Analisis Kerentanan Wilayah Pesisir Dengan Variabel Sosial Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Kabupaten Pasangkayu Sulawesi Barat

Abstract

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk. Ketiga kemampuan tersebut yaitu usia dan kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Pembangunan manusia sebagai proses memperluas pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, kesejahteraan dan sebagainya (UNDP, 1995). Pembangunan manusia di Kabupaten Pasangkayu menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Dari tahun 2012 hingga 2019 terjadi kenaikan IPM sebesar 4,37 poin (BPS Kabupaten Pasangkayu, 2019). Terus meningkatnya nilai IPM ada keterlibatan dari pemerintah dan masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis: (1) Kerentanan wilayah pesisir, studi kasus: Kabupaten Pasangkayu Sulawesi Barat, ditambah dengan kerentanan IPM. (2) Peran aktor dalam pembangunan manusia di Kabupaten Pasangkayu dengan metode Mactor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan yaitu 9 responden dari para expert di Kabupaten Pasangkayu. Responden tersebut yaitu Bupati, DPRD, BPMPD, BPD, DKP, Disnaker, Dinkes, Disdikbud, dan Tokoh Masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan peta fisik kerentanan wilayah yaitu ketinggian, kelerengan, garis pantai, dan jarak sungai memiliki kerentanan yang beragam, sebagian besar wilayah masih dalam kondisi yang cukup aman terhadap potensi bencana. Sedangkan pada peta sosial kerentanan wilayah variabel IPM menunjukkan bahwa kerentanan mayoritas berada diwilayah pesisir, artinya IPM wilayah pesisir di Sulawesi Barat masih sangat rentan. Sedangkan daerah yang sudah baik dalam pembangunan manusia yaitu Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Pasangkayu. Hasil analisis mactor dari Matrix of Direct Indirect Influence (MDII) atau pengaruh antar aktor menunjukkan bahwa Bupati sebagai aktor yang paling tinggi tingkat pengaruhnya dan Tokoh Masyarakat sebagai aktor yang paling tinggi tingkat ketergantungan dengan aktor lainya. Sedangkan Hasil dari Matrix Actor Objective (MAO) atau pengaruh aktor terhadap tujuan menunjukkan bahwa standar kehidupan layak menjadi tujuan yang utama dalam pertumbuhan nilai IPM dan Bupati menjadi aktor yang paling melakukan pergerakan untuk mencapai tujuan

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions