GAMBARAN KLINIS SINDROM KORONER AKUT BERDASARKAN STATUS GULA DARAH DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Abstract

Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia, termasuk Indonesia. SKA merupakan kumpulan gejala akibat iskemia miokardium karena terdapat penyumbatan pada arteri koronaria. Penyumbatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh terbentuknya plak aterosklerosis. Salah satu faktor risiko terbentuknya plak aterosklerosis adalah gangguan metabolisme glukosa. Di sisi lain, gangguan metabolisme glukosa dapat terjadi pada penyakit akut dan kritis, sindroma koroner akut adalah salah satu dari antaranya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita SKA berdasarkan kadar gula darah acak ketika masuk rumah sakit RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini menggunakan data rekam medis penderita SKA yang masuk rumah sakit pada periode Januari - Desember 2013 di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh yaitu 62 sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa 72,6% penderita SKA mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi pada penderita berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih dari 55 tahun. Gejala nyeri dada spesifik lebih banyak dikeluhkan pada penderita hiperglikemik (66,7%) daripada normoglikemia (47,1%). Diagnosa akhir ST-Elevation Myocardium Infarction (STEMI) lebih banyak daripada Non ST-Elevation Myocardium Infarction (NSTEMI) baik pada hiperglikemia (97,8% banding 2,2%) maupun normoglikemia (82,4% banding 17,6%). Riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak didapatkan pada penderita SKA dengan hiperglikemik (53,3%) daripada normoglikemia (11,8%). Komplikasi ketika perawatan lebih banyak terjadi pada penderita SKA dengan hiperglikemia (1,2 komplikasi/penderita) daripada normoglikemia (1,17 komplikasi/penderita), dengan komplikasi organ jantung yang paling banyak terjadi, yaitu 64,4% pada hiperglikemia dan 58,8% pada normoglikemia. Lama rawat penderita SKA dengan hiperglikemia lebih lama daripada normoglikemia (7,81 ± 2,71 hari banding 6,67 ± 1,03 hari). Penderita SKA dengan hiperglikemia lebih banyak yang meninggal daripada penderita SKA normoglikemia

    Similar works