Pengaruh Pemberian Probiotik pada Infeksi Clostridium Difficile

Abstract

Clostridium difficile (C. difficile) is a gram-positive, anaerobic, spore-forming bacterium, and is an important pathogen in antibiotic-associated diarrhea. These bacteria are normal flora in the human digestive tract but can become pathogenic and form toxins consisting of 2, namely toxin A and toxin B. Due to antibiotics including risk factors for C. difficile infection (CDI), the treatment that can be given is probiotics. Probiotics may be effective in the prevention and treatment of CDI in several ways: alteration of gut flora, enhancement of antimicrobial activity, and as immunomodulators. The effect of probiotics, the method of administration, and the varying duration of administration make probiotics unable to be used as a therapy for C. difficile infection. However, probiotics can still be an option for adjuvant therapy in the treatment of CDI.Clostridium difficile (C.difficile) merupakan bakteri gram positif, bersifat anaerob, membentuk spora, dan merupakan patogen penting pada penyakit diare akibat antibiotik. Bakteri ini merupakan flora normal dalam saluran pencernaan manusia namun dapat menjadi patogen serta membentuk toksin yang terdiri dari 2, yaitu toksin A dan toksin B. Dikarenakan antibiotik termasuk faktor risiko terjadinya infeksi C. difficile (CDI), tatalaksana yang dapat diberikan yaitu probiotik. Probiotik mungkin efektif dalam pencegahan dan pengobatan CDI dalam beberapa cara: perubahan flora usus, peningkatan aktivitas antimikroba, dan sebagai imunomodulasi. Pengaruh probiotik, cara pemberian, serta lama pemberian yang masih bervariasi membuat probiotik belum bisa dijadikan sebagai terapi infeksi C. difficile. Namun, probiotik masih dapat menjadi salah satu pilihan terapi adjuvant pada penanganan infeksi CDI

    Similar works