Salah satu yang menjadi indikator mutu satuan pendidikan adalah profesionalisme guru. Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi ditandai dengan etika profesional yang dijunjung tinggi oleh guru. Sehgingga dapat menerapkan proses pembelajaran yang baik dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etika profesional yang dimiliki guru di MTs MAL UIN Sumatera Utara Medan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian dilakukan secara kualitatif, dengan subjek penelitian adalah guru di madrasah yang diambil secara snowball. Teknik pengumpulan data dilakukan denngan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: guru memahami dengan baik etika profesional di madrasah. Kemudian guru juga selalu berupaya seoptimal mungkin menerapkan etika profesional dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Hal-hal yang menjadi penghambat guru dalam menerapkan etika profesional adalah kondisi insiden yang terjadi di kelas baik dalam situasi belajar atau di luar situasi belajar. Dimana insiden tersebut terkadang memancing emosi guru yang mengakibatkan tidak dapat menerapkan etika profesional secara optimal.Kata Kunci: mutu pendidikan, etika profesional, satuan pendidika

Mahidin, Mahidin

English

Jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara, Medan

1  ETIKA GURU SEBAGAI LANDASAN PADA PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN: STUDI KASUS DI MTS LABORATORIUM  UIN SUMATERA UTARA MEDAN  Oleh Mahidin mahidin@uinsu.ac.id Dosen FITK UIN Sumatera Utara Medan Jl. Williem Iskandar Pasar V  Medan Estate   ABSTRAK Salah satu yang menjadi indikator mutu satuan pendidikan adalah profesionalisme guru. Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi ditandai dengan etika profesional yang dijunjung tinggi oleh guru. Sehgingga dapat menerapkan proses pembelajaran yang baik dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etika profesional yang dimiliki guru di MTs MAL UIN Sumatera Utara Medan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian dilakukan secara kualitatif, dengan subjek penelitian adalah guru di madrasah yang diambil secara snowball. Teknik pengumpulan data dilakukan denngan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: guru memahami dengan baik etika profesional di madrasah. Kemudian guru juga selalu berupaya seoptimal mungkin menerapkan etika profesional dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Hal-hal yang menjadi penghambat guru dalam menerapkan etika profesional adalah kondisi insiden yang terjadi di kelas baik dalam situasi belajar atau di luar situasi belajar. Dimana insiden tersebut terkadang memancing emosi guru yang mengakibatkan tidak dapat menerapkan etika profesional secara optimal. Kata Kunci: mutu pendidikan, etika profesional, satuan pendidikan  A. PENDAHULUAN Peran guru sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan peserta didik. Karena itu, di pundak guru terdapat tanggung jawab yang melekat secara terus menerus sampai akhir hayat. Tugas dan tanggung jawab guru tersebut ternyata tidak mudah, karena harus melalui proses yang panjang, penuh dengan persyaratan dan berbagai tuntutan. Sebuah ungkapan tentang “guru tanpa tanda jasa” dan “guru di gugu dan ditiru” telah melekat pada kehidupan guru. Identitas klasik ini intinya adalah 2  membawa konsekuensi terhadap sepak terjangnya dalam kehidupan bermasyarakat. (1) Sedemikian besar kepercayaan masyarakat terhadap guru akhirnya mendorong mereka supaya menyadari eksistensinya. Namun akhir-akhir ini seringkali muncul tuntutan dari masyarakat terhadap guru yang menyoroti kapabilitasnya sebagai guru. Sosok guru menjadi sesuatu yang tidak “sakral” seperti yang terkandung dalam ungkapan di atas. Hal ini karena keberadaan guru sebagai penjual jasa sebagaian ada yang tidak layak masuk kategori sebagai tenaga pendidik. Menjadi guru memerlukan upaya dari “dalam diri” yang mampu memenuhi kualitas sebagai pendidik. Jabatan guru memiliki banyak tugas baik di dalam maupun di luar sekolah. Bahkan tugas itu tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan profesionalitasnya meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Konsekuensi logis dari tugas tersebut adalah guru harus mempunyai banyak peran di antaranya; sebagai korektor, inspirator, informator, fasilitator, pembimbing, mediator, supervisor dan sebagainya. Menyadari peran tersebut, maka pertumbuhan pribadi (personal growth) maupun pertumbuhan profesi (professional growth) guru harus