Pendugaan Heterosis Pada Ketahanan Hasil
Persilangan Interspesies Tanaman Kenaf
(Hibiscus Cannabinus L.) Terhadap Nematoda Puru
Akar (Meloidogyne Incognita)
Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) merupakan tanaman penghasil serat yang
termasuk kedalam serat batang. Serat yang dihasilkan tanaman kenaf ini memiliki
produk diversifikasi bernilai ekonomi tinggi karena mempunyai banyak manfaat
dalam bidang industri. Saat ini, pengembangan tanaman kenaf belum optimal
sehingga menunjukkan nilai produktivitas yang rendah. Produktivitas tanaman
kenaf pada tingkat petani yaitu hanya 1,7 ton/ha. Penyebab rendahnya nilai
produktivitas karena tanaman kenaf mudah terserang oleh nematoda puru akar
serta lingkungan tumbuh tanaman kenaf yang sesuai dengan tempat
berkembangnya nematoda puru akar. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan NPA yaitu dengan menggunakan varietas tahan hasil dari
pemuliaan. Balittas telah melakukan 2 persilangan interspesies yaitu H. radiatus
dan H. cannabinus serta H. asetosela dan H. cannabinus agar menghasilkan
varietas unggul yang toleran terhadap NPA. Salah satu tahapan yang dapat
dilakukan untuk evaluasi dan seleksi pada persilangan interspesies dengan
mengevaluasi nilai heterosis untuk menilai hasil persilangan antar galur. Tujuan
dilaksanakannya penelitian ini untuk memperoleh informasi nilai heterosis
ketahanan dari hasil persilangan interspesifik tanaman kenaf terhadap nematoda
puru akar (Meloidogyne incognita) dan mendapatkan hibrida kenaf yang unggul.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 sampai dengan
Februari 2020 di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat yang bertempat di
Jl. Raya Karangploso Km. 4, Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Malang, Jawa
Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panduan Pengujian
Individual Buss, polybag, mulsa, meteran, penggaris, jangka sorong, tugal,
gembor, selang, alfaboard, kayu, gunting, sentrifuge, baskom, gelas ukur, blender,
kain, timbangan analitik, cawan petri, saringan, beaker glass, botol semprot, botol
sentrifugasi, mikroskop, suntikan, sendok plastik, alat tulis dan kamera. Bahan
yang digunakan yaitu benih tetua yaitu KIN2, KR15, KR1, KAL II, SSRH023,
benih yang berasal dari hasil persilangan interspesies yaitu KAL II X KIN2, KAL
II X KR15, KAL II X KR1, SSRH023 X KIN2, SSRH023 X KR15, dan
SSRH023 X KR1, media steril yang terdiri dari campuran tanah dan pasir,
formalin, kapur dolomit, pupuk NPK Phonska, urea, insektisida, fungisida, air,
larutan gula, dan nematoda puru akar (NPA). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diulang sebanyak 3
kali. Pengamatan dilakukan pada karakter kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan
kualitatif yaitu bentuk daun, tepi daun, warna daun, warna petiole, dan warna
batang yang mengacu pada Panduan Penguijian Individual Buss. Pada
pengamatan karakter kuantitatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah ruas, panjang daun, lebar daun, panjang petiole, berat basah
brangkasan, berat basah batang, dan berat basah akar.
Hasil perhitungan analasis ragam karakter kuantitatif pada 45 dan 75 HST
menunjukkan bahwa F hitung yang dihasilkan berbeda nyata, kecuali pada
ii
karakter berat basah akar dan berat basah brangkasan. Pada karakter kualititatif
yang telah diamati adanya kemiripan antara F1 dengan tetuanya yang tidak beda
jauh, kecuali pada warna petiole dan batang. Berdasarkan hasil perhitungan nilai
heterosis dan heterobeltiosis pada karakter kuantitatif menunjukkan bahwa hasil
persilangan interspesies yaitu SSRH023 X KIN2, KAL II X KIN2, dan KAL II X
KR1 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis paling tinggi. Pengamatan
jumlah nematoda puru pada akar dan nilai faktor reproduksi nematoda puru akar
nilai heterosis terendah dimiliki oleh SSRH023 X KIN2 dan nilai heterobeltiosis
dimiliki oleh KAL II X KIN2. Semua hasil persilangan interspesies yang diamati
memiliki karakter ketahanan yang tahan terhadap nematoda puru akar
(Meloidogyne incognita