research

Nilai Humanisme dalam Serat Saptastha

Abstract

Raja merupakan pemimpin yang dipandang sebagai perwujudan ilahi. Setiap perintah dan keputusannya harus dipatuhi dan dijalankan sebagai bukti bakti. Raja yang tetap dipatuhi rakyatnya meskipun mengalami peristiwa yang tidak lazim di kalangan raja adalah Hamengku Buwana VII. Kisah kemunduran Hamengku Buwana VII dari kursi raja tertuang di dalam isi naskah Serat Saptastha yang tersimpan di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Naskah Serat Saptastha tergolong naskah sejarah karena berisi sejarah peralihan kekuasaan dari Hamengku Buwana VII kepada putranya, Pangeran Adipati Anom, yang kemudian dinobatkan sebagai Hamengku Buwana VIII setelah Hamengku Buwana VII memilih meninggalkan kerajaan dan menetap di Ambarukma. Metode yang digunakan dalam penulisan ini analisis isi dengan pendekatan sosiologi sastra. Tulisan ini menunjukkan bahwa naskah Serat Saptastha dapat menggambarkan sosok Hamengku Buwana VII sebagai raja pemberani dan berwibawa meskipun mengalami lengser keprabon. Citra Humanisme yang ditampilkan Hamengku Buwana VII dalam naskah Serat Saptastha menunjukkan sikap kawicaksanaan, keberanian, dan kewibawaan

    Similar works