terus menerus mengembangkan serta mengikuti atau membaca informasi yang baru, dan mengembangkan ide-ide yang kreatif. (2) Hal ini dimaksudkan agar eksistensi guru tidak ketinggalan zaman. Dengan selalu memperhatikan setiap perubahan informasi, guru memperoleh bekal baru yang dapat menjadi semangat dan motivasi untuk menciptakan situasi proses belajar mengajar yang lebih menyenangkan bagi siswa. Dalam pandangan Langeveld (1950), seperti yang dikutip Piet A. Sahertian, (3) guru adalah penceramah zaman. Landasan dari profesi guru seharusnya punya visi masa depan. Ketajaman visi mendorong para guru untuk mampu mengembangkan visinya. Untuk mewujudkan visi tersebut, guru harus belajar terus menerus menjadi guru yang profesional. Guru yang profesional 3  memiliki kualifikasi sebagai berikut; a) Memiliki keahlian (expert) dalam bidang yang diajarkan. b) Memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi, dan c) Memiliki rasa kesejawatan dan kode etik serta memandang tugasnya sebagai karier hidup. B. KAJIAN TEORI 1. Makna Etika Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu etos dan ethikos, yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Ethikos susila, keadaban, atau kelauan dan perbuatan yang baik. Dalam Kamus Umum berarti Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral).  Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat (Fauzi, 2018). Kattsof mengemukakan bahwa etika pada prinsipnya berkenaan dengan predikat nilai benar atau salah. Namun, dalam pembahasan yang khusus, etika membicarakan tentang sifat-sifat atau atribut-atribut yang mengakibatkan seseorang disebut baik/sopen/susila. Sementara poerbawakaca mendefinikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan mengenai baik dan buruk, serta usaha mepelajari nilai-nilai dan merupakan pengetahuan tentag nilai-nilai itu sendiri (Siswanto, 2013). Menurut Suseno (1987) etika perlu dibedakan dengan ajaran moral. Menrutnya, ajaran moral adalah wajangan-wejangan, khutbah-khutbah, patokan-patokan serta kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis, tentang bagaimana manusia hidup dan bertindak agai menjadi lebih baik. Sedangkan etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar mengenai ajaran moral. Menurut Profesor Robert Solomon, etika dapat dikelompokkan menjadi dua definisi, yaitu: 4  1. Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik. Penegrtian ini debut pemahaman manusia sebagai indivisu yang beretika. Etika merupakan hukum sosial. 2. Etika merupakan hukum yang mengatur, mengendalikan serta membatasi perilaku manusia. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang angat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yangn baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling menghargai. Tolong menolong, dan sebagainya. Dari beberapa penngertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika adalah nilai tinkah laku manusia terhadap orang lain atau lingkungannya, yang berkaitan dengan nilai moral dan karakter individu, yang dinilai oleh orang lain. Apakah dia baik atau tidaknya seseorang tersebut.  2. Profesi Guru Kata profesi dalam bahasa Inggris profession dalam bahasa Belanda professie yang merupakan kata yang berasal dari bahasa latin professio yang bermakna pengakuan atau pernyataan. Dalam Kmus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Menurut Tilaar profesi adalah pekerjaan, dapat berwujud sebagai jabatan dalam suatu hirarki birokrasi yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika tertentu untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.  Menurut Mudlofir profesi adalah suatu jabata atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya profesi tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan 5  secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh dari apa yang disebut dengan profesionalisasi yang dilakukan sebelum seseorang menjalani profesi itu maupun setelah menjalani suatu profesi. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa profesi sebagai terminologi memiliki bannyak makna, hanya saja jika disederhanakan proesi itu dapat dimaknai sebagai pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian, keterampilan, kejujuran dan sebagainya, sedangkan profesional berkaitan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk melakukannya dan mengharuska adanya pembayaran untuk melakukannya (Ananda, 2018). Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah seperti profesi, profesional, profesionalisme, dan profesionalitas. Sanusi menjelaskan kelima tersebut sebagai berikut : a) Profesi, adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (exertise) dari para anggotanya. Artinya profesi tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.  b) Profesional, keahlian pada bidang yang sesua dengan keahlian yang dimilikinya. Seseorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimilikinya. c) Profesionalisme, merujuk pada kmitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesinalnya dengan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Jadi, dalam bekerja kita dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sumber daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua elemen. Profesionalisme juga bisa merupakan perpasuan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral. d) Profesionalitas, mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serja derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka milki 6  dalam rangka melakukan pekerjaanya. Proesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. e) Profesionalisasi, merujuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kompetensi para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya debagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan profesional baik dilakukan melalui pendidikan atau latihan prajabatan maupun dalam jabatan. Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang life-long dan never-ending, secepat seseorang setelah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi (Fauzi, 2018).      Dalam ungkapan lama terutama di daerah Pulau Jawa dikenal, bahwa guru adalah orang yang digugu dan ditiru. Digugu mengandung arti bahwa guru itu dihormati, maka perintah dan petunjuk guru itu dilaksanakan, ditaati, diperhatikan. Ditiru, mengandung arti sosok guru itu jadi contoh, teladan, panutan, dan seterusnya.  Guru menurut Macmillan adalah someone who other people respect and go to for advice about a prtikular subject. Guru adalah seseorang yang dihormati dan tempat meminta nasihat untuk permasalahan-permasalahan tertentu.  Tugas dan tanggungjawab guru amat besar, tanggung jawab yang besar ini bukan sebagai beban, tapi sebagai kepercayaan, tantangan, dan kehormatan. Guru mendapat kehormatan untuk menumbuhkan generasi baru yang cerdas. Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dibidang keguruan.  Guru adalah posisi yang strategis baik bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungki digantikan oleh unsur manapun 7  dalam kahidupan bangsa sejak dulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang.  Peniaian terhadap profesi guru dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu gejala yang besar. Bukan saja dinegara-negara maju citra profesi guru semakin menurun tetapi juga terjadi di negara-negara miskin dan berkembang. Penilaian terhadap profesi guru juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah suatu negara. Beberapa negara seperti Korea dan Jepang sangat menjunjung profesi guru, sehingga mereka yang ingin masuk keprofesi tersebut harus melalui pendidikan formal sesuai bidang profesi dengan persyaratan yang berat (Susanto, 2020). C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang merupakan penelituan yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualiatas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Metode ini menyeseuaikan pendapat antara peneliti dengan informan. Pemilihan metode ini diakukan karena analisanya tidak bisa dalam bentuk angka dan peneliti lebih mendeskripsikan segala fenomena yang ada.sumber data penelitian kami dapatkan dengan cara memperhatikan cara belajar dan prestasi adik saya sendiri. Penelitian dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Laboratorium UIN Sumatera Utara Medan beralamat di Jl. William Iskandar Pasar V Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Setelah keseluruhan proses penelitian dilasanakan maka selanjutnya penulis mulai melakukan pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dideskripsikan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabaran 8  ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pendapat gutu tentang etika sebagai landasan berpijak dalam profesi guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang guru di MTs Lab UIN SU, menyatakan sebagai berikut: “Sebagai seorang pendidik kita harus baik dalam segala hal. Baik dalam cara mengajar siswa, dalam perbuatan, tingkah laku, dan bersosialisasi antar sesama guru atau