Pengaruh Jenis Pelarut dan Lama Waktu Ekstraksi menggunakan Metode MAE (Microwave Assisted Extraction) terhadap Aktivitas Antibakteri Ekstrak Mikroalga Nannochloropsis oculata

Abstract

Nannochloropsis oculata merupakan jenis mikroalga uniseluler yang masuk dalam filum Chlorophyta. N.oculata mengandung beberapa senyawa seperti fenol, flavonoid, dan senyawa lain yang berpotensi sebagai antibakteri. Tingginya potensi yang dimiliki oleh N.oculata menjadikan mikroalga tersebut terus dikembangkan dalam berbagai penelitian, salah satunya adalah tentang potensi antibakteri yang dimiliki. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi (MAE) (Maseration Assisted Extraction) untuk mendapatkan ekstrak kasar N.oculata yang kemudian dilanjutkan dengan uji aktivitas antibakteri metode difusi cakram terhadap bakteri Gram Negatif (Escherichia Coli) dan Gram Positif (Staphylococcus aureus), uji KHM dan KBM. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor, yaitu jenis pelarut dan lama waktu ekstraksi. Jenis pelarut yang digunakan adalah metanol, etanol dan etil asetat, sedangkan lama waktu ekstraksi adalah 10 menit, 20 menit dan 30 menit. Analisa data hasil pengamatan menggunakan analisa ragam (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 5%. Analisa lanjutan menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Penetapan perlakuan terbaik dilakukan menggunakan metode multiple attribute. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat interaksi antara jenis pelarut dengan waktu ekstraksi terhadap rendemen dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji. Rendemen tertinggi ekstrak yang dihasilkan adalah pada ekstrak dengan pelarut metanol dengan waktu ekstraksi selama 30 menit yaitu sebanyak 12,30%. Aktivitas antibakteri terbaik yang diperoleh berdasarkan pengukuran diameter zona bening pada bakteri uji E.coli adalah sebesar 2,48 mm pada pelarut metanol dengan waktu ekstraksi 20 menit, sedangkan pada bakteri S.aureus adalah sebesar 15,79 mm pada pelarut etanol dengan waktu ekstraksi 20 menit. Uji KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) yang dilakukan menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri uji setelah diinkubasi selama 24 jam, sehingga tidak konsentrasi yang dibutuhkan lebih besar untuk dapat menghambat bakteri uji selama inkubasi. Hasil pengujian KHM yang tidak menunjukkan adanya hambatan, mengakibatkan tidak ada sampel yang bisa dilanjutkan untuk uji KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions