Konsumsi antioksidan mampu menurunkan risiko penyakit degeneratif.
Antioksidan labu kuning telah dibuktikan dapat memperbaiki kondisi diabetes.
Penanganan diabetes dengan obat, selain mahal seringkali mendatangkan efek negatif
dan memerlukan waktu lama. Di Indonesia, konsumsi suplemen kesehatan meningkat
dan secara global pengobatan herbal menjadi tumpuan 75% penduduk. Penelitian ini
bertujuan mendapatkan proses pembekuan labu kuning yang optimal untuk membuat
sediaan serbuk tinggi antioksidan.
Penelitian dilakukan dalam empat tahapan. Pertama, rancang bangun sistem
pembekuan menggunakan FLC inferensi Takagi-Sugeno. Sistem dirancang berdasarkan
input eror dan delta eror suhu sensor untuk mendapatkan output PWM sebagai nilai
masukan kompresor. Pemrograman dibuat dalam bahasa C dan diimplementasikan pada
ATmega2560. Tahap kedua, penentuan efek pembekuan terhadap struktur seluler labu
kuning. Rentang suhu pembekuan ditentukan berdasarkan titik beku labu kuning yang
diketahui dengan metode cooling curve. Efek pembekuan dievaluasi berdasarkan struktur
seluler citra SEM, derajat disintegrasi, EC, kandungan dan aktivitas antioksidan, dan
perubahan senyawa volatil. Analisis citra metode AMT dan GLCM dilakukan untuk
mengevaluasi perubahan mikro struktur secara objektif. Data citra lebih lanjut dianalisis
dengan PCA dan PLS-DA. Tahap ketiga, melakukan optimasi pembekuan dengan
pendekatan RSM dan prediksi menggunakan BRANN. Kondisi pembekuan yang
menghasilkan antioksidan tertinggi dipilih untuk membuat sediaan serbuk. Gambaran
efisiensi pembekuan diketahui dengan ekstraksi serbuk labu kuning. Tahap keempat,
membuat sediaan serbuk labu kuning hasil optimasi. Pembuatan serbuk dilakukan
dengan teknik FMD menggunakan maltodekstrin dan polisorbat 80. Mutu produk jadi
dievaluasi berdasarkan peraturan BPOM No. 17 Tahun 2109.
Hasil perancangan dan pembuatan sistem pembekuan FLC berupa unit mesin
pembekuan lambat. Termistor PT100 3 kabel yang digunakan memiliki linieritas tinggi
dengan R2=0,99, dan MAPE=9,52% pada simulasi alat. Nilai masukan sensor dan tombol
input difuzzifikasi berdasarkan 18 aturan dasar. Hasil kalibrasi dan pengujian performa
sistem menunjukkan variasi suhu temporal dan spasial alat masing-masing -1,0 oC dan
1,9 oC, rise time 21,38 ± 2,40 menit, settling time 31,36 ± 1,29 menit, steady eror positif
1,55 ± 0,11 oC dan negatif -1,28 ± 0,33 oC.
Pembekuan labu kuning menggunakan FLC mampu mendekomposisi struktur
seluler dengan derajat disintegrasi 0,47 dan kenaikan EC hampir dua kali lipat. Analisis
AMT menunjukkan peningkatan MA secara bermakna sebagai indikator perubahan
tekstur yang terjadi. Separasi antara sampel-sampel yang memiliki antioksidan tinggi dan
rendah pada tingkat kepercayaan 95% dapat diamati dengan jelas berdasarkan hasil PCA
dan PLS-DA. Pembekuan pada suhu -18 oC selama 6 jam meningkatkan TPC sampai
70%. Peningkatan senyawa fenolik didominasi oleh caffeic acid, chlorogenic acid dan pcoumaric
acid. Semua data-data yang diperoleh mendukung kesimpulan tentang efek
positif pembekuan FLC terhadap kenaikan antioksidan labu kuning.
Hasil percobaan RSM menunjukkan hubungan kuadratik antar suhu dan waktu
pembekuan terhadap kandungan antioksidan dengan R2 untuk TPC, flavonoid, DPPH dan
ABTS masing-masing sebesar 0,85, 0,86, 0,83, dan 0,88. Kondisi optimum pembekuan
terjadi pada suhu -20 oC selama 9 jam. Kondisi tersebut berhasil dikonfirmasi
menghasilkan kenaikan TPC dan aktivitas antioksidan metode DPPH sebesar 54,44%
dan 36,60%. Prediksi menggunakan BRANN dengan arsitektur jaringan 2-15-1 yang
dilatih tanpa over fitting menghasilkan performa yang setara dengan RSM berdasarkan
parameter R2, MSE, dan AAD. Ekstraksi serbuk labu kuning hasil optimasi menggunakan
pelarut metanol pada suhu 80 oC selama 30 menit menghasilkan 3,82 mg GAE/mg TPC.
Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil dari proses lain yang serupa maupun
ekstraksi ultrasonik.
Sediaan serbuk labu kuning memiliki kandungan air 5,92% dengan Aw 0,14, TPC
9,15 mg GAE/g, flavonoid 6,65 mg QE/g, penghambatan aktivitas antioksidan DPPH dan
ABTS masing-masing 45,94% dan 50,89%. Senyawa fenolik dalam sediaan serbuk labu
kuning sebagian besar adalah caffeic acid, chlorogenic acid, ferulic acid, isorhamnetin-3-
rutinoside-4' rhamnoside, isorhamnetin-3-O-rutinoside, dan isoquercitrin. Semua
parameter mutu sediaan serbuk; yaitu kandungan air, mikroba pencemar, dan logam berat
sesuai persyaratan mutu BPOM. Berdasarkan kajian kelayakan, usaha sediaan serbuk
dapat memberikan keuntungan pada tingkat bunga 15%.
Sebagai kesimpulan, pembekuan lambat menggunakan FLC dapat digunakan
untuk mendisintegrasi sel labu kuning dengan optimum sehingga didapatkan produk yang
tinggi antioksidan sesuai standar suplemen kesehatan