wali murid. Karna seorang pendidik adalah contoh bagi siswanya, dan juga sebagai seorang guru dipandang baik oleh wali murid dan lingkungannya di rumah. Sebagai pendidik yang profesional juga guru harus memiliki ilmu mendidik siswa dengan baik, memiliki pengetahuan teradap mata pelajaran yang difokuskannya atau bahkan seorang guru harus bisa memahami semua materi pelajaran yang akan dia ajarkan kepada peserta didiknya. Selain itu sebagai seorang guru juga harus bisa membimbing peserta didik untuk menjadi lebih baik kedepannya”. Lebih lanjut, dijelaskan oleh guru lain melalui wawancara sebagai berikut: “Sebagai seorang guru berarti menjadi contoh teladan kepada peserta didik dan lingkungan sekitarnya. Contoh teladan menurutnya adalah dengan tidak datang terlambat dalam mengajar, juga tidak mengurangi atau menambah jam pelajaran (pulang tepat waktu). Menurutnya sebagai seorang guru, penampilan termasuk salah satu hal penting, sebagai seorang guru kita harus rapi, bersih dan meraik agar siswa tidak bisan melihatnya. Dan sebagai seorang guru juga harus bisa berkomunikasi yang baik kepada setiap orang terutama teman erjanya, kepala sekolah, peserta didik, dan lingkungannya. Dan sebagai guru yang profesional, seorang pendidik harus mengerti TUPOKSI (Tujuan Operasional Sekolahnya) dan administrasi sekolah seperti RPP, KKM, silabus, PROSEM, dan PROTA yang dibuatnya. Selain itu juga sebagai seorang guru yang profesional hars bisa menguasai materi dengan baik”. Sementara, berkaitan dengan kendala yang dihadapi dalam menerapkan etika profesional dijelaskan guru melalui hasil wawancara sebagai berikut: “Sebagai guru kita sudah berupaya seoptimal mungkin menerspkan etika profesional. Namun, guru juga tetaplah manusia biasa yang memiliki 9  kondisi emosi yang berubah. Pada kondisi emosi tertentu, terkadang sebagai guru kita menemuka insiden di kelas dari perilaku siswa yang menyulut emosi kita, misalnya mengganggu temannya secara berlebihan dimana sekarang dikenal sebagai perundungan atau bulliying, merusak fasilitas kelas, atau ribut ketika temannya sedang fokus belajar. Hal tersebut memang pada awalnya masih ditegur dengan pelan dan kemudian dinasehati, tapi terkadang hal tersebut belum bisa membuat siswa lebih baik. Kemudain membuat emosi guru terpancing dan memarahi siswa. Beberapa hasil wawancara yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa guru sebenarnya telah memahami etika profesional dengan baik, dan terus berupaya seoptimal mungkin menerapkan etika profesional, namun terkadang kondisi yang bersifat insiden dari tindakan siswa dapat menyulut emosi guru yang dapat mengganggu penerapan etika profesional secara optimal. E. PENUTUP Sebagai seorang pendidik, sangat penting untuk memiliki etika atau tingkah laku yang baik. Karena pendidik adalah posisi yang strategis baik bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungki digantikan oleh unsur manapun dalam kahidupan bangsa sejak dulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Pendidik juga harus mampu menguasai banyak ilmu agar tidak mengalami miss comunication terhadap pesera didiknya. Selain itu pendidik yang profesional juga harus disiplin dalam waktu. Seperti tidak datang terlambat dan pulang tepat waktu. Juga seorang guru harus memperhatikan penampilannya saat mengajar. Seorang pendidik harus terlihat bersih dan rapi agar peserta didi juga semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.  10  DAFTAR PUSTAKA Frans Magnis, Suseno; Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok ilsafat Moral; (Yogyakarta: Kanisius, 1987) Heri Susanto; Profesi Keguruan; (Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, 2020) Imron Fauzi; Etika Profesi Keguruan; ( Jember: IAIN Jember Press, 2018)  Rusydi Ananda; Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Telaah Terhadap Pendidik dan Tenaga Kependidikan); (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2018)   Siswanto;  Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam; (Surabaya: Pena Salsabila, 2013)  

ETIKA GURU SEBAGAI LANDASAN PADA PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN: STUDI KASUS DI MTS LABORATORIUM  UIN SUMATERA UTARA MEDAN)

http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/almursyid/article/download/2359/1078

ETIKA GURU SEBAGAI LANDASAN PADA PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN: STUDI KASUS DI MTS LABORATORIUM UIN SUMATERA UTARA MEDAN)

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara, Medan