The shortage of pempek male goats due to high slaughter makes it difficult for partner breeders to carry out natural mating. The alternative is to use artificial insemination technology as a substitute for male pempek. The purpose of this service activity is to help partners who have difficulty mating their goats naturally. Using the artificial vagina of goat ejaculate, a 2.5 year old male stud was accommodated, mixed with coconut water diluent mixed with 10% egg yolk. Liquid semen was inseminated in 8 female recipients who were in heat. After days 19, 20, 21 post IB, the female recipients were observed for symptoms of estrus (NRR1), = 3 (37.5%) and NRR2 4 tails (50%) out of a total of 8 female recipients. Pregnant female = 2(25%)

Muhammad Ade Salim

Nursjafani

English

OJS Bajang Institute

 1069 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat  Vol.1, No.6 Nopember 2021  http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI      ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)  INSEMINASI BUATAN DENGAN SEMEN CAIR PENGGANTI PEJANTAN PADA KELOMPOK MITRA USAHA PETERNAK KAMBING DI KELURAHAN RUM KOTA TIDORE KEPULAUAN  Oleh Muhammad Ade Salim1, Nursjafani2 1,2Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Khairun Email : ade_73salim@yahoo.com  Article History: Received: 01-09-2021 Revised: 16-10-2021 Accepted: 28-10-2021    Abstract: The shortage of pempek male goats due to high slaughter makes it difficult for partner breeders to carry out natural mating. The alternative is to use artificial insemination technology as a substitute for male pempek. The purpose of this service activity is to help partners who have difficulty mating their goats naturally. Using the artificial vagina of goat ejaculate, a 2.5 year old male stud was accommodated, mixed with coconut water diluent mixed with 10% egg yolk. Liquid semen was inseminated in 8 female recipients who were in heat. After days 19, 20, 21 post IB, the female recipients were observed for symptoms of estrus (NRR1), = 3 (37.5%) and NRR2 4 tails (50%) out of a total of 8 female recipients. Pregnant female = 2(25%). Keywords:  Insmination; Artificial ; Cement ; Liquid, Goat ; Kacang  PENDAHULUAN  Usaha peternakan kambing di Kota Tidore Kepulauan umumnya dan Kelurahan Rum khususnya merupakan suatu usaha sampingan dari berbagai macam-profesi yang melekat pada masyarakat. Rata-rata kepemilikan usaha antara 5-10 ekor, namun kondisi ini justru dapat berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat peternak. Oleh karena itu perlu dikembangkan karena didukung oleh ketersediaan lahan penggembalaan, potensi pasar, kondisi keamanan dan sosial kemasyarakatan. Ini merupakan suatu peluang bagi masyarakat peternak di kelurahan Rum untuk mengembangkan usahanya karena produksi tahunan yang mencapai 2 kali kelahiran menjadi suatu peluang usaha , namun permasalahan yang dihadapi oleh para mita ini adalah kelangkaan pejantan yang disebabkan oleh pemotongan untuk berbagai keperluan baik untuk tujuan bisnis maupun sosial kemasyarakatan seperti hajatan aqikahan, kurban hari raya Idul Adha maupun lainnya. Dengan demikian perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi kondisi ini yaitu dengan melakukan kegiatan inseminasi buatan (IB), sebagai pengganti pejantan pemacek yang sangat langka.  Kegiatan inseminasi ini menggunakan semen cair, karena semen cair secara teknis dan biologis dapat digunakan sebagai pengganti semen beku. Hal ini didasari pada sisi teknis semen cair mudah dilakukan, murah dan menggunakan bahan-bahan local seperti pengencer dasarnya  dari air kelapa saja. Selain itu dari sisi biologis semen cair dapat menjamin kualitas air semen kambing sampai 3 hari simpan dingin (Salim dkk., 2019) dengan daya fertilisasi mencapai 40% bunting sampai lahir (Salim et al., 2020).   Permasalahan Mitra Beberapa permaslahan peternak sebagai mitra dalam kegiatan IB ini adalah 1070 J-Abdi  Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat  Vol.1, No.6 Nopember 2021    ISSN:  2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI   1).Kurangnya pejantan pemacek untuk proses perkawinan alami akibat pejantan banyak dijual saat hajatan keluarga maupun keperluan studi anaknya ;2).Untuk perkawinan peternak menggiring betina birahi atau meminjam pejantan pemacek ke peternak lain, namun berjauhan lokasinya sehingga tidak efektif dan efisien ; 3. Bila beberapa betina birahi bersaman sangat sulit membimbing ke lokasi lain yang ada pejantan ; 4).Belum dikenalnya tekhnologi IB oleh rata-rata peternak kambing di Kota Tidore Kepulauan  Berdasarkan kondisi di lapangan, maka tim pengusul dari bagian Reproduksi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Khairun setelah melakukan pendekatan ke para mitra peternak kambing untuk dilakukan kegiatan Inseminasi Buatan dengan tujuan untuk mengatasi permaslahan kelangkaan pejantan pemacek, mengenalkan tekhnologi IB, mengaplikasi produk semen cair dan meningkatkan produktifitas dan populasinya. Dengan demikian terjadi manifestasi terhadap keilmuan dan keterampilan di dunia akademik ke masyarakat pengguna sehingga tercipta sinergitas antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat.   METODE Materi Materi yang digunakan meliputi alat dan bahan diantaranya, ejakulat kambing jantan umur 2,5 tahun 1 ekor, betina resipen 8 ekor, air kelapa muda, NaHCO3, kuning telur, pH indicator, vagina buatan, insemination gun kambing,sentrifugal,kertas whettman, heater,mikropipet. Pembuatan Pengencer Sebelum dilakukan IB terlebih dahulu disiapkan pengencer bagi semen kambing yang akan dicampurkan sehingga memperbanyak volume dari satu ejakulat dapt diinseminasikan pada puluhan bahkan ratusan betina resipien. Pengencer yang digunakan yaitu dari air kelapa ditambahkan kuning telur sebagai krioprotektan saat simpan dingin juga sebagai pemberi nutrisi untuk spermatozoa. Langkah-langkah pembuatan pengencer air kelapa yaitu  air kelapa muda diambil 250ml, kemudian disaring dengan kertas saring Whettman. Air kelapa diukur pH nya, bila asam (pH 5) diberi buffer NaHCO3 0,01gr per 100ml air kelapa, agar pH menjadi netral (6,8-7). Kemudian dinaktifasi dengan metode water jaket pada suhu 56oC pada suhu selama 20 menit. Selanjutnya dicampurkan kuning telur 10% dari total air kelapa yang digunakan, distirrer selama 10menit, kemudian disnetrifugasi pada kecepatan 1500rpm selama 30 menit untuk diambil supernatannya. Sentrifugasi dilakukan dua kali sehingga endapan yang masih ada dibuang dan diambil supernatannya yang jernih. Selanjutnya pengencer siap digunakan atau dismpan pada suhu 5oC bila belum digunakna saat itu. Koleksi Semen Kambing jantan umur 2,5 tahun diambil semennya dengan menggunakan vagina buatan. Vagina Buatan (VB) diisi dengan air hangat bersuhu sekitar 37oC, kemudian dipasangi bagian ujungnya dengan tabung penampung ukuran 15ml berskala. Dibungkus alumunium foil agar ejakulta tidak terpapar sinar matahari langsung. Betina teaser ditemaptkan pada kendang jepit. Saat peanmpungan kolektor jongkok dengan tangan kanan memegang VB. Pejantan dibiarkan mengalami fals mount sampai tiga kali, kemudian kali yang ke 4 biarkan pejantan menaiki punggung teaser dan kolektor memegang VB dan diletakkan dekat vulva betian sehingga penis pejantan lansgung measuk ek dalam VB dan terjadi ejakulat. Sebelum dibuat  1071 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat  Vol.1, No.6 Nopember 2021  http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI      ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)  menjadi semen cair, harus diperiksa terlebih dahulu kualitas semen meliputi volume ejakulat, warna semen, bau, pH, konsistensi, motilitas individu, konsentrasi dan viabilitas untuk memastikkan layak atau tidaknya bahan semen yang digunakan. Pembuatan Semen Cair Semen dicampurkan dengan pengencer sesuai dosis pengenceran. Dosis pengenceran dibuat berdasarkan volume semen dan konsentrasi spermatozoa per ejakulat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh berapa total betina yang dapat dinsmeinasikan dari satu kali ejakulasi. Pengamatan Berahi Sebelum dilakukan inseminasi, betina-betina calon resipien terlebih dahulu diamati gejala-gejala berahinya. Gejala berahi pada kambing ditandai dengan sering mengembik, gelisah, ekornya bergoyang, vulva memerah, suka menaiki betina atau bila dinaiki akan diam dan menerima pejantan. Bila betina menujukkan gejala berahi maka betina-betina tersebut siap diinseminasikan. Inseminasi dilakukan 6 jam post berahi. Bila berahi terjadi pagi hari, inseminasi dilakukan sore hari maupun sebaliknya. Bila betina tidak berahi maka tidak akan terjadi kebuntingan karena ovulasi belum terjadi. Pelaksanaan Inseminasi Semen cair yang telah disiapkan diisikan dalam straw ukuran 0,25ml, kemudian dibawa dengan termos yang telah diberi es batu sehingga suhu tetap terjaga. Selanjutnya straw diisi dalam gun insemination, kemudian digunting bagian penyumbat. Dibantu seorang teman, betina diangkat bokongnya, kemudian inseminator yang menggunakan senter kepala, memastikan servix bisa dilewati gun. Deposis semen pada posisi 3 dekat cornua uteri. Dosis inseminiasi yaitu dosis tunggal dengan konsentrasi 50-75juta/straw. Pengamatan Non Return Rate/NRR (tidak kembali berahi) Setelah hari ke 19, 20, 21 post IB, betina-betina resipien diamati gejala berahi (NRR1). Bila tidak menunjukkan gejala berahi, maka diasumsikan telah terjadi fertilisasi atau kebuntingan. Pengamatan NRR dilakukan ulang lagi pada siklus berahi periode berikutnya (NRR2) pada hari ke 40,41,42 untuk memastikan secara lebih detail betina betina tersebut telah bunting. Dilakukan pada semua betina yang digunakan sebagai resipien. Pemeriksaan Kebuntingan Pemeriksaan kebuntingan dilakukan pada betina yang tidak lagi berahi melalui pengamatan secara visual pada perubahan bentuk perut betina atau dilakukan perabaan pada sisi kanan atau kiri perutnya. Penilaian Jumlah Kelahiran Penilaian kelahiran dilakukan 5 bulan pasca IB, pada betina-betina resipien. Jumlah kelahiran dinilai berdasarkan total jumlah betina yang diinsemiansikan dibagi dengan total jumlah kelahiran dikalikan dengan seratus. Hasil dari jumlah kelahiran menunjukkan capaian dari kegiatan ini menggunakan semen cair berbahan dasar air kelapa.  HASIL Tabel 1. Data Hasil IB dengan Semen Cair Kambing Kacang  Parameter Hasil IