Budaya Palose merupakan budaya turun temurun di Kabupaten Kepulauan Sangihe, budaya ini menjunjung tinggi rasa kebersamaan serta kerja sama di antara warga yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe tak terkecuali Kelurahan Angges yang merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kepulauan Sangihe. Mepalose sering di jumpai baik dalam kegiatan pertanian seperti membuka lahan, menanam, atau memanen. Kemudian budaya Palose sering di laksanakan ketika ada peristiwa duka, warga setempat akan berkumpul dimana kaum pria akan membuat bangsal, dan kaum  perempuan akan memasak. Zaman semakin berkembang begitupun dengan pola pikir masyarakat seiring dengan majunya teknologi. Hal ini mempengaruhi partisipasi masyarakat yang ada di Kelurahan Angges terhadap budaya Palose karena pada zaman sekarang hampir semua hal di lakukan dengan mudah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Kelurahan Angges, Kecamatan Tahuna Barat, Kabupaten Kepulauan Sangihe, fokus penelitian budaya Palose masyarakat petani yang ada di Kelurahan Angges dengan informan 12 orang terdiri dari Lurah, Tokoh Adat dan 10 orang petani. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa budaya Palose yang ada di Kelurahan Angges khususnya dalam bidang pertanian masih berjalan sangat baik namun sudah di poles dengan cara-cara yang berbeda tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Palose. Cara-cara mempertahankan budaya Palose di Kelurahan Angges adalah menjaga selalu kebersamaan, kerja sama serta menyelesaikan masalah dengan berdiskusi.  Kata kunci: Dampak Pertambangan Nikel, Pola Hidup; Petani Kelap