Analisis komparasi pemikiran pendidikan Islam KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan: Studi komparasi pendidikan islam di Indonesia saat ini

Abstract

ABSTRAK Mempelajari pemikiran tokoh merupakan hal yang harus di lakukan lebih-lebih tokoh tersebut memang mempunyai pemikiran yang jernih. Seperti KH Hasym Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan yang berjasa terhadap dunia pendidikan di Indonesia khusunya pendidikan Islam. Beliau adalah tokoh pembaharu dalam dunia pendidikan Islam seperti kita ketahui pada waktu itu bangsa Indonesia masih dijajah oleh bangsa belanda, sehingga semua kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah belanda merugikan harkat dan martabat sebagai bangsa. Melalui pemikiran pendidikan beliaulah rakyat Indonesia sadar akan kejahatan yang dilakukan oleh bangsa belanda. Sehingga dimulailah konsep pendidikan Islam masing-masing dari beliau dengan melihat kondisi sosial yang ada. Penelitian ini berbentuk analisis komparatif, bersifat deskriptif kualitatif. Data penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu karya langsung K.H Hasyim Asy’ari adalah Adab al-‘Alim wa al-Muta'allim. Sedangkan untuk KH Ahmad Dahlan memang tidak pernah mengarang sebuah tulisan ya ng berbentuk buku, tetapi banyak orang yang mengutarakan pemikiran KH Ahmad Dahlan salah satunya Hery Sucipto sebagai data primer dalam penelitian ini dengan judul KH Ahmad Dahlan Sang Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah. Adapun data sekunder adalah buku-buku lain yang berkaitan dengan analisis komparasi pendidikan Islam pemikiran KH Hasym Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan. Penelitian ini menganalisis komparasi tentang pemikiran pendidikan Islam yang mencakup landasan, tujuan serta pendidik dan peserta didik dengan melakukan studi kritis pada pendidikan Islam yang terjadi Indonesia saat ini. Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa kedua tokoh mempunyai konsep pemikiran pendidikan Islam tersendiri tentang landasan, tujuan, serta pendidik dan peserta didik. Dengan hasil. Pertama, Dalam landasan berfikir KH Hasym Asy’ari mengguanakan landasan historis, cultur, ilmiah rasional, sosiologis dalam semua tindakan khususnya pendidikan Islam, misalnya landasan historis serinng menggunakan kaidah yang berbunyi: Mempertahankan tradisi lama yang baik, dan mengambil hal-hal baru yang baik pula sedangkan KH Ahmad Dahlan mempunyai pandangan sendiri tentang landasan pendidikan Islam, bahwa KH Ahmad Dahlan menggunakan landasan filosofis, menurut beliau paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu sebagai `abd Allah dan khalifah fi al-ardh. Dalam proses kejadiannya, manusia diberikan Allah al-ruh dan al-`aql. Untuk itu, media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh untuk menalar penunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada Khaliqnya. Kedua, Tujuan inti pemikiran pendidikan dalam pandangan Kyai Hasym Asy’ari adalah beribadah kepada Allah. Hal itu karena dalam kitab Adab al -Alim wa al- Muta’alim menyebutkan bagaimana nilai seorang pencari ilmu mengejawantahkan ilmunya dalam kehidupan kesehariannya dengan perilaku hidup tawakkal, wara’, beramal dengan mengharapkan ridha Allah semata, bersykur, dan sebagainya. Sedangkan Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya sehingga tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta untuk menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Ketiga, Pendidik dan Peserta didik KH Hasym Asy’ari mempunyai pandangan tentang etika pendidik dalam semua hal, pendidik senantiasa mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan semua kewajiban yang diperintah oleh Allah dan selalu senantiasa menjalankan hal-hal yang disenangi oleh Nabi Muhammad SAW. Serta Tidak menggunakan ilmunya untuk meraih dunia, inilah yang harus kita refres lagi terhadap pendidik sekarang bahwa dalam mendidik tidak boleh mengutamakan untuk mengaharap imbalan dunia, seperti yang sering terjadi pada akhir-akhir ini; Menurut Kyai Ahmad Dahlan, Hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para Kyai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral, sehingga murid tidak bisa mengembangkan daya kritisnya. Seharusnya pendidik mengembangkan sikap kritis, dialogis, menghargai potensi akal dan hati yang suci. Karena semuanya merupakan cara strategis bagi peserta didik mencapai pengetahuan yang tertinggi. Kyai Ahmad Dahlan menekankan pada peserta didik untuk mempunyai sikap kritis terhadap apa yang terjadi pada kondisi social yang ada, dengan sikap kritis itulah bisa menganalisis dengan tajam dalam melakukan pemetaan dinamika kehidupannya pada masa depan. Sebagai kunci meningkatnya