Potensi Whey Kefir Susu Kambing (Whey-Ksk) Sebagai Anti Obesitas Melalui Penghambatan Sintesis Trigliserida, Kolesterol Dan Phosphoenolpyruvate Carboxykinase (Pepck) Pada Model Sel Adiposit 3T3-L1

Abstract

Obesitas merupakan masalah kesehatan kronik dikenal sebagai new world syndrom epidemi global. Obesitas didefinisikan kelebihan energi dalam bentuk lemak tubuh, berhubungan dengan sindrom metabolik dislipidemia yaitu perubahan konsentrasi triasilgliserida, kolesterol dan aktivitas enzim PEPCK. Pemecahan masalah obesitas dapat dilakukan melalui pendekatan adipogenesis sel model preadiposit 3T3-L1 yang berdiferensiasi menjadi sel adiposit 3T3-L1. Proses diferensiasi sel preadiposit diinduksi dengan DMI mengandung dexamethasone, IBMX dan insulin, sehingga sel menjadi sel adiposit, yang mampu mengkonversi glukosa dan protein dari medium menjadi TG, kolesterol yang disimpan didalam droplet lipid. Perubahan jumlah lipid intraselular diikuti dengan aktivitas PEPCK pada adiposit yang dapat digunakan sebagai indikator obesitas. Penggunaan obat untuk menurunkan obesitas mempunyai akibat buruk, oleh karena itu dikembang komponen pangan yang dapat menurunkan obesitas. Whey-KSK merupakan produk fermentasi susu mengandung komponen bioaktif peptida, asam organik, eksopolisakarida, enzim β-galatosidase dan α-glukan. Komponen tersebut berfungsi dalam meningkatkan kesehatan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pemberian whey-KSK terhadap adipogenesis sel adiposit 3T3-L1. Tujuan khusus adalah (1) Menentukan dosis optimum pemberian whey-KSK terhadap penghambatan sintesis TG, TC dan PEPCK pada sel adiposit 3T3-L1. (2) Menganalisis pemberian dosis whey-KSK yang berbeda terhadap perbedaan kadar TG, TC dan PEPCK pada sel adiposit 3T3-L1, (3) Menganalisis hubungan pemberian dosisi whey-KSK yang berbeda terhadap penurunan kadar TG, TC dan PEPCK pada sel adiposit 3T3-L1. Metode penelitian adalah true eksperimental rancangan acak lengkap. Materi ekperimen adalah sel model adiposit 3T3-L1 (Mouse Mus musculus embryonic fibroblast, ditumbuhkan pada DMEM yang mengandung gk\lulosa, penicillin−streptomycin, FBS, diinduksi dengan DMI (Biovision K579-100), setiap sampel mengandung sel adiposit 105 sel/sumur, 24 piring kultur. Kelompok KN (Kontrol - ), KP (Kontrol +), kelompok yang diberi whey-KSK adalah P1, P2, P3, P4 berturut-turut 25, 50, 75 dan P4 100g/mL). Variabel diukur adalah TG, TC dan aktivitas PEPCK yang masing-masing berdasarkan uji kuantitatif colorimetric assay dengan kit Seri Biovision TG (K622-100), TC (K578- 100), aktivitas PEPCK (K603-100), pewarnaan lipid (Oil Red O K580-100), sel lisis (NP- 40 detergent surfac-Amp). Hasil uji menunjukkan TG sel adiposit 3T3-L1 pada berturut-turut pada kelompok KN, KP, P1, P2, P3 dan P4 adalah 1.19 0,03 nmol/L, 2,91 0,03 nmol/L, 1,88 0,08 nmol/L, 1,79 0,05 nmol/L, 1,56 0,06 nmol/L, 1,30±0,05 nmol/μL. Berdasarkan nilai TG menunjukkan bahwa pemberian whey-KSK semakin tinggi mengakibatkan nilai TG semakin rendah. Hasil regresi pemberian dosis whey-KSK berbeda pada sel adiposit berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap TG. Berdasarkan uji statistika (t- hitung 8,89 > t-tabel 2,10), pada (α <5%), dengan koefisien regresi -0,01, setiap peningkatan satu angka variabel dosis whey-KSK dapat menurunkan TG sebesar 0,01 secara signifikan. Koefisien determinasi R square 0,82, menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh variabel dosis Whey-KSK terhadap variabel TG sebesar 82% dan pengaruh variabel bebas lainnya sebesar 18%. Rata-rata kadar TG tertinggi pada perlakuan KP sebesar 2,91±0,03 mnol/L, dan rata-rata angka TG terrendah pada perlakuan KN sebesar 1,30±0,05 mmol/L. Pemberian whey-KSK 25–100 μg/mL dapat menurunkan 35,39–55,32% TG sel adiposit 3T3-L1. Hasil uji kandungan TC sel adiposit 3T3-L1 pada kelompok perlakuan KN (1,11 0,01μg/ L), KP (4,99 0,09 μg/L), P1(3,47 0,09 μg /L), P2 (, 2,99 0,04 μg /L), P3 (2,11 0,09 μg/L), dan P4 (1,94±0,09 μg/μL). Berdasarkan nilai TC menunjukkan bahwa pemberian whey-KSK semakin tinggi mengakibatkan nilai TC rendah. Hasil regresi pemberian dosis Whey-KSK yang berbeda berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap TC. Hasil uji statistika ( t-hitung 13,956 < t-tabel 2,101), pada (α<0,05). Koefisien regresi -0,03 berarti setiap peningkatan satu angka variabel dosis whey-KSK dapat menurunkan variabel TC sebesar 0,03 angka secara signifikan. Koefisien determinasi dengan R square sebesar 0,92, menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh variabel dosis Whey-KSK terhadap variabel TC sebesar 92%, pengaruh variabel bebas lainnya sebesar 8,5%. Rata-rata ninai TC tertinggi pada KP sebesar 4,99 0,09 μg/L, dan terrendah pada KN sebesar 1,11 0,01μg/ L Pemberian whey-KSK 25-100 μg/mL dapat menurunkan TC (10,42-61,12%), Aktivitas PEPCK sel adiposit 3T3-L1 menunjukkan KN (0,03 0,01mU/μL), KP (0,44 0,02mU/μL), P1 (0,32 0,00mU/μL), P2 (0,29 0,00 mU/μL), P3 (0,19 0,00 mU/μL), dan P4 (0,07±0,00 mU/μL). Aktivitas spesifik PEPCK adalah KN (0,08 0,00 mU/mg, KP(0,89 0,13 mU/mg), P1 (0,59 0,00 mU/mg), P2 (0,50 0,00 mU/mg), P3 (0,39 0,00 mU/mg), P4 (0,32±0,14 μg/mg). Berdasarkan aktivitas PEPCK menunjukkan bahwa pemberian whey-KSK semakin tinggi mengakibatkan nilai aktivitas PEPCK semakin rendah, sehingga pemberian whey-KSK dapat menurukan aktivitas PEPCK sel adiposit dibanding dengan KP. Pemberian whey-KSK menunjukkan penghambatan aktivitas PEPCK (56,81–84,09%) dan penghambatan aktivitas spesifik PEPCK (56,17- 64,04%) dibanding kontrol positif. Kontribusi variabel dosis Whey-KSK terhadap variabel aktivitas PEPCK sebesar 72,2%, dan pengaruh variabel lain 27,8%. Kontribusi variabel dosis whey-KSK terhadap variabel aktivitas spesifik PEPCK sebesar 43,0% dan pengaruh variabel lainnya sebesar 57,0%. Kesimpulan pemberian whey-KSK pada sel model obesitas dapat menghambat sisntesis TG, TC dan aktivitas enzim PEPCK yang merupakan indikator obesitas. Whey- KSK potinsial sebagai alternatif komponen diet anti obesitas

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions