This research identified form of symbolic violence in Beartown novel written by Fredrik Backman. The novel displays a social phenomenon where social ideas and expectation constraint women’s life. Symbolic violence helps explaining the phenomenon by looking on how dominant people imposed their view over women for granted. In analyzing the object, the research is equipped with Bourdieu’s theory of symbolic violence. The research is designed in qualitative framework which allows an analysis of interactive variables. In collecting the data, the research applied close reading to the novel. Then, the data is analyzed with latent content analysis. The research found that symbolic violence is exerted mostly through censorship and then euphemism. On censorship, the community preserved desirable view from referring to biased psychological assumption, enforcing dominant view in social, limiting the women’s role, and limiting inclusion of women in sport. On euphemism, symbolic violence is rendered as gentle through gift-debt, familiarity, hospitality, concern, worries, obligation, confidence, and jokes. There is two interesting findings in the analysis. Both forms imposed dominant values which subordinated women in social, education, and sport fields. The second finding is the implication of censorship as frequent used. It displays and confirms the community’s attitude as defensive and protective towards threat on their dominance; including their dominant viewPenelitian ini mengidentifikasi bentuk kekerasan simbolik di dalam novel Beartown, yang ditulis oleh Fredrik Backman. Novel ini menunjukkan fenomena sosial seperti ide dan ekspetasi yang mengekang kehidupan perempuan. Kekerasan simbolik mampu menjelaskan fenomena ini dengan melihat bagaimana orang dominan membenamkan pandangan mereka kepada perempuan supaya diterima tanpa syarat. Untuk menganalisis objek ini, penelitian menggunakan teori kekerasan simbolik dari Bourdieu. Penelitian ini didesain dengan kerangka kualitatif yang memungkinkan sebuah analisis pada variabel interaktif. Untuk pengumpulan data, penelitian menerapkan pembacaan dekat pada novel. Lalu, data dianalisis dengan teknik konten analisis laten. Penelitian ini menemukan bahwa kekerasan simbolik terjadi banyak melalui sensorisasi dan disusul eufemisme. Pada sensorisasi, masyarakat mempertahankan pandangan yang sesuai perspektif dominan melalui acuan asumsi psikologis yang bias, pengukuhan pandangan dominant di sosial, pembatasan peran perempuan, dan pembatasan inklusi perempuan dalam olahraga. Pada eufemisme, kekerasan simbolik dialter menjadi halus melalui balas jasa, pendekatan, keramahan, perhatian, kecemasan, kewajiban, kepercayaan diri, dan candaan. Ada dua temuan yang menarik dari analisis ini. Kedua bentuk membenamkan nilai dominant yang mengsubordinasikan perempuan di arena sosial, pendidikan, dan olahraga. Temuan selanjutnya adalah implikasi seringnya sensorisasi. Ini menunjukkan dan mengkonfirmasi sikap masyarakat yang defensif dan protektif atas ancaman terhadap dominasi mereka; termasuk pandangan sosial yang dipegan