KEMAMPUAN GURU PEMBIMBING DALAM MELAKSANAKAN HUBUNGAN KONSELING : Studi Deskriptif untukMengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Melaksanakan Hubungan Konseling pada Guru Pembimbing di SMA Pasundan 3 Bandung

Abstract

Nurul Wardhani, "Kemampuan Guru Pembimbing dalam Melaksanakan Hubungan Konseling". Studi Deskriptif untuk Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Melaksanakan Hubungan Konseling pada Guru Pembimbing di SMA Pasundan 3 Bandung. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh gambaran apa adanya mengenai kemampuan melaksanakan hubungan konseling oleh guru pembimbing di SMA Pasundan 3 Bandung. Maksudnya adalah kemampuan guru pembimbing untuk berinteraksi dengan klien/siswa yang dapat melibatkan klien secara penuh (involved) dalam proses konseling melalui wawancara konseling agar terbuk?. dan dengan mudah menyatakan perasaan, pengalaman, dan idenya sehingga memperlancar proses konseling, dan segera mencapai tujuan konseling yang diinginkan klien atas bantuan guru pembimbing. Terdapat tiga aspek yang menetukan keberhasilan guru pembimbing dalam melaksanakan hubungan konseling, yaitu: Pengetahuan konseling; Keterampilan konseling; dan Kualitas pribadi guru pembimbing dalam berkomunikasi konseling. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek yang diarhati atau diwawancarai. Berdasarkan hal tersebut, maka data yang dijaring pun berupa data deskriptif yang menggambarkan: a) Keterlibatan dan keterbukaan siswa dalam hubungan konseling; b) Kesulitan yang dialami guru pembimbing dalam melaksanakan hubungan konseling; c) Pengetahuan konseling yang dimiliki guru pembimbing; d) Teknik-teknik konseling yang digunakan guru pembimbing; e) Kualitas pribadi guru pembimbing daiam berkomunikasi konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh guru pembimbing (baik yang berlatar belakang pendidikan BK/Bimbingan Konseling maupun yang tidak berlatar belakang pendidikan BK jumlah seluruhnya enam orang) di SMA Pasundan 3 Bandung tidak efektif melaksanakan hubungan konseling. Artinya interaksi mereka dalam hubungan konseling berupa wawancara konseling tidak dapat melibatkan klien/siswa secara penuh (involved) dalam proses konseling, selain itu tidak dapat membuat klien terbuka menyatakan perasaan, pengalaman, dan idenya. Oleh karena itu proses konseling menjadi tidak lancar dan tidak mencapai tujuan konseling yang diinginkan klien. Tiga aspek yang menentukan keberhasilan hubungan konseling, yaitu pengetahuan mengenai konseling dan pengetahuan mengenai karakteristik klien (siswa SMA); keterampilan konseling yang meliputi proses, tahapan dan teknik konseling; serta kualitas pribadi, yang dimiliki seluruh guru pembimbing di SMA Pasundan 3 Bandung (enam orang) dalam berkomunikasi konseling tidak efektif menunjang tujuan hubungan konseling. Kebanyakan perilaku-perilaku yang dikomunikasikan mereka masih mencerminkan pribadi yang kurang empati, kurang menghargai (positif regard), kurang hangat dan respek (warmth & respect) serta kurang genuine. Mengingat ketiga aspek yang menentukan keberhasilan pelaksanaan hubungan konseling tersebut masih tidak efektif, maka dirumuskan program hipotetik pelatihan peningkatan ketiga aspek tersebut yang dikemas dalam judul Pelatihan Hipotetik Peningkatan Kemampuan Melaksanakan hubungan konseling bagi Guru Pembimbing di SMA Pasundan 3 Bandung. Program hipotetik pelatihan peningkatan kemampuan melaksanakan hubungan konseling bagi Guru Pembimbing di SMA Pasundan 3 Bandung, berdasarkan hasil validasi Semiloka serta Uji Coba Skenario diperoleh rumusan program akhir yang meliputi: Rasional; Hasil Penelitian Terdahulu; Kebutuhan terhadap program; Visi dan Misi program; Tujuan program pelatihan; Metode, waktu, dan tempat pelaksanaan; Materi, Target Materi, & Standar Keberhasilannya, Proses Pelatihan; Personil yang Terlibat; serta Monitoring, Evaluasi, dan Standar Keberhasilan

    Similar works