Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan mengenal warna melalui kegiatan menyanyi pada siswa tunagrahita sedang kelas I SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah delapan orang siswa tunagrahita sedang kelas I terdiri dari 5 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, teknik tes dan dokumentasi. Hasilpenelitian tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan rata-rata 87,5% atau 7 anak yang mendapat nilai baik. Data hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengenal warna pada siswa tunagrahita sedang kelas I di SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo melalui kegiatan menyanyi lagu “Pelangi-Pelangi”

Wahyuningsih, Tri

English

Universitas Muhammadiyah Purworejo: OJS

   http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     114 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211  PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI KEGIATAN MENYANYI PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 1 SDLB SLB MUHAMMADIYAH PURWOREJO  Tri Wahyuningsih SDLB SLB Muhammadiyah Purworejo  e-mail: tri.wayuhningsih@gmail.com  Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan mengenal warna melalui kegiatan menyanyi pada siswa tunagrahita sedang kelas I SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah delapan orang siswa tunagrahita sedang kelas I terdiri dari 5 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, teknik tes dan dokumentasi. Hasil penelitian tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan rata-rata 87,5% atau 7 anak yang mendapat nilai baik. Data hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengenal warna pada siswa tunagrahita sedang kelas I di SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo melalui kegiatan menyanyi lagu “Pelangi-Pelangi”. Kata Kunci: kegiatan menyanyi, kemampuan mengenal warna, tunagrahita sedang INCREASING COLOR RECOGNITION ABILITY THROUGH SINGING ACTIVITIES IN CLASS 1 CHILDREN OF SDLB SLB MUHAMMADIYAH PURWOREJO Abstract: This study aims to determine an increase in color recognition skills through singing activities for moderately mentally retarded students in class I at SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo. This study used the Classroom Action Research (CAR) method which was carried out in two cycles. The subjects of this study were eight students with mental retardation while grade I consisted of 5 boys and 3 girls. Data collection methods in this study are observation, test techniques and documentation. The results of each cycle increased from cycle I to cycle II with an average of 87.5% or 7 children who got good grades. The data from the research showed that there was an increase in the ability to recognize colors in middle-class mentally retarded students at SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo through singing the song "Pelangi-Pelangi".  Keywords: singing activities, color recognition ability, moderate mental retardationPENDAHULUAN Dalam Undang-undang  No. 20 Tahun 2003 pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan kesempatan untuk belajar. Seperti yang  tertuang  dalam UUSPN pasal 5 ayat 2 yang berbunyi warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Untuk itu kita wajib memberi kesempatan kepada ABK untuk memperoleh kesempatan belajar agar dapat mandiri sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Zulmiyetri, 2014). Intelegensi yang berada dibawah rata-rata anak pada umumnya, dapat menghambat segala aktifitasnya baik dalam bersosialisasi, komunikasi dan yang lebih menonjol adalah ketidakmampuannya dalam menerima pelajaran yang bersifat akademik sebagaimana anak–anak sebayanya. Setiap anak    http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     115 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211  tunagrahita adalah pribadi yang unik, karena mereka mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda–beda sesuai tingkat intelegensinya. Hambatan yang dialami dalam mengikuti pelajaran disebabkan oleh tingkat intelegensi dan berfikir abstrak yang rendah (Rinaningsih, 2019). Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Tunagrahita berdasarkan pada umur mental yaitu tunagrahita ringan  umur mental 8 – 12 tahun, tunagrahita sedang  umur mental 3 – 8 tahun dan tunagrahita berat umur mental 0 – 3 tahun. Adapun yang dimaksud umur mental setaraf dengan anak usia 8 tahun, meskipun anak tunagrahita berusia 20 tahun secara kalender akan tetapi umur mental anak tersebut maksimal berusia seperti anak usia 8 tahun pada anak umumnya (Humaira, 2012). American Association on Mental Deliciency (AMD) dalam Juraidah (2021) tunagrahita dapat diklasifikasikan berdasarkan pada tingkatan IQ yaitu tunagrahita ringan dengan IQ 51 – 70, tunagrahita sedang IQ 30 – 50 dan tunagrahita berat IQ di bawah 30. Pada umumnya penampilan fisik anak tunagrahita tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia, perkembangan bicara dan bahasa terlambat, anak tunagrahita kurang/ tidak ada perhatiannya terhadap lingkungan, koordinasi gerakan kurang atau gerakan sering tak terkendali, serta sering keluar ludah dari dalam mulut/ngiler. Anak berkebutuhan Khusus menggunakan prinsip belajar, bermain dan bernyanyi. Pembelajaran dengan bernyanyi untuk Anak Berkebutuhan Khusus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Menyanyi adalah satu hal yang tak terpisahkan dari dunia anak-anak. Menyenandungkan lagu atau nyanyian, apalagi yang berirama riang, sungguh kegiatan yang mereka gandrungi. Hal ini tidaklah mengherankan, karena lagu atau nyanyian pada dasarnya adalah suatu bentuk dari bahasa nada (melodi), yaitu bentuk harmoni dari tinggi rendahnya suara Zulmiyetri (2014). Menyanyi adalah melantunkan suara dengan nada-nada yang beraturan, biasanya menyanyi diiringi dengan alat musik, baik itu menyanyi secara single/sendirian maupun menyanyi dalam kelompok. Manfaat menyanyi untuk menghibur diri dan orang lain serta media penyalur rasa seperti lagu “Pelangi-Pelangi” (blogspot.com). Lagu “Pelangi-pelangi” di ciptakan oleh AT Mahmud. Warna pelagi merupakan sektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Ini kemudian di kenal sebagai warna pigmen primer yang di pakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder (Wikipedia.org). Warna primer adalah warna dasar yang bukan campuran dari warna-warna lain, yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru dan kuning. Pembelajaran pengenalan warna untuk kegiatan menyanyi lagu “pelangi-pelangi” merupakan salah satu media yang tidak terlalu sulit di dapat dan dapat dilakukan dengan tanpa musik ataupun dengan musik (Nadia, 2009). Menyanyi dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar, anak-anak biasanya sangat senang bernyanyi. Pemberian materi dengan bernyanyi dapat dipertimbangankan dengan memperhatikan karakteristik siswa tunagrahita yang bertujuan untuk pencapaian tujuan pembelajaran serta mengembangkan kemampuan pengenalan warna pada siswa tunagrahita sedang (Caniago, 2019). Dari hasil pengamatan di SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo terdapat 8 siswa tunagrahita sedang kelas I SDLB yang mengalami kesulitan dalam mengenal warna karena hambatan yang mereka alami. Mereka hanya mengenal warna merah, hal ini karena siswa menyukai warna tersebut dan tidak tertarik dengan warna-warna lainnya. Saat mereka diberi tugas untuk mewarnai oleh gurunya selalu mewarnainya dengan warna merah saja. Siswa juga cenderung mengikuti suasana hati. Jika dari rumah suasana hatinya sedang kurang bagus maka    http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     116 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211  akan berdampak pada pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak fokus dan mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya. Selain hal tersebut, masih banyak anak didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan khususnya dalam kegiatan mengenal warna, sehingga hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan guru. Hal ini mungkin disebabkan minat, motivasi serta kurangnya kesempatan anak dalam mengembangkan kemampuan mengenal warna untuk mengikuti pembelajaran. Berbagai permasalahan di SLB ditemui guru dalam memberikan pelayanan pendidikan di sekolah, khususnya dalam pengenalan warna pada anak berkebutuhan khusus, terutama anak tunagrahita sedang. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan di kelas ditemukan rendahnya pengenalan warna yang ditandai dengan beberapa kondisi berikut. Pertama, setiap diberi kesempatan untuk menyebutkan warna banyak anak yang hasilnya masih relatif rendah, tidak ada anak atau 0 % dari 8 jumlah anak. Kedua, jika diterangkan banyak anak yang kurang tertarik, hanya sebagian anak yang mau memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengangkat judul ”Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Kegiatan Menyanyi Lagu “Pelangi-Pelangi” pada Anak Tunagrahita Sedang kelas 1 SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo Tahun Pelajaran 2018/2019”.  METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara sederhana PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Dalam hal ini pengertian tindakan kelas tidak terbatas pada empat dinding kelas atau ruang kelas, tetapi lebih pada daya aktivitas belajar dua orang atau lebih peserta didik (Sanjaya, 2016). Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan di SLB Muhammadiyah Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.  Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh responden yang ada dalam penelitian ini. Subjek penelitian yaitu anak tunagrahita sedang kelas 1 SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo dengan jumlah 8 anak terdiri dari 5 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Pelaksanaan perbaikan ini pada semester 2 tahun pelajaran 2018-2019 dalam 2 siklus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa observasi, tes, dan dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus di setiap siklus terdiri dari empat pertemuan dan memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi (Suhardjono, 2015). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil pengumpulan data dari seperti observasi, tes, dan dokumentasi yang melalui dua siklus pada kelas 1 di SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo. Berikut data hasil dari siklus I dan siklus II sebagai berikut.  Tabel 1. Data Hasil Siklus I  Nama RKH I 11 Feb 2019 RKH II  12 Feb 2019 RKH III  13 Feb 2019 RKH IV 14 Feb 2019 RKH V 15 Feb 2019 Hasil Penilaian                Jumlah Anak - - 8 - 2 6 - 5 3 1 5 2 2 4 2 Prosentase  0% 0% 100% 0% 25% 75% 0% 62,5% 37,5% 12,5% 62,5% 25% 25% 50% 25%    http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     117 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211   Keterangan:  : Anak sudah mencapai 3 aspek indikator (ketelitian, kesadaran, kerapian) penilaian = baik  : Anak sudah mencapai 2 aspek indikator (ketelitian, kesabaran) = cukup  : Anak belum mencapai 1 aspek indikator = kurang  Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat tingkat kemampuan anak sebagian besar mengalami kenaikan dari setiap RKH. Dengan melihat perkembangan pada kegiatan mewarnai gambar pelangi anak pada awalnya masih banyak kekurangan, akan tetapi setelah diadakan PTK maka sedikit demi sedikit mulai ada peningkatan pada kegiatan mewarnai  Gambar 1. Diagram Batang Siklus I Hasil Karya Mewarnai  Keterangan:   =   Baik                          =   Cukup                     =   Kurang  Dari siklus I diperoleh hasil seperti diagram di atas yang menunjukkan bahwa kegiatan ini belum memuaskan karena masih ada anak yang belum mencapai aspek indikator penilaian sehingga masih perlu dilaksanakan lagi pada siklus II.  Tabel 2. Data Hasil Siklus II  Nama RKH I 18 Feb 2019 RKH II 19 Feb 2019 RKH III 20 Feb 2019 RKH IV 21 Feb 2019 RKH V 22 Feb 2019 Hasil Penilaian                Jumlah Anak  2 5 1 3 4 1 4 4 - 5 3 - 6 2 - Prosentase  25% 62,5% 12,5% 37,5% 50% 12,5% 50% 50% 0% 62,5% 37,5% 0% 87,5% 12,5% 0%   Keterangan:  : Anak sudah mencapai 3 aspek indikator (ketelitian, kesadaran, kerapian) penilaian = baik  : Anak sudah mencapai 2 aspek indikator (ketelitian, kesabaran) = cukup  : Anak belum mencapai 1 aspek indikator = kurang     http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     118 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211  Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat tingkat kemampuan anak pada siklus II meningkat dengan baik. Dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan pada kegiatan mewarnai gambar Pelangi ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna anak didik. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar anak didik dengan nilai baik 7 anak, yang mendapat nilai cukup 1 anak dan tidak ada yang mendapat nilai kurang. Keberhasilan sikus II yang mendapat nilai baik 87,5%, yang mendapat nilai cukup 12,5%.   Gambar 2. Diagram Batang Siklus II Hasil Karya Mewarnai gambar  Keterangan:   =   Baik                          =   Cukup                     =   Kurang   Dari siklus II diperoleh hasil pada diagram di atas yang menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran menghasilkan peningkatan yang memuaskan. Terlihat hasil yang baik sekali.               Pembahasan  Penelitian tindakan dilaksanakan sebanyak II siklus. Tiap siklus terdiri atas lima kali pertemuan yang masing-masing pertemuan berlangsung selama 1 jam pembelajaran. Kemampuan awal siswa dan pelaksanaan siklus I apabila dibandingkan terlihat sudah ada peningkatan, namun belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan peneliti, sehingga dilakukan tindakan siklus II. Hal ini disebabkan pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus I, sehingga perlu diadakan perbaikan dalam siklus II agar indikator keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai. Kegiatan mewarnai gambar pada siklus I belum berhasil karena dari 8 anak yang telah berhasil mencapai 3 aspek (ketelitian, kesabaran, dan kerapian) hanya ada 2 anak (25%) dan yang mencapai 2 indikator atau cukup baik ada 4 anak (50%) dan 2 anak (25%) masih mendapat hasil kurang. Setelah mengadakan kajian data dan diskusi dengan teman sejawat, maka diupayakan pada pembelajaran siklus II dapat meningkat. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, anak yang dapat mencapai 3 indikator (baik) ada 7 anak (87,5%), anak yang dapat mencapai 2 indikator (cukup) ada 1 anak (12,5%), dan tidak ada anak yang mendapat nilai kurang. Ada kenaikan 87,5% atau 7 anak yang mendapat nilai baik. Peningkatan kemampuan mengenal warna yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu proses memperkenalkan dan mengajarkan siswa mengenai warna-warna melalui kegiatan menyanyi. Hasil belajar siswa terjadi peningkatan dengan cukup baik. Hasil belajar pada siklus 2 sudah lebih baik dari siklus I. Hal itu, dibuktikan oleh perolehan hasil pada siklus I dan siklus    http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     119 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211  II, peningkatan tersebut didapat dengan melakukan semua tahapan-tahapan pembelajaran melalui kegiatan menyanyi lagi Pelangi-Pelangi, dengan demikian penelitian ini dapat dianggap berhasil. Kegiatan bernyanyi dalam pembelajaran mengenal warna pada siswa tunagrahita sedang kelas I di SDLB C1 SLB Muhammadiyah Purworejo mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tertarik dan tidak mudah bosan. Bernyanyi lagu Pelangi-Pelagi ini bisa diterapkan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna pada siswa tunagrahita sedang. Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa kegiatan menyanyi lagu “Pelangi-pelangi” dan mewarnai gambar pelangi yang bervariasi serta pemahaman konsep yang tepat dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak tunagrahita sedang dan dapat motivasi anak dalam berkarya. PENUTUP Berdasarkan analisa data dan pembahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyanyikan lagu “Pelangi-pelangi” dan mewarnai gambar pelangi yang bervariasi serta pemahaman konsep yang tepat dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak tuna grahita sedang. Terbukti pada siklus I anak yang dapat mencapai 3 indikator (baik) ada 2 anak (25%) yang mencapai 2 indikator (cukup) ada 4 anak (50%) dan anak yang masih mencapai indikator kurang ada  2 anak (25%). Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, anak yang dapat mencapai 3 indikator (baik) ada 7 anak (87,5%), anak yang dapat mencapai 2 indikator (cukup) ada 1 anak (12,5%), dan tidak ada anak yang mendapat nilai kurang. Ada kenaikan 87,5% atau 7 anak yang mendapat nilai baik. Suasana yang nyaman, tenang dan pengelolaan kelas yang baik dapat meningkatkan perhatian anak terhadap kegiatan pembelajaran. Kemauan yang kuat dan kesabaran dapat meingkatkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Penghargaan/reward terhadap anak akan menambah daya minat anak dalam kegiatan pembelajaran.   DAFTAR PUSTAKA Caniago Masitoh & Zulmiyetri. (2019). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Dasar Melalui Bermain Pancing Pada Anak Tunagrahita Ringan. Ranah Research: Journal of Multidicsiplinary Research and Development Vol 1, No 4  Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Centers And Cicle Time (BCCT)  Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Undang-undang No. 20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.   Humaira, D. (2012). Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas III Di SLB Sabiluna Pariaman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1(3)  Juraidah. (2021). Penggunaaan Bola Warna Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Pada Siswa Tunagrahita Kelas III Di SDLB Negeri Banda Aceh. Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol. 9, No. 2   Life Sofyan. (2004). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus (On Line). (http:// lifyasofyan.blogspot.com)  Nadia Derara. (2009). Efektivitas Kegiatan Bermain Cat Air untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Universitas Negeri Padang.  Nuryani. (2005). Penguasaan Emosi. (http://pembelajaran anak.blogspot.com)      http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd     120 Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2022. Hal 114-120. e-ISSN. 2746-1211  Pemerintah Provinsi Jawa Tengah – Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Balai Pengembangan Pendidikan Khusus. (2013). Informasi tentang Anak Berkebutuhan Khusus  Rinaningsih, D. W. (2020). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Media Mozaik Untuk Siswa Tunagrahita Sedang Kelas III DI SDLB Wira Kusuma Prigen Tahun Ajaran 2018/2019 Vol.4, No.1  Sanjaya, W. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.   Suhardjono, A. &. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.  Zulmiyetri, S. (2014). Efektivitas Permainan Twister Dalam Mengenalkan Warna Primer Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas DII/C dI SLB Kasih Ummi Padang. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus Vol 35, hal 76–587. 

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI  KEGIATAN MENYANYI PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 1  SDLB SLB MUHAMMADIYAH PURWOREJO

https://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jpd/article/download/2259/1313

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI KEGIATAN MENYANYI PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 1 SDLB SLB MUHAMMADIYAH PURWOREJO

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Universitas Muhammadiyah Purworejo: OJS