadi, dan fisik. Skala wellbeing Karyani, dkk (2014). Aspek terdiri dari lima yaitu sosial, kognitif, emosi, pribadi, dan fisik. Terdapat pengaruh school well-being terhadap motivasi belajar siswa DISKUSI Telaah literatur menunjukkan pengertian school well-being yang banyak digunakan pada peneilitian di Indonesia adalah konsep  yang dikemukakan konu dan Rampela (2002), konsep ini menggunakan pendekatan Allardt’s theory of welfare. Menurut konu dan Rampela (2002), School well-being adalah siswa merasakan kenyaman ketika nerada di sekolah dengan indikator kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan. Selain itu, pengertian school well being mengacu pada kualitas kenyamanan siswa berada di sekolah dengan kepuasan di sekolah dan afek di sekolah (Tian, Du & Huebner, 2014). Oleh karena konsep yang digunakan banyak menggunakan konu dan Rampela (2002) sehingga instrumen digunakan pada penelitian school well-being di Indonesia juga banyak skala school well-being berdasarkan model Konu dan Rampela (2002) yang menggunakan pendekatan sosiologis dari Allard. Model ini mengunakan empat aspek yaitu kondisi sekolah (having), hubungan sosial (loving), pemenuhan diri (being), dan status kesehatan. Instrumen lain yang digunakan adalah menggunakan mengukur school well-being pada siswa Brief Adolescents’ subjective well-being in school scale (BASWBSS) (Tian, Du & Huebner, 2014). Aspek terdiri dari kepuasan di sekolah dan afek di sekolah (Tian, Du & Huebner, 2014) teori berdasarkan teori Diener (Diener & Ryan, 2008). Selain itu, instrumen lain yang digunakan untuk mengukur school well-being adalah menggunakan skala well-being oleh Karyani, dkk (2014),  skala ini menggunakan aspek terdiri dari lima yaitu sosial, kognitif, emosi, pribadi, dan fisik (Rachmah Nur, 2016). Hasil telaah literatur juga menyimpulkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan school well-being adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah adversity intellegence (Rohman & Fauziah, 2016), grow mindset dan kegigihan (Wahidah & Royanto, 2019), optimsme (Ahkam & Arifin, 2017), sedangkan faktor eksternal adalah dukungan sosial yang berkaitan dengan sekolah yaitu dukungan guru dan dukungan teman sebaya (A. Alwi et al., 2021), iklim sekolah (Muhid & Ferdiyanto, 2020). 227  Berdasarkan telaaah literatur yang dilakukan, telaah ini dapat menjadi acuan untuk peneliti yang tertarik dengan tema school well-being. Penelitian school well-being yang banyak dilakukan di Indonesia tidak melaporkan adaptasi alat ukur yang digunakan sehingga menjadi rekomendasi untuk penelilti selanjutnya agar melakukan adaptasi alat ukur untuk hasil yang lebih maksimal. KESIMPULAN Penelitian school well-being merupakan topik yang penting untuk ditindaklajuti karena school well-being pada siswa akan memberikan pengaruh positif dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas siswa baik akademik maupun non akademik. Hasil telaah literatur menunjukkan bahwa penelitian mengenai school well-being telah banyak dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP). Penelitian yang menggunakan subjek pada mahasiswa masih jarang dilakukan. Hasil telaah literatur ini belum menemukan penelitian school well-being yang menggunakan siswa Taman kanak-kanan (TK) di Indonesia, sehingga penelitian ini merokomenasikan untuk dapat melakakukan penelitian school well-being menggunakan siswa TK. REFERENSI Ahkam, M. A., Suminar, D. R., & Nawangsari, N. F. (2020). Kesejahteraan di sekolah bagi siswa sma: konsep dan faktor yang berpengaruh. Jurnal Psikologi TALENTA, 5(2), 143–151. https://doi.org/10.26858/talenta.v5i2.11738 Ahkam, M. A., & Arifin, N. A. I. (2017). Optimisme dan School Well-Being pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi TALENTA, 3(1), 7. https://doi.org/10.26858/talenta.v3i1.13182 Ahkam M A. (2021). Pengembangan model kesejahteraan di sekolah pada siswa SMA (Disertasi doktoral tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Alwi, A., Suminar, D. R., & Nawangsari, N. F. (2021). Development and Validation of a Indonesian translate Brief Adolescents Subjective Wellbeing in School Scale. Journal of Educational, Health and Community Psychology, 10(1), 91–103. https://doi.org/10.12928/jehcp.v10i1.18480 Alwi, M. A., Suminar, D. R., & Nawangsari, N. A. F. (2020). Support Related to Schools and School Well-Being: Self Esteem as Mediator. International Journal of Pedagogy and Teacher Education, 4(2), 119–125. https://doi.org/10.20961/ijpte.v4i2.42869. Buchori, S., Kartadinata, S., Yusuf, S., Ilfiandra, I., Fakhri, N., & Adiputra, S. (2021). Developing A Framework Peace Education for Primary School Teachers in Indonesia. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 20(8). Cohen, S., & Pressman, S. D. (2006). Positive affect and health. Current Directions in Psychological Science, 15(3), 122–125. https://doi.org/10.1111/j.0963-7214.2006.00420.x Diener, E. (1984). Subjective Well-Being. American Psychological Association, Inc, 95(3), 542–575. Diener, E., & Ryan, K. (2008). Subjective well-being : a general overview. 39(4), 391–406. Effendi, A. S., & Siswanti. (2016). Hubungan antara school well-being dengan intensi 228  delinkuensi pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Semarang. Jurnal Empati, 5(April), 195–199. Faizah, F., Prinanda, J. N., Rahma, U., & Dara, Y. P. (2018). School well-being pada siswa berprestasi Sekolah Dasar yang melaksanakan program penguatan pendidikan karakter. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(2), 161–174. https://doi.org/10.15575/psy.v5i2.3313 Faizah, F., Rahma, U., Dara, Y. P., & Gunawan, C. L. (2020). School Well-Being Siswa Sekolah Dasar dan Siswa Sekolah Menengah Pertama Pengguna Sistem Full-Day School di Indonesia. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling, 5(1), 34–41. https://doi.org/10.17977/um001v5i12020p034 Hasanah, M., & Sutopo. (2020). Pengaruh School Well-Being Terhadap. 15(02), 34–42. Hidayatishafia, D., & Rositawati, S. (2017). Hubungan School Well Being dengan Student Engagement. Prosiding Psikologi, 3(1), 41–47. Jiang, H., Sun, P., Liu, Y., & Pan, M. (2016). Gratitude and late adolescents’ school well-being: The mediating role of materialism. Social Indicators Research, 127(3), 1363–1376. https://doi.org/10.1007/s11205-015-1007-5 Konu, A., & Koivisto, A. M. (2011). The school well-being profile - a valid instrument for evaluation. EDULEARN11 Conference, July 2011, 1842–1850. Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-being in schools: a conceptual model. Health Promotion International, 17(1), 79–87. https://doi.org/10.1093/heapro/17.1.79 Mashford-Scott, A., Church, A., & Tayler, C. (2012). Seeking Children’s Perspectives on their Wellbeing in Early Childhood Settings. International Journal of Early Childhood, 44(3), 231–247. https://doi.org/10.1007/s13158-012-0069-7 Muhid, A., & Ferdiyanto, F. (2020). Stres akademik pada siswa: Menguji peranan iklim kelas dan school well-being. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 9(1), 140–156. https://doi.org/10.30996/persona.v9i1.3523 Rachmah Nur, E. (2016). Pengaruh School Well Being Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Psikosains, 11(2), 99–108. Rohman, I. H., & Fauziah, N. (2016). Hubungan antara adversty intelegence dengan school well-being ( Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang ). 5(April), 322–326. Saraswati, L., Tiatri, S., & Sahrani, R. (2017). Peran Self-Esteem Dan School Well-Being Pada. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 1(2), 511–518. Sun, P., Jiang, H., Chu, M., & Qian, F. (2014). Gratitude and school well-being among chinese university students: Interpersonal relationships and social support as mediators. Social Behavior and Personality: An International Journal, 42(10), 1689–1698. https://doi.org/10.2224/sbp.2014.42.10.1689 Tian, L., Liu, B., Huang, S., & Huebner, E. S. (2013). Perceived social support and school well-being among chinese early and middle adolescents: The mediational role of self-esteem. Social Indicators Research, 113(3), 991–1008. https://doi.org/10.1007/s11205-012-0123-8 Wahidah, F. R., & Royanto, L. R. M. (2019). Peran Kegigihan Dalam Hubungan Growth Mindset Dan School Well-Being Siswa Sekolah Menengah. Jurnal Psikologi TALENTA, 4(2), 133. https://doi.org/10.26858/talenta.v4i2.7618.    

School Well-Being di Indonesia: Telaah Literatur

http://eprints.unm.ac.id/31939/1/School%20Well-Being%20di%20Indonesia%20Telaah%20Literatur.pdf

School Well-Being di Indonesia: Telaah Literatur

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Repository Universitas Negeri Makassar