Dengan adanya perubahan trend yang sering terjadi di industri makanan
pada akhirnya berdampak kepada maraknya brand baru yang meramaikan dunia
frozen yogurt di Indonesia. Kehadiran mereka tentunya semakin memperketat
persaingan antar brand dalam merebut perhatian konsumen. Untuk mengambil
alih pasar, tidak jarang perusahaan melakukan perubahan dan menyegarkan image
produknya agar lebih menarik dengan melakukan rebranding. Hal tersebut juga
dilakukan oleh Sour Sally yang akhirnya melakukan rebranding pada tahun 2015
dengan merombak semua gerai, mengganti brand value serta memperbarui tagline
mereka untuk memperluas target dalam persaingan frozen yogurt di Indonesia.
Dengan memilih jenis penelitian kualitatif dan metode studi kasus, peneliti
ingin memahami strategi Integrated Marketing Communication (IMC) melalui
IMC planning yang dilakukan oleh Sour Sally pasca rebranding membantu untuk
membentuk dan mensosialisasikan kembali image Sour Sally yang baru.
Berdasarkan hasil penelitian, strategi IMC melalui IMC planning yang diutarakan
Tom Duncan belum dilakukan dengan maksimal pada tahap determining
Marketing Communication object.
Perubahan yang ada menjadikan Sour Sally dapat memperluas pasar
mereka dan mengikuti pasar yang strategis. Banyak inovasi yang diberikan Sour
Sally baik tangible dan intangible brand serta tools komunikasi online yang
dimanfaatkan. Namun, strategi IMC ini memiliki kekurangan Sour Sally tidak
melakukan evaluasi yang lebih terperinci dari setiap tools yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas penggunaan strategi IMC selanjutny