Penelitian yang bersubyek pada petani tradisional Arfak dari Subsuku Hatam
telah dilaksanakan di Kampung Syoubri, Kwau dan Mokwam Distrik Warmare
Kabupaten Manokwari bertujuan untuk mengkaji karakteristik biofisik Pegunungan
Arfak dan petani tradisional Hatam saat ini; mendokumentasikan kearifan lokal
yang masih dipraktekkan; mendeskripsikan dan menganalisis tipologi kebun
campurannya dan menemukan strategi pengembangan model kebun campuran
petani tradisional Hatam yang dapat meningkatkan kesejahteraannya namun
ramah lingkungan dan dapat diterima secara sosial budaya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang didesain menggunakan
pendekatan kualitatif naturalistik yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat terkait fakta-fakta,
karakteristik serta hubungan antar fenomena. Penentuan sampel berdasarkan
pembagian wilayah yang disengaja (area sampling and purposive) yaitu
berdasarkan tipologi lahan, suku/etnis, dan cara bertani. Selain analisis domain,
untuk mendapatkan strategi yang ideal dalam mengembangkan kebun campuran
petani tradisional Hatam digunakan juga analisis SWOT.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik biofisik sumberdaya alam
kawasan Pegunungan Arfak antara lain beriklim gunung tropis basah atau
termasuk zone Agroklimat C1 dengan kelembaban udara relatif sekitar 81 sampai
85 %, Intensitas penyinaran matahari 31 - 46 %, bersuhu udara 13,1 - 25,2 0C,
berkelerengan 15-30% pada elevasi 1.100 – 1.600 m.dpl dengan jenis tanah
Entisol, Inceptisol, Alfisol, Ultisol, dan Andisol serta memiliki biodiversitas flora dan
fauna exotic bernilai ekonomi tinggi terutama berbagai jenis anggrek,
Rhododendron, burung dan kupu-kupu sayap burung; sedangkan karakteristik
petani tradisional Hatam yaitu sebagian besar berusia produktif ( 26 - 50 tahun)
dengan tingkat pendidikan masih rendah, memiliki tanggungan keluarga antara 5
- 17 orang, 80% termasuk cukup sampai berpengalaman dalam berkebun cara
mereka, semua anggota keluarga inti terlibat secara aktif dalam mengelola
kebunnya yang berada di 3 - 5 tempat di lokasi yang berbeda.
Kebun campuran petani tradisional Hatam saat ini bertipologi SEE (Sosial-
Ekonomi-Ekologi) berorientasi semi subsistensi dan masih mempraktekkan
pengetahuan dan kearifan lokal seperti : pembukaan kebun berdasarkan aturan
adat sistem zonasi; pemanfaatan tumbuhan in situ untuk pengobatan herbal,
pupuk dan pestisida nabati; zero input pupuk kimia dan pengolahan tanah;
xi
pemanfaatan ternak babi untuk pengolahan tanah sederhana, dan penerapan
aturan adat “Igya ser Hanjop” dalam menjaga batas ulayat dan alamnya. Skenario
terbaik dari pengembangan model kebun petani tradisional Hatam yang terbaik
adalah dengan mengubahnya ke tipologi kebun campuran EES (Ekonomi-Ekologi-
Sosial) melalui strategi ST (Strenght-Threat) dengan cara: penambahan jumlah
jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi yang sesuai karakteristik biofisik lahan
dan dikenal petani; pemanfaatan kearifan lokal sistem zonasi lahan; membangun
brand produk petani Hatam sebagai produk organik dan pembentukan
kelembagaan ekonomi dan jejaring pemasaran produk loka