Interaksi Genotipe X Lingkungan 31 Genotipe Jagung Hibrida (Zea Mays L.) Di Lokasi Blitar Dan Situbondo, Jawatimur

Abstract

Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu tanaman serealia yang banyak dimanfaatkan setelah padi dan gandum. Tanaman jagung dapat dimanfaatkan hampir seluruh bagian tanaman. Sehingga kebutuhan jagung sangatlah besar terutama jagung sebagai tanaman pangan sumber karbohidrat. Baik itu dikonsumsi secara langsung maupun dalam bentuk pakan ternak, bahan baku industri dan bahan olahan biofuel. Tahun 2018 luas panen tanaman jagung sebesar 5,73 juta ha dengan produktivitas 5,24 ton/ha. Dibandingkan dengan tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 3,64 % dengan luas panen 5,5 juta ha. Produktivitas sebesar 5,2 ton/ha mampu memproduksi sekitar 28,92 juta ton secara nasional. (Kementrian Pertanian, 2018). Upaya yang dapat dilakukan untuk swasembada pangan adalah meningkatkan produktivitas secara nasional. Swasembada pangan dapat didukung dengan upaya penggunaan varietas unggul. Salah satu cara adalah dengan perakitan dan pemanfaatan produksi varietas hibrida. Penampilan daya hasil suatu hibrida akan menunjukan kemampuan peningkatan hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas non hibrida (Dehgani et a.l, 2012). Salah satu pengujian sebelum varietas dilepas adalah pengujian multilokasi. Pengujian tersebut untuk mengetahui kemampuan daya adaptasi dan stabilitas hasil suatu varietas pada berbagai macam lingkungan. Salah satu syarat pelepasan varietas yang diatur dalam peraturan menteri pertanian no. 61/ permentan / ot.140/ 10/ 2011. Interaksi genotipe (G) x Lingkungan (E) digunakan pada progam pemuliaaan tanaman untuk menyeleksi genotipe tanaman yang cocok tumbuh diberbagai kondisi macam lingkungan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari hingga April 2020. Lokasi penelitian bertempat di Blitar dan Situbondo, Jawa Timur. Varietas yang digunakan sebagai pembanding ialah P35, P36, P37, dan P13. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, NPK dengan dosis 200kg ha-1, dan pupuk kandang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat pertanian seperti traktor, cangkul, tugal, timbangan, meteran, kamera digital, Moisturetester, Earphotometry, papan label, dan alat tulis. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan racangan bersekat (Augmented Design) yang tersusun dengan 31 genotipe. 18 genotipe hibrida, 9 varietas pembanding yang tidak diulang dan 4 varietas pembanding sebagai kontrol/check yang diulang sebanyak 3 kali. Setiap blok terdiri dari 21 tanaman tiap baris dengan panjang 4,2 meter. Variabel yang diamati ialah tinggi tanaman (cm), tinggi letak tongkol (cm), kadar air (%), persentase pengisian tongkol (%), bobot panen tongkol per petak (kg), bobot pipilan per petak (kg), bobot 1000 biji (g), dan potensi hasil (ton ha-1). Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% apabila menunjukkan nilai yang berbeda nyata. Kemudian dilakukan analisis regresi. Interaksi genotipe dan lingkungan terjadi perbedaan nyata pada karakter pengamatan bobot panen tongkol (kg), bobot pipilan tongkol (kg) dan potensi hasil iv (ton ha-1). Interaksi genotipe dan lingkungan terjadi pada genotipe NV-COR003, NV-COR017, P21, dan NK7328 Perbedaan nyata pada karakter pengamatan menunjukan bahwa sumber keragaman dipengaruhi oleh genotipe yang berbeda dan perbedaan potensi dari lingkungan tempat penelitian dan memiliki kemampuan adaptasi secara khusus atau spesifik. Sesuai dengan penelitian Totok (2007), interaksi genotipe terhadap lingkungan dapat memberi arti suatu genotipe yang ditanam memberikan responsif yang tidak sama pada lingkungan yang berbeda. Hasil pendugaan nilai menggunakan koefisien regresi (bi) digunakan untuk mengetahui kemampuan beradaptasi suatu tanaman. Hasil dari pengujian regresi terdapat 12 genotipe adaptif diantaranya NV-COR001, NV-COR002, NV- COR003, NV-COR004, NV-COR005, NV-COR006, NV-COR008, NV-COR010, NV-COR011, NV-COR014, NV-COR015, NV-COR016 dan NV-COR017. Genotipe yang mampu beradaptasi terbatas pada lokasi Blitar yaitu NV-COR007, NV-COR009, NV-COR012, NV-COR013, P41 dan Bisi 18. Genotipe yang mampu beradaptasi terbatas pada lokasi Situbondo yaitu P21, P25, P27, P32, P33, dan NK732

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions