The catfish cultivation commodity is a superior commodity. There are two models of catfish hatchery, namely integrated and unintegrated aquaculture. This study is to analyze the cost factor of catfish farming as well as efficiency and at the same time the income of the catfish farming management business. The research data collected were 32 respondents who cultivate catfish and were selected by purposive method and then analyzed using descriptive statistical methods. This study shows that the profit level of the integrated catfish hatchery business is greater than that of the unintegrated hatchery. This study also showed that the R-C Ratio of integrated catfish hatchery was higher than that of unintegrated catfish hatchery. From this research, it can be concluded that the integrated catfish hatchery is more profitable and more efficient than the unintegrated catfish hatcher

Prasetyo, Budi

Rochman, Abdul

Santoso, Eko

English

Jurnal Ilmiah IKOPIN (E-Journals)

 Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan  Volume 4, Number 10, 2022 P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205 Open Access: https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue   4632  Studi kelayakan manajemen pembudidayaan ikan patin di Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung  Eko Santoso1, Abdul Rochman2, Budi Prasetyo3 1,2,3 Universitas Tulungagung  1ekoernawati71@gmail.com , 2budiprasetyounita67@g.mail.com , 3abdulrochman2024@gmail.com  Info Artikel  ABSTRAK Sejarah artikel: Diterima 17 Mei 2022 Disetujui 20 Mei 2022 Diterbitkan 25 Mei 2022   Komoditas budidaya patin adalah merupakan komoditas unggulan. Pembenihan ikan patin ada dua model, yaitu secera budidaya terpadu maupun tidak terpadu. Penelitian ini untuk menganalisa faktor biaya usahatani ikan patin juga efisiensi dan sekaligus pendapatan usaha manajemen pembudidayaan ikan patin. Data penelitian terkumpul yaitu sebanyak 32 responden yang membudidayakan ikan patin dan dipilih dengan cara purposive kemudian dianalisa dengan memakai metode deskriptif statistik. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat keuntungan usaha pembenihan ikan patin yang dilaksanakan secara terpadu ternyata lebih besar dibandingkan dengan cara pembenihan yang tidak terpadu. Penelitian ini juga memperlihatkan R-C Ratio pembenihan ikan patin secara terpadu ternyata lebih tinggi bila dibandingkan pada pembenihan ikan patin yang tidak terpadu. Dari penelitian ini dapat disimpulkan ternyata usaha pembenihan ikan patin secara terpadu ternyata lebih untung dan lebih efisien bila dibanding dengan cara pembenihan ikan patin yang tidak terpadu. Kata kunci: Usaha pembenihan patin; Manajemen budidaya terpadu; Tingkat efisiensi; Tingkat keuntungan; Pembenihan ABSTRACT Keywords : Catfish hatchery busines;,Iintegrated cultivation management; Efficiency level; Profit level; Hatchery The catfish cultivation commodity is a superior commodity. There are two models of catfish hatchery, namely integrated and unintegrated aquaculture. This study is to analyze the cost factor of catfish farming as well as efficiency and at the same time the income of the catfish farming management business. The research data collected were 32 respondents who cultivate catfish and were selected by purposive method and then analyzed using descriptive statistical methods. This study shows that the profit level of the integrated catfish hatchery business is greater than that of the unintegrated hatchery. This study also showed that the R-C Ratio of integrated catfish hatchery was higher than that of unintegrated catfish hatchery. From this research, it can be concluded that the integrated catfish hatchery is more profitable and more efficient than the unintegrated catfish hatchery.  ©2022 Penulis. Diterbitkan oleh Program Studi Akuntansi, Institut Koperasi Indonesia. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)  PENDAHULUAN Dalam perkembangan ekonomi secara nasional bahwa pertanian adalah salah satu sektor penentu. Menurut BPS (2020) sektor pertanian merupakan sektor yang cukup banyak dalam menyerap tenaga kerja bila dibanding dengan sektor-sektor diluar pertanian. Dapat disampaikan pada 2020, sektor pertanian ternyata menyerap tenaga kerja 35.05 persen dari total tenaga kerja yang bekerja sesuai menurut  jenis pekerjaannya. Disamping itu, sektor pertanian ternyata mempunyai peran penting dalam peningkatan sumber pendapatan petani. Sektor pertanian dapat diklasifikasikan dalam berbagai subsektor antara lain tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, Subsektor pertanian pada prinsipnya senantiasa berbasis lahan. Pemakaian lahan disektor pertanian ternyata telah mencapai titik kulminasi tertinggi sehingga akan menyebabkan penurunan produksi bila tidak disertai dengan cara pemakaian teknologi dan faktor yang menunjang. Penurunan pada nilai PDB pada hampir setiap subsektor pertanian.  Disamping sebagai penyumbang kontribusi PDB pada sektor pertanian, maka perikanan ternyata juga punya peran dalam upaya pemenuhan pangan dan gizi pada masyarakat di Indonesia. Dapat disampaikan bahwa kebutuhan ikan terus meningkat beriringan dengan peningkatan dan jumlah pertumbuhan penduduk serta sekaligus pendapatan perkapita masyarakat petani di Indonesia. Konsumsi ikan tahun 2020 berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa konsumsi perkapita di Indonesia sebesar 25.05 kg/tahun dan terus seiring dengan bertambahnya tahun. Pada tahun 2018 konsumsi ikan masyarakat di Indonesia mencapai 35.14 kg/tahun. Dapat disampaikan bahwa konsumsi ikan meningkat Eko Santoso, Abdul Rochman, Budi Prasetyo (2022).   Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 10 Mei 2022 P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205  4633  perkapita di Indonesia yang menunjukkan bahwa permintaan akan komoditas perikanan selalu meningkat.  Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha budidaya pembenihan ikan patin di Desa Sumberjajar, Sumbergempol, Tulungagung dari aspek manfaat dan aspek pasar. Kegunaan penelitiana ini sebagai bahan untuk perbandingan teori yang berlaku dan praktek di lapangan, memberikan masukan maupun informasi dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan, menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga atau perusahaan dalam rangka menunjang dan kemajuan di sekter pertanian.  METODE PENELITIAN Obyek  Objek penelitian adalah sebagai upaya untuk memperoleh data sesuai dengan pendapat yang dijelaskan Husein Umar (2005:303) dalam buku Metode Penelitian dengan mendefinisikan objek penelitian antara lain : 1. Objek penelitian menerangkan terkait apa dan siapa yang jadi objek penelitian, termasuk dimana dan kapan penelitian ini dilaksanakan. Hal-hal lain juga bisa ditambahkan sepanjang dibutuhkan. 2. Objek penelitian dalam penulisan ini merupakan perusahaan sebagai sumber data. Penelitian ini dilaksanakan pada kolam pembenihan ikan patin milik Bapak Saputra di Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung.  Dalam penelitian ini variabel yang diteliti meliputi :  1. Analisa R/C Ratio adalah merupakan analisa yang diterapkan untuk mengetahui sejauhmana suatu unit usaha dalam melakukan proses produksi mungkin untung, impas atau rugi.  2. π = TR – TC adalah sebuah analisa yang dipakai untuk mengetahui pendapatan para petani budidaya pembenihan ikan patin.  Lokasi dan Waktu  Penelitian ini dilaksanakan dilokasi Desa Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung. Penentuan  lokasi berdasarkan purposive sampling atau sengaja  dengan melihat kenyataan bahwa ikan patin jarang sekali dibudidayakan di Tulungagung. Pengolahan data dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2020.   Metode dan Desain  Dalam penelitian ini, digunakan metode deskriptif atau paparan, dimana terkumpul bukan data hasil wawancara, namun berasal dari data angka, dokumen pribadi, catatan di lapangan maupun memo peneliti dan dokumen resmi yang lainnya. Tujuan menggunakan metode kuantitatif agar peneliti bisa menggambarkan realitas empirik di lapangan berdasarkan judul berikut ini : Analisa Kelayakan Bisnis Budidaya Pembenihan Ikan Patin di Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung.  Penelitian ini mensinergikan antara realitas empirik dengan teori yang berlaku dengan menerapkan metode deskripsi. Menurut Miller dan Keirl dalam Moleong (2010 : 11) disebutkan bahwa penelitian kuantitatif merupakan tradisi yang tertentu di rumpun ilmu sosial atau humaniora yang secara prinsip samgat tergantung pada pengamatan, manusia dan berhubungan langsung dengan orang-orang tersebut dalam penelitian di atas.   Sumber Data dan Jenisnya Sumber data dan jenisnya meliputi data primer maupun data sekunder : 1. Data primer didapatkan dari sumbernya secara langsung dengan cara terjun langsung ke wilayah obyek penelitian yaitu rumah Bapak Saputra di Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung. Sumber data primer meliputi  Bapak Saputra dan para pegawainya. Informasi yang bersifat awal dilaksanakan secara purposif, yaitu subyek penelitian yang memahami permasalahan terkait dengan judul, rumusan masalah, fokus penelitian dan selanjutnya dikembangkan berdasarkan kemantapan dan kebutuhan penelitian dalam upaya mengumpulkan data.  2. Data Sekunder, data ini didapatkan tidak secara langsung  dimana data ini untuk mendukung atua memperkuat data-data yang diperoleh secara primer dan data sekunder ini didapatkan dari literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan maupun fokus penelitian tentang studi kelayakan budidaya pembenian ikan batin.  Eko Santoso, Abdul Rochman, Budi Prasetyo (2022).   Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 10 Mei 2022 P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205  4634  Pengumpulan Data Peneliti memakai 3 teknik dalam pengumpulan data yang meliputi : 1. Wawancara yang mendalam (Indepth Interview) Teknik wawancara dilaksanakan dengan cara terstruktur dan bersifat terbuka terkait informasi yang telah didapatkan pada waktu penelitian dan fokus pada permasalahan sehingga informasi tersebut yang terkumpul cukup valid, mendalam dan lengkap. Keterbukaan dari para objek penelitian ini akan memberikan tentang objektifitas mampu kejujuran dalam informasi sehingga mampu memberikan hasil yang valid.  2. Pengamatan (Observasi) Teknik observasi ini yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka melihat seluruh kegiatan di kolam Bapak Saputra. Observasi ini melengkapi data primer yang adadi lapangan dan sekaligus data sekunder yang telah terkumpul sebelumnya. 3. Dokumentasi (Docummentation) Teknik ini dilaksanakan dalam rangka memperoleh data sekunder antara lain : dokumen-dokumen maupun buku literatur dan referensi.   Analisa Data Pengolahan data yang didapatkan dari pustaka maupun lapangan menjadi seperangkat hasil, dalam format penemuan baru atau dalam wujud kebenaran pada hipotesa. Analisa data pada penelitian ini merupakan analisa dengan menerapkan model interaktif, mengacu pada analisa data yang disampaikan oleh A. Michael Huberman dan Matthew B. Miles (2002:23) menyebutkan bahwa analisa dan model interaktif meliputi 4 prosedur kegiatan antara lain : mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data yang ada dan sekaligus menarik kesimpulan yang meliputi ferivikasi atau penggambaran. Analisa interaktif dapat disebutkan sebagaimana skema sebagai berikut:  Gambar 1. Analisis model interaktif Huberman dan Milles (2002:23)  HASIL DAN PEMBAHASAN Keuntungan dan Efisiensi  Keuntungan adalah menjadi salah satu indikator kinerja pada usaha budidaya pembenihan ikan patin. Keuntungan tinggi menunjukkan manfaat ekonomi yang besar yang didapatkan dari usaha budidaya pembenihan ikan. Keuntungan usaha amat dipengaruhi oleh komponen penerimaan hasil maupun pengeluaran atau biaya usaha. Dalam melaksanakan analisa terhadap tingkat keuntungan usaha, maka perlu dilaksanakan identifikasi komponen penerimaan hasil dan pengeluaran atau biaya usaha pada budidaya pembenihan ikan patin tersebut. Pada masing-masing bentuk usaha pada budidaya pembenihan ikan patin mempunyai komponen penerimaan hasil dan pengeluaran atau biaya yang berbeda. Ini ditentunya disebabkan karena aktivitas maupun bentuk usaha yang berbeda pula. Analisa keuntungan usaha budidaya pembenihan ikan patin dilaksanakan dengan cara menghitung nilai setiap aktivitas yang dilaksanakan. Analisa ini ternya hanya mencakup perhitungan usaha budidaya pembenihan ikan patin berdasar output yang diperoleh pada masing-masing bentuk usaha tersebut. Eko Santoso, Abdul Rochman, Budi Prasetyo (2022).   Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 10 Mei 2022 P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205  4635  Selain analisa pendapatan, pada bagian ini dijelaskan tentang analisa perimbangan biaya yang dikeluarkan maupun penerimaan hasil yang dikenal dengan istilah R-C Ratio. Analisa ini untuk memahami tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan atau diinvestasikan dalam rangka memperoleh penerimaan.   Penerimaan Usaha Budidaya Pembenihan Ikan Patin Sumber penerimaan hasil yang didapatkan dari usaha budidaya pembenihan ikan patin yang dilaksanakan secara integrasi maupun non integrasi tidak berbeda. Komponen penerimaan hasil pada usaha budidaya pembenihan yang tidak terintegrasi lebih banyak bila dibandingkan dengan bentuk yang non terintegrasi. Komponen-komponen penerimaan usaha dalam bentuk pembenihan yang tidak terintegrasi meliputi penjualan benih ukuran 1/2 inch, ukuran 3/4 inch dan ukuran 1 inch. Penerimaan hasil yang terbesar pada usaha budidaya pembenihan tidak terintegrasi diperoleh dari penjualan benih ukuran 3/4 inch sebagai pendapatan utama. Namun demikian hasil penjualan total pada bentuk usaha yang tidak terintegrasi lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk usaha yang tidak terintegrasi meskipun penerimaan hasilnya lebih banyak.  Komponen penerimaan hasil dalam bentuk usaha budidaya pembenihan yang terintegrasi meliputi penjualan benih dengan ukuran 1/2 inch dan ukuran 3/4 inch. Perbedaan harga jual rata-tara yang diterima oleh model-model bentuk usaha tersebut antara lain jumlah benih ikan patin dan ketersediaannya yang disediakan pada bentuk usaha yang terintegrasi umumnya mampu menjaga persediaan benih dengan jumlah benih yang berkelanjuan karena dalam model usaha ini larva yang dibutuhkan dapat dipenuhi dalam setiap siklusnya secara berkesinambungan, ini disebabkan karena model kegiatan pemijahan atau budidaya pembenihan dilakukan dengan model yang terintegrasi sehingga dengan jumlah persediaan yang kontinyu maka bentuk susaha yang terintegrasi ini mempunyai bagaining power yang cukup dalam mekanisme harga pasar.  Pada bentuk usaha budidaya pembenihan yang tidak terintegrasi suplay larva untuk input produksi masih dipengaruhi oleh penyedia larva, sehingga berpengaruh pula pada input yang dipakai serta siklus budidaya pembenihan pada usaha yang tidak terintegrasi tersebut.  Supplay larva yang tidak stabil akan mempunyai dampak pada produksi hasil yang tidak berkesinambungan sehingga harga jual pada usaha ini juga relatif lebih rendah. Disamping itu penerimaan dari hasil panen ternyata juga dipengaruhi oleh faktor lain antara lain kepadatan penebaran serta mortalitas atau tingkat kematian.   Pada penelitian diperoleh hasil bahwa tingkat mortalitas pada bentuk budidaya pembenihan yang terintegrasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terintegrasi. Namun demikian kepadatan penebaran pada bentuk usaha terintegrasi jauh lebih tinggi sehingga diperoleh hasil lebih banyak bila dibandingkan dengan non terintegrasi. Jumlah total penerimaan terbesar diperoleh pada bentuk terintegrasi yang mampu meraup angka Rp.33.549.000 per siklus.  Kontribusi pada nilai penjualan ukuran benih 1/2 inch yang diperoleh terhadap total penerimaan hasil mencapai 89,10 persen. Adapun penjualan ukuran benih 3/4 inch ternyata memberikan sumbang yang cukup besar pada penerimaan usaha pembenihan terintegrasi, yakni mencapai angka 10.90 persen.  Bentuk usaha budidaya pembenihan tidak terintegrasi ternyata juga mengalami hal sana, yaitu penjualan dengan ukuran benih 3/4 inch dan ukuran benih 1/2 inch ternyata memberikan kontribusi besar dalam penerimaan hasilnya, yakni mencapai angka 91.70 persen dan angka 7.80 persen. Selain itu, usaha budidaya pembenihan tidak terintegrasi ada penjualan ukuran benih l inch mempunyai kontribusi 0.5 persen pada penerimaannya.  Tabel 1.  Komponen Penerimaan Benih Komponen Penerimaan Penerimaan Terintegrasi (n=7) Tidak Terintegrasi (n=25) Benih 1/2 Inch  3.640.582 1.661.977 Benih 3/4 Inch  33.549.011 19.615.038 Benih 1 Inch  0 116.669 Total  37.189.593 21.393.684 Sumber : Data primer tahun 2020 Eko Santoso, Abdul Rochman, Budi Prasetyo (2022).   Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 10 Mei 2022 P-ISSN: 2622-2191 E-ISSN : 2622-2205  4636  KESIMPULAN Bentuk usaha budidaya pembenihan terintegrasi mempunyai tingkat efisiensi maupun tingkat keuntungan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk usaha budidaya pembenihan yang dilaksanakan secara tidak terintegrasi. Petani yang menerapkan cara terintegrasi mendapatkan hasil pendapatan yang jauh lebih tinggi  bila dibandingkan dengan yang menerapkan usaha budidaya pembenihan yang tidak terintegrasi. Biaya terbesar pada budidaya pembenihan terintegrasi dan yang tidak terintegrasi adalah penyerapan tenaga kerja sebesar 53.17 persen pada bentuk usaha budidaya pembenihan yang terintegrasi dan 47.18 persen pada bentuk usaha budidaya pembenihan yang tidak terintegrasi. Berdasarkan hasil analisa sesuai kesimpulan tersebut di atas maka bentuk usaha budidaya pembenihan terintegrasi adalah merupakan bentuk usaha yang lebih baik dibanding dengan usaha budidaya yang tidak terintegrasi. Namun demikian pada  usaha budidaya pembenihan yang secara terintegrasi membutuhkan investasi yang cukup tinggi. Untuk itu, diperlukan lembaga untuk memberikan modal semacam perbankan atau koperasi atau dari bantuan pemerintah sehingga akses modal bagi petani menjadi lebih mudah. Disamping itu, dibutuhkan penyuluh atau bimbingan agar petani lebih mumpuni dalam menerapkan dan memaksimalkan tingkat keuntungan maupun pendapatan.  DAFTAR PUSTAKA Ahmed. (2012). Teori Akuntansi. (Edisi 5). Salemba Empat. Apriantono. (2013). Visi dan Misi Pengembangan Pertanian 2006 - 2013. (diakses padasitus www.deptan.go.id.  Armanto Witjaksono. (2014). Akuntansi Biaya. Graha Ilmu.  Ating Tedjasutrisna. (2013). Memahami Kewirausahaan. Armico Bandung  Bastian dan Nurlela. (2014). Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut. Graha Ilmu.  Gustina. (2013). Pakan Ikan Ala Koto Mesjid, Pekanbaru, Dinas Tanaman Pangan.  Hansen dan Mowen. (2012). Management Accounting. (Edisi 7). Salemba Empat. Husnan, Suwarsono. (2013). Manajemen Produksi. Erlangga.  Julius Tirta Sendjaja. (2014). Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya.  Jumingan. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara.  Kadariah - Lean Karlina – Cklugray. (2014). Manajemen Produksi. Erlangga.  Kuncoro, Mudarajat. (2013). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Mulyadi. (2012). Akuntansi Biaya. (Edisi 5). Universitas Gajah Mada.  Mulyadi Pudjosumartono. (2013). Proyek Peningkatan Ahli Tenaga Kerja. Gramedia. 

Studi kelayakan manajemen pembudidayaan ikan patin di Sambijajar,  Sumbergempol, Tulungagung

https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue/article/download/1735/1502

Studi kelayakan manajemen pembudidayaan ikan patin di Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Jurnal Ilmiah IKOPIN (E-Journals)