Latar Belakang.Bayi yang sehat dan cerdas merupak   an dambaan setiap orang tua. Namun   apabila pola asuh yang diberikan tidak adekuat dapat berdampak pada  tumbuh kembang anak. . Pola Asuh memiliki peranan penting dalam pencegahan stunting terutama dalam pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada balita.Kasus stunting masih tinggi di Indonesia. Stunting merupakan masalah gagal tumbuh yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis yang terjadi pada rentang waktu yang cukup lama sehingga menghambat tumbuh kembang anak.Tujuan.Kegiatan Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para kader kesehatan dalam penerapan pola asuh untuk pencegahan stunting.Metode.Kegiatan dilaberikan melalui metode ceramah yang interaktif, diskusi, dan role play melalui kasus-kasus yang banyak terjadi. Partisipan dalam kegiatan ini berjumlah 60 orang yang dipilih secara random dengan mewakili semua daerah kecamatan di Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara.Kesimpulan. Kegiatan pemberian edukasi ini memiliki manfaat untuk meningkatkan pengetahuan para kader kesehatan dalam penerapan pola asuh untuk pencegahan stunting

Ayu, Mayang Sari

Budi, Rahmad Setia

Susanti, Meri

English

Jurnal Online Universitas Islam Sumatera Utara

140  EDUKASI PENCEGAHAN STUNTING PADA KADER KESEHATAN MELALUI PENERAPAN POLA ASUH PEMBERIAN MPASI BALITA DI KABUPATEN BATUBARA PROVINSI SUMATERA UTARA  Meri Susanti1, Mayang Sari Ayu1, Rahmad Setia Budi2 Fakultas Kedokteran dan 2Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Email: Merisusanti7724@gmail.com   Keywords: Edukasi, Stunting, pola asuh, MPASI                                               Abstract Latar Belakang.Bayi yang sehat dan cerdas merupak   an dambaan setiap orang tua. Namun   apabila pola asuh yang diberikan tidak adekuat dapat berdampak pada  tumbuh kembang anak. . Pola Asuh memiliki peranan penting dalam pencegahan stunting terutama dalam pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada balita.Kasus stunting masih tinggi di Indonesia. Stunting merupakan masalah gagal tumbuh yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis yang terjadi pada rentang waktu yang cukup lama sehingga menghambat tumbuh kembang anak. Tujuan.Kegiatan Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para kader kesehatan dalam penerapan pola asuh untuk pencegahan stunting. Metode.Kegiatan dilaberikan melalui metode ceramah yang interaktif, diskusi, dan role play melalui kasus-kasus yang banyak terjadi. Partisipan dalam kegiatan ini berjumlah 60 orang yang dipilih secara random dengan mewakili semua daerah kecamatan di Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Kesimpulan. Kegiatan pemberian edukasi ini memiliki manfaat untuk meningkatkan pengetahuan para kader kesehatan dalam penerapan pola asuh untuk pencegahan stunting.          Pendahuluan Persentase stunting yang tinggi (>20%) banyak dijumpai pada negara-negara berkembang dibandingkan negara-negara maju.  [1]   Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki angka persentase stunting yang cukup tinggi yaitu masih di atas 20%. Berdasarkan data tersebut, maka pemerintah meluncurkan kegiatan percepatan penurunan stunting melalui penerbitan Peraturan Presiden No.72 Tahun 2021. Dalam peraturan tersebut penangganan stunting dilakukan melalui kolaborasi dan koordinasi lintas sektoral disetiap tingkatan pemerintahan baik dari tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten / kota [2]. Stunting merupakan kondisi dimana anak berusia dibawah lima tahun memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Penilaian tinggi badan yang kurang didasarkan pada median dari diagram yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Stunting terjadi karena adanya defisiensi nutrisi pada anak-anak didalam proses pertumbuhan. Defisiensi ini terjadi secara kronis sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan anak yang pada akhirnya akan mengganggu kualitas anak tersebut sebagai manusia [3].  Berkurangnya kualitas manusia akan menurunkan kualitas suatu bangsa. Daya saing antar negara berkaitan dengan kualitas manusia dimasing-masing negara. Berkurangnya kualitas manusia akibat gangguan nutrisi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan bangsa untuk bersaing dengan negara-negara lain. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk pada kemajuan masa depan suatu bangsa. Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menunjukan angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen. Penurunan ini didapat dari 27.7 persen (2019) menjadi 24,4 persen pada 2021. Meski begitu, angka tersebut masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia yaitu di bawah 20%  [4]. Prevalensi stunting di Provinsi Sumatera Utara berada diatas angka nasional yaitu 25,8%. Begitu juga dengan Kabupaten Batubara yaitu sebesar angka stunting Kabupaten Batu Bara berdasarkan SSGI 141  Tahun 2021 sebesar 30,9%. Hasil ini sangat mengkuatirkan dan untuk memastikan angka Stunting di Kabupaten Batu Bara, atas arahan Bupati Batu Bara kepada Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana untuk melakukan pengukuran ulang pada seluruh Balita di seluruh wilayah desa/kelurahan Kabupaten Batu Bara. Pemerintah Batubara memiliki perhatian yang sangat besar dalam pencegahan dan penurunana angka stunting dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai sektor secara terintegrasi, khususnya dengan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK-UISU) sebagai salah salah satu mitra kerjasama dengan perguruan tinggi di Sumatera Utara. Adapun  penyebab  terjadinya stunting  antara lain  balita  dengan  riwayat  berat  badan  lahir rendah,riwayat  penyakit  infeksi  yang  pernah dialami,  pola  asuh  orangtua  terkait  nutrisi, pemberian  air  susu  ibu  secara  ekslusif, ketersedian    sandangpangan,  pendidikan orangtua,  sosial,  budaya,  ekonomi.  Perilaku terkait pola asuh yang kurang atau buruk juga dapat  menyebabkan  stunting  secara  spesifik dijelaskan  seperti,  pengetahuan  ibu  yang kurang dalam memenuhi nutrisinya saat masa kehamilan, bahkan persiapan nutrisi yang harus dipenuhi saat mempersiapakan kehamilan serta paska melahirkan  untuk menigkatkan produksi ASI yang baik  [5]. Pada usia 6 bulan, untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selain ASI bayi juga dapat diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI).6 Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi dimulai dari usia 6 bulan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan [6]. Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) bertujuan untukperbaikan gizi dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi berusia diatas 6 bulan.  [7] Pemilihan dalam pembuatan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) harus diperhatikan dari pemilihan bahan, persiapan, cara mengolah dan memasak, serta cara penyajian makanannya. Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) harus bervariasi dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat Prinsip utama makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah tepat waktu, adekuat, aman, dan responsif  [8]. Pengetahuan ibu memiliki peran penting dalam meningkatkan status Kesehatan dan gizi bayi. Pendidikan kesehatan mengenai gizi merupakan upaya dengan harapan meningkatkan perilaku ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI). Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) berhubungan dengan prosedur, perilaku, penjadwalan, ekonomi dan lingkungan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI).  [9] Makanan yang akan dikonsum sibayi serta pola makan bayi dari jumlah,jenis dan frekuensi akan mempengaruhi asupan makan pada bayi [10]. Anak-anak yang masih membutuhkan orangtua sebagai pengasuh atau yang merawat  tentunya sangat  menentukan  asupan  nutrisi  yang diberikan pada anak. Jika gizi anak mengalami kekurangan  maka  akan  berdampak  pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak,  penurunan  imunitas  serta  rendahnya imunitas  melawan  infeksi  rentan  terjadi  pada anak stunting [11]. Selain  itu  beberapa  hal  harus  diperhatikan dalam  pengasuhan  orangtua  terkait  gizi  anak diantaranya  adalah  jumlah  asupan  gizi  dan kualitas  dari  makanan  yang  akan  diberikan. Seorang ibu maupun orangtua perlu memahami nutrisi  dan  zat  gizi  apasaja  yang  seharusnya diberikan  kepada  anak,  termasuk  juga  dalam hal  kebersihan  makanan  dan  kebersihan lingkungan   serta   penggunaan   fasilitas kesehatan   secara  baik  guna  mengatsasi permasalahan   yang   terjadi   pada   anak, khususnya  berkaitan  dengan  nutrisi  anak [12]. Apabila  Stunting tidak ditangani dengan baik, maka  dapat  memiliki  dampak  negatif  antara lain secara fisik mengalami keterlambatan atau menjadi balita pendek yang dapat menghambat prestasi dalam hal olahraga serta kemampuan fisik  lainnya.  [13] Selain  itu    juga  stunting  dapat menyebabkan  masalah  pada  aspek  kognitif secara intelektual kemampuan anak  dibawah standar  tidak  seperti  anak-anak  lainnya  yang pertumbuhannya   dalam   kategori   normal. Jangka   panjangnya   akan   mempengaruhi kualitas sebagai manusia pada masa produktif [14]. Oleh karena itu diperlukan upaya percepatan penurunan stunting dalam rangka mencapai target penurunan stunting menjadi 14% pada tahun 2024 dan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 “SDM Unggul dan Berkualitas”. 142  Untuk peningkatan pengetahuan ibu dalam pola pengasuhan balita untuk pemberian MPASI maka kader kesehatan memiliki peran yang sangat penting. Kader kesehatan yang memiliki berperan di posyandu perlu untuk mendapatkan pemahaman, pelatihan keterampilan dalam pengasuhan pemberian MPASI. Solusi yang diberikan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para kader kesehatan yang berkerja di kabupaten Batubara dalam penerapan pola asuh untuk pencegahan stunting.     Metode     Metode kegiatan pengabdian masyarakat pada kader kesehatan di Kabupaten Batubara sebagai berikut: - Literature review, mengkaji semua sumber pustaka terkait kajian masalah yang akan dilakukan yaitu pencegahan stunting, pola asuh, edukasi, dan Pemberian MPASI yang tepat. - Survei lapangan dengan kunjungan langsung ke lokasi pengabdian masyarakat di Kabupaten Batubara - Menggali data tentang kejadian stunting melalui dinas kesehatan Kabupaten Batubara - Menganalisis faktor penyebab kejadian stunting yang ada di Kabupaten Batubara - Koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Batubara dan dinas pengendalian penduduk (BKKBN) serta kepala daerah Bupati, Camat dan Lurah serta kepala puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Batubara untuk penentuan wilayah dan responden pada kegiatan pengabdian masyarakat ini. - Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Aula Buffet Mangga pada hari/tanggal: Selasa-Jumat/ 5-8 Juli 2022, Pukul 09.17.00 WIB. - Pemberian materi  tentang Gizi seimbang. Pula Asuh yang adekuat dalam pencegahan stunting, kreasi menu sehat, bergizi, mudah dan murah melalui pemberdayaan makanan lokal. Demo Pembuatan Makanan Gizi seimbang untuk pencegahan stunting. - Setiap pemberian materi dilakukan melalui beberap   a sesi yaitu : • Pemberian materi sesi I melalui metode ceramah interaktif • Pemberian materi sesi II melalui metode diskusi kasus/ tanya jawab • Pemberian materi sesi III Role play kasus  Hasil dan Pembahasan Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam waktu 4 hari yaitu  pada hari/tanggal: Selasa-Jumat/ 5-8 Juli 2022, Pukul 09.17.00 WIB di aula Buffet Mangga, Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara. Pada hari pertama yaitu pada tanggal 5 Juli 2022 dilakukan pelatihan melalui metode edukasi tentang gizi seimbang, mulai dengan definisi, tujuan dan manfaat pemberian gizi seimbang pada balita sampai dengan cara penyajian yang baik dan benar. Kegiatan survey lapangan permasalahan stunting di Batubara dan Kegiatan Edukasi Pencegahan Stunting.   143  Gambar 1. Edukasi Pemberian Materi Gizi Seimbang Pencegahan Stunting  Pada hari kedua yaitu tanggal 6 Juli 2022 : Pemberian materi pola asuh untuk pencegahan Stunting. foto dokumentasi kegiatan dapat dilihat pada gambar berikut:           Gambar 2 dan 3. Edukasi dan Diskusi Pola Asuh Pencegahan Stunting  Pada hari ketiga : Pemberian Materi pada tanggal 7 Juli 2022 yaitu Kreasi menu sehat, bergizi, mudah dan murah melalui pemberdayaan makanan.               Gambar 4. Edukasi kreasi makanan kaya gizi dengan bahan pangan Lokal  144   Gambar 5. Pelatihan Konseling  Pemberian PMBA               Gambar 6. Koordinasi Lintas Sektoral Melalui Kegiatan Rembuk Stunting Pencegahan Stuntin          Kesimpulan  Salah satu faktor yang berpengaruh pada kejadian stunting adalah makanan pengganti asi (MP-ASI) yang kurang tepat dan sehat. Pola makan ibu dapat berkontribusi dalam meningkatkan angka kejadian stunring. Ibu memiliki tangg ung jawab utama untuk memilih, menyiapkan, dan menyajikan makanan bergizi untuk anak-anak mereka. