INTERAKSIONISME SIMBOLIK DALAM TRADISI PUNJUNGAN DI DESA PANARAGAN JAYA UTAMA KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Abstract

ABSTRAK Interaksionisme simbolik merupakan sebuah interaksi yang digunakan manusia dengan menggunakan sebuah simbol, dimana dalam simbol tersebut memiliki sebuah makna. Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari sebuah tradisi, terutama masyarakat desa. Ada banyak sekali tradisi di kalangan masyarakat desa salah satunya adalah tradisi Punjungan. Punjungan ini merupakan interaksi yang menggunakan sebuah simbol yang dilakukan masyarakat jawa saat menjelang acara hajatan seperti perkawinan dan khitanan. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana makna simbolik tradisi punjungan di desa Panaragan Jaya Utama dan bagaimana pergeseran makna dalam tradisi punjungan saat ini di desa Panaragan Jaya Utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbolik yang terdapat didalam tradisi punjungan di desa Panaragan Jaya Utama dan untuk mengetahui pergerseran makna yang saat ini terjadi di desa Panaragan Jaya Utama. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif bersifat deskriptif menjelaskan atau menggambarkan kondisi masyarakat berdasarkan keadaan lapangan dengan apa adannya sesuai denga hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Desain penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan mencari sebuah kejadian atau aktifitas dengan berbagai prosedur pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna tradisi punjungan ketika akan melangsungkan pernikahan dan khitanan menunjukan sebuah rasa kasih sayang, penghormatan, serta tali silaturahmi, terdapat pula makna solidaritas sosial dan itegrasi sosial didalamnya karena menjalin kerukunan, kebersamaan dan kekeluargaan, kepada keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar dengan sang pemilik acara, namun saat ini sudah mengalami sebuah pergeseran yang dipengaruhi beberapa faktor seperti ekonomi, sosial dan budaya. Tradisi punjungan sekarang digunakan sebagai pengganti undangan dimana sebuah punjungan itu tidak hanya untuk keluarga dan sesepuh serta staf pemerintahan, namun itu diberikan kepada seluruh masyarakat yang dikenal, baru dikenal bahkan orang tidak dikenal pun diberi punjungan dengan maksud dan tujuan melihat dari segi ekonomisnya semakin banyak yang di punjung maka semakin banyak mendapatkan iisumbangan. Sehingga tradisi punjungan telah mengalami distorsi makna yang menyebabkan disorientasi dalam praktiknya di masyarakat. Kata Kunci: Interaksionisme Simbolik, Tradisi Punjunga

    Similar works