Pada sepeda motor telah digunakan dua jenis sistem pengapian yaitu sistem pengapian platina dan sistem pengapian CDI. Perbandingan sistem pengapian pada sepeda motor sangat berpengaruh terhadap performa mesin sepeda motor. Pada sepeda motor yang masih menggunakan sistem pengapian platina masih mengandalkan kemampuan manusia dalam hal penyetelan, sedangkan pada sistem pengapian CDI sudah dilengkapi dengan sensor yang dapat memutus dan menghubungkan arus listrik tanpa melakukan penyetelan. Kelemahan yang terdapat pada sistem pengapian platina terletak pada komponennya yang masih menggunakan sistem mekanik yang mudah rusak dan aus dalam waktu tertentu sedangkan pada komponen sistem pengapian CDI lebih efesien karena sudah menggunakan sistem elektronik. Jenis perancangan yang digunakan adalah eksperimen. Obyek perancangan ini adalah mesin Honda C70 tahun 1980. Pengujian performa mesin berdasarkan SAE J1349 yaitu “Engine Test Code-Spark Ignition and Compression Ignition-Net Power Rating”. Bahan bakar yang digunakan pada pengujian ini adalah Pertalite. Instrument dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chasis dynamometer, rachet strap, termometer, fuel meter, stopwacth,acquistion rpm counter, dan blower. Analisa data ini menggunakan metode deskriptif. Dari perancangan ini setelah penggantian sistem pengapian CDI dapat dihasilkan torsi tertinggi 3.81 Nm pada putaran 6000 rpm, daya efektif tertinggi sebesar 4.67 PS pada putaran 6000 rpm, Konsumsi bahan bakar spesifik terendah yang dihasilkan adalah 0.080 kg/PS.jam pada putaran 6000 rpm. Kata kunci : Sistem pengapian konvensional, Sistem pengapian CDI, dan Performa Mesi