HABITAT BERTELUR DAN TINGKAT KEBERHASILAN
PENETASAN TELUR PENYU ABU-ABU
(Lepidochelys olivacea Eschsholtz 1829 )
DI PANTAI SAMAS DAN PANTAI TRISIK YOGYAKARTA
Penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea Eschsholtz 1829) telah ditetapkan
dalam kategori terancam punah oleh IUCN (International Union for the
Conservation of Nature). Jenis penyu tersebut ditemukan di perairan Indonesia.
Pantai peneluran penyu abu-abu di Yogyakarta adalah Pantai Samas Bantul dan
Pantai Trisik Kulon Progo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan penetasan telur dan karakter habitat bertelur penyu abu-abu
(Lepidochelys olivacea) di Pantai Samas dan Pantai Trisik Yogyakarta. Parameter
yang diukur adalah jumlah dan diameter telur dalam sarang, kedalaman sarang,
kemiringan pantai, jarak sarang terhadap pasang air laut dan tumbuhan terdekat,
suhu sarang, kelembaban sarang, ukuran butir pasir, dan komposisi mineral
magnetik pasir serta tingkat keberhasilan penetasan telurnya. Parameter dianalisis
deskriptif berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi. Sepuluh sarang
ditemukan di Pantai Samas (7 alami dan 3 semi alami), tercatat 3 sarang alami
hilang tidak terlacak dan telur hilang pada satu sarang alami. Dua sarang
ditemukan di Pantai Trisik kemudian dipindahkan ke sarang semi alami. Tingkat
keberhasilan penetasan di Pantai Samas dan Pantai Trisik baik pada sarang alami
maupun semi alami tidak mencapai 100% karena telur mati embrio akibat kondisi
sarang yang kering sehingga kurang cocok untuk perkembangan embrio meskipun
suhu dalam sarang stabil. Wilayah Pantai Samas adalah pantai yang miring
(14,42%), sedangkan Pantai Trisik tergolong landai (4,2–7%) dan agak curam
(36,4–37,6%). Kondisi agak curam menyulitkan penyu untuk mencapai tempat
bertelur. Rata-rata suhu pada sarang alami dan semi alami kedalaman 30 cm
masing-masing sebesar 31 oC dan 30,71 °C, sedangkan rata-rata suhu sarang
alami dan semi alami kedalaman 30 cm di Pantai Trisik masing-masing sebesar
30,67 °C dan 30,33 oC. Rata-rata kelembaban sarang alami dan sarang semi alami
di Pantai Samas pada kedalaman 30 cm masing-masing sebesar 0,83% dan 0,00
%, sedangkan di Pantai Trisik sarang alami dan semi alami pada kedalaman 30 cm
mengalami kondisi kering (kelembaban sebesar 0,00%). Tekstur butir pasir Pantai
Samas adalah pasir kasar serta kandungan mineral magnetik sebesar 4,82 %,
sedangkan tekstur butir pasir Pantai Trisik adalah pasir sedang dan cenderung
kasar serta kandungan mineral magnetik sebesar 98,29%