kemajuan umat Islam dengan kembali pada Qur’an dan Hadist. ABSTRACT Learning about the fruit of thoughts from national figures is important because it is a creation of bright reasoning. K.H. Hasyim Asy’ari and K.H. Ahmad Dahlan are such figures who have great merit for the education world of Indonesia, especially Islam education. Both are the reformist figures of Islam education world. Long ago, Indonesia is the colony of Holland and therefore, all policies are made by the government of Holland. It truly humiliates the dignity and prestige of nation. The idea of education expressed by K.H. Hasyim Asy’ari and K.H. Ahmad Dahlan allows Indonesian to realize the crime committed by Holland. It is then the beginning of Islam education by seeing the existing social condition. Research is comparative analysis which is in the nature of qualitative descriptive. Data type is primary data and secondary data. One of primary data is the direct work by K.H. Hasyim Asy’ari entitled with Adabul Al-Alim wa Al- Muta’allim. Meanwhile, K.H. Ahmad Dahlan never creates a writing work in the form of book. However, some people express the thought of K.H. Ahmad Dahlan, among other is Hery Sucipto whose book entitled with K.H. Ahmad Dahlan Sang Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah is also used as the primary data in this research. Secondary data are other books which are also useful for the comparison analysis of Islam education idea of K.H. Hasyim Asy’ari and K.H. Ahmad Dahlan. Research analyses the comparison about the thoughts of Islam education which covers the base, the objective, the educator and the educated participant by implementing a critical study of Islam education in Indonesia. It is then revealed that K.H. Hasyim Asy’ari and K.H. Ahmad Dahlan have the distinctive concept of Islam education thoughts in term of the base, the objective, the educator and the educated participant. The difference of both figures is explained as follows. First, for the base of his thought, K.H. Hasyim Asy’ari uses history, culture, national science, and sociology to become the perspectives of Islam education. For example, historical base expresses the norm “maintaining the good old tradition and taking the good new tradition”. K.H. Ahmad Dahlan has his own base for Islam education because he uses philosophical base. For him, there is nothing but two duties of human creation, which are being abd Allah and khalifah fi al-ardh. Human is given by God with al-ruh and al-aql as media that will be useful to develop the al-ruh potential to understand the guide of human submission and obedience to their Khaliq. Second, the essence of education thought in the perspective of K.H. Hasyim Asy’ari is praying to God. Based on the book of Adabul Al-Alim wa Al- Muta’allim, it is mentioned that the value of knowledge-seeker is measured from how to interpret their knowledge into the daily life into life behaviors of tawakkal, wara, good deed to expect God ridha, syukur and others. According to K.H. Ahmad Dahlan, Islam education is designated to produce human Moslem with noble character, pious in religion, wide and great understanding of worldview, and willingness to struggle for the community progress in order to achieve the goal of perfect education, which is to deliver the intact individuals who are mastering religion, general knowledge, and material and spiritual teachings, and who are submitted to undergo the journey of world and beyond. Third, the educator and the educated participant of K.H. Hasyim Asy’ari have underscored the importance of the educator ethic. The educator is always attempting to close with God by carrying out all mandates required by God and always to respect anything committed by Prophet Muhammad SAW. The knowledge is not supposed to be used to get the world only. Therefore, it shall be refreshed for the educator that the education cannot be prioritized only for the world benefit. According to K.H. Ahmad Dahlan, the relationship of teachers and students nowadays is seen more authoritarian because Kyai is considered as sacred authority of science such that students cannot develop their critical sense. Therefore, the educator shall develop a critical attitude, a dialog, and a respect for the potential of sacred mind and intelligence. All of these represent strategic ways for the educated participant to obtain the highest level of knowledge. K.H. Ahmad Dahlan emphasizes that the educated participant shall have critical attitude against any social conditions because only this critical attitude can analyze the mapping of life dynamic in the future. A key for the progress of Moslem is by referring back to Qur’an and Hadist

    Similar works