research

Variasi Keluasan Makna Interpersonal dalam Teks Translasional Dwibahasa Perburuan Karya Pramoedya Ananta Toer dan Le Fugitif Karya François-René Daillie

Abstract

Penelitian ini mengkaji teks translasional dwibahasa yang diwujudkan dalam dua novel yaitu Perburuan dalam Bahasa Indonesia sebagai teks satu (T1) dan Le Fugitif dalam Bahasa Prancis sebagai teks dua (T2). Tindak penerjemahan yang melibatkan dua novel tersebut telah menyebabkan terjadinya variasi. Adapun variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan sistem bahasa dan konteks. Konteks terdiri dari dua macam yaitu konteks dalam ranah bahasa dan ranah sosial yang meliputi intertekstual, konteks situasi, konteks budaya, konteks ideologi, konteks dieniah atau religius. Penelitian ini menganalis kecirian variasi keluasan makna interpersonal dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Prancis; menganalisis variasi keluasan makna interpersonal lapis pertama dan lapis kedua secara kontekstual. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tingkat variasi keluasan makna interpersonal dalam teks translasional yang melibatkan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Prancis serta mendeskripsikan faktor kontekstual yang memicu terjadinya variasi keluasan makna interpersonal dalam dua teks translasional. Jenis penelitian ini adalah analisis konten. Subjek penelitian adalah dua teks translasional berbahasa Indonesia dan berbahasa Prancis. Objek penelitian berupa klausa yang mewujudkan satuan-satuan makna interpersonal dalam teks satu (T1) dikontraskan dengan klausa yang mewujudkan satuan-satuan makna interpersonal dalam teks dua (T2). Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menerapkan konsep metafungsi Halliday, khususnya makna interpersonal dan konsep Komunikasi Semiotik Transalasional (KST). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak dilakukan untuk mengamati penggunaan bahasa yaitu berupa klausa dalam dua teks translasional. Pemeriksaan keabsahan dan analisis data dilakukan dengan expert judgment dan peer-reviewer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasi keluasan makna interpersonal lapis pertama yang diwujudkan dalam T1-T2 sangat didominasi oleh variasi 0 (paling rendah). Hal ini dikarenakan T1-T2 keduanya bersarana grafik dengan kecirian bahasa tulis yang di dalamnya bercirikan Mood dan Residu yang tersurat. Adapun tingkat variasi keluasan makna interpersonal lapis kedua secara keseluruhan sangat didominasi oleh variasi 1 (sangat rendah) dengan rerata 1, 22. Artinya, penerjemah T2 melakukan sedikit perubahan atau melakukan penambahan jumlah unsur fungsional karena T1-T2 mempunyai sistem yang berbeda. Selain itu, penerjemah T2 dari awal telah memutuskan T1 menjadi intertekstual konteks T2. Adapun bukti empiriknya adalah judul T1-T2 mempunyai makna kata yang sama sehingga dengan otomatis isi selanjutnya, ranah sosial dalam T2 selalu terkait dengan T1. Adapun pendorong penerjemah T2 memutuskan T1 menjadi intertekstual konteks T2 karena penerjemah T2 menganut ideologi makna berangkat dari T1 sehingga dalam melakukan tindak penerjemahan, penerjamah T2 setia dengan T1

    Similar works