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan sebagai upaya penyelesaian masalah gizi anak stunting. Luaran yang diharapkan melalui program ini adalah modul pembuatan menu modifikasi makanan sehat, produk makanan dan meningkatkan status kesehatan keluarga terutama anak. Dengan upaya perbaikan gizi berbasis modifikasi makanan pengganti asi (MP-ASI) yang ekonomis serta menarik yang memiliki manfaat meningkatkan status kesehatan anak diharapkan angka stunting dapat dikurangi dan masyarakat juga bisa memperoleh keuntungan dari program tersebut. Hasil setiapkegiatan yang telah dilakukan akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dalam jangka waktu pertiga bulan untuk melihat kemajuan dan keefektifkan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk pencegahan stunting di Kabupaten Batubara. 145  DaftarPustaka        [1] . Al Rahmad AH, SKM M. Penggunaan aplikasi WHO Anthro dalam analisis status gizi.   Ashriady (Ed.), Epidemiologi Gizi. 2021 Dec 17:103.        [2].  La Ode Alifariki SK. Gizi Anak dan Stunting. Penerbit LeutikaPrio;2020.        [3].  Riskesdas, T., 2019. Laporan Provinsi Sumatera Utara Riskesdas. Lembaga Penerbit    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB). Jakarta.        [4].  Muliani U. Edukasi Stunting Dan Pembuatan MP-Asi Dengan Pemanfaatan Pangan                  Lokal Di Desa Mekar Asri Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan. Jompa Abdi:                  Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2022 Jun 23;1(2):134-8.       [5]. Hastuti, E. and Norazizah, R., 2016. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Status Ekonomi dan Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Batita Tahun 2016. Jurnal Berkala Kesehatan, 2(1), pp.9-14.        [6].   Eryanti, E., 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pola Asuh Dan Pemberian Mp-Asi Terhadap Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas Makasar Jakarta                 Timur Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Universitas Binawan).        [7].  Al Rahmad AH. Pemberian ASI dan MP-ASI terhadap pertumbuhan bayi usia 6–24                  bulan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017 Apr 15;17(1):4-14.        [8].  Shobah, A., 2021. HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI                 BAYI 6-24 BULAN. Indonesian Journal of Health Development, 3(1), pp.201-208.     [9].  Yuliati, L. and Munisah, M., 2022. Penggunaan Suplemen Makanan Pada Balita Untuk Memenuhi Kebutuhan Mikronutrien. IJMT: Indonesian Journal of Midwifery Today, 2(1), pp.39-44.      [10].  Puspasari, N. and Andriani, M., 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Asupan Makan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24 Bulan. Amerta Nutrition, 1 (4), 369–378.       [11].  Soraya, D., Sukandar, D., & Sinaga, T.,  2017. Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat Kecukupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Guru SMPN 1 Dramaga Bogor.       [12].  Rahmi P. Peran Nutrisi Bagi Tumbuh dan Kembang Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Bunayya. 2019;5(1):1-3.       [13].  Andari, W., Siswati, T. and Paramashanti, B.A., 2020. Tinggi Badan Ibu Sebagai Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan Pleret dan Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Journal of Nutrition College, 9(4), pp.235-240Astria Paramashanti, B. (2020). Gizi Bagi Ibu & Anak (D. Rachmawati, Ed.). PT.PustakaBaru.       [14].  Fadilah Syahruni.,2017. Analisis Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada IbuBekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kabupaten Maros Tahun 2017.UniversitasHasanuddin.   146   

EDUKASI PENCEGAHAN STUNTING PADA KADER KESEHATAN MELALUI PENERAPAN POLA ASUH PEMBERIAN MPASI BALITA DI KABUPATEN BATUBARA PROVINSI SUMATERA UTARA

https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/JURPAMMAS/article/download/6757/5046

EDUKASI PENCEGAHAN STUNTING PADA KADER KESEHATAN MELALUI PENERAPAN POLA ASUH PEMBERIAN MPASI BALITA DI KABUPATEN BATUBARA PROVINSI SUMATERA UTARA

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Jurnal Online Universitas Islam Sumatera Utara