Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu tanaman serealia yang
banyak dimanfaatkan setelah padi dan gandum. Tanaman jagung dapat
dimanfaatkan hampir seluruh bagian tanaman. Sehingga kebutuhan jagung
sangatlah besar terutama jagung sebagai tanaman pangan sumber karbohidrat. Baik
itu dikonsumsi secara langsung maupun dalam bentuk pakan ternak, bahan baku
industri dan bahan olahan biofuel. Tahun 2018 luas panen tanaman jagung sebesar
5,73 juta ha dengan produktivitas 5,24 ton/ha. Dibandingkan dengan tahun 2017
mengalami peningkatan sebesar 3,64 % dengan luas panen 5,5 juta ha.
Produktivitas sebesar 5,2 ton/ha mampu memproduksi sekitar 28,92 juta ton secara
nasional. (Kementrian Pertanian, 2018). Upaya yang dapat dilakukan untuk
swasembada pangan adalah meningkatkan produktivitas secara nasional.
Swasembada pangan dapat didukung dengan upaya penggunaan varietas unggul.
Salah satu cara adalah dengan perakitan dan pemanfaatan produksi varietas hibrida.
Penampilan daya hasil suatu hibrida akan menunjukan kemampuan peningkatan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas non hibrida (Dehgani et a.l, 2012).
Salah satu pengujian sebelum varietas dilepas adalah pengujian multilokasi.
Pengujian tersebut untuk mengetahui kemampuan daya adaptasi dan stabilitas hasil
suatu varietas pada berbagai macam lingkungan. Salah satu syarat pelepasan
varietas yang diatur dalam peraturan menteri pertanian no. 61/ permentan / ot.140/
10/ 2011. Interaksi genotipe (G) x Lingkungan (E) digunakan pada progam
pemuliaaan tanaman untuk menyeleksi genotipe tanaman yang cocok tumbuh
diberbagai kondisi macam lingkungan.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari hingga April 2020. Lokasi
penelitian bertempat di Blitar dan Situbondo, Jawa Timur. Varietas yang digunakan
sebagai pembanding ialah P35, P36, P37, dan P13. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk urea, NPK dengan dosis 200kg ha-1, dan pupuk kandang. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini ialah alat pertanian seperti traktor, cangkul, tugal,
timbangan, meteran, kamera digital, Moisturetester, Earphotometry, papan label,
dan alat tulis. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah
menggunakan racangan bersekat (Augmented Design) yang tersusun dengan 31
genotipe. 18 genotipe hibrida, 9 varietas pembanding yang tidak diulang dan 4
varietas pembanding sebagai kontrol/check yang diulang sebanyak 3 kali. Setiap
blok terdiri dari 21 tanaman tiap baris dengan panjang 4,2 meter. Variabel yang
diamati ialah tinggi tanaman (cm), tinggi letak tongkol (cm), kadar air (%),
persentase pengisian tongkol (%), bobot panen tongkol per petak (kg), bobot pipilan
per petak (kg), bobot 1000 biji (g), dan potensi hasil (ton ha-1). Analisis data yang
dilakukan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut beda
nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% apabila menunjukkan
nilai yang berbeda nyata. Kemudian dilakukan analisis regresi.
Interaksi genotipe dan lingkungan terjadi perbedaan nyata pada karakter
pengamatan bobot panen tongkol (kg), bobot pipilan tongkol (kg) dan potensi hasil
iv
(ton ha-1). Interaksi genotipe dan lingkungan terjadi pada genotipe NV-COR003,
NV-COR017, P21, dan NK7328 Perbedaan nyata pada karakter pengamatan
menunjukan bahwa sumber keragaman dipengaruhi oleh genotipe yang berbeda dan
perbedaan potensi dari lingkungan tempat penelitian dan memiliki kemampuan
adaptasi secara khusus atau spesifik. Sesuai dengan penelitian Totok (2007),
interaksi genotipe terhadap lingkungan dapat memberi arti suatu genotipe yang
ditanam memberikan responsif yang tidak sama pada lingkungan yang berbeda.
Hasil pendugaan nilai menggunakan koefisien regresi (bi) digunakan untuk
mengetahui kemampuan beradaptasi suatu tanaman. Hasil dari pengujian regresi
terdapat 12 genotipe adaptif diantaranya NV-COR001, NV-COR002, NV-
COR003, NV-COR004, NV-COR005, NV-COR006, NV-COR008, NV-COR010,
NV-COR011, NV-COR014, NV-COR015, NV-COR016 dan NV-COR017.
Genotipe yang mampu beradaptasi terbatas pada lokasi Blitar yaitu NV-COR007,
NV-COR009, NV-COR012, NV-COR013, P41 dan Bisi 18. Genotipe yang mampu
beradaptasi terbatas pada lokasi Situbondo yaitu P21, P25, P27, P32, P33, dan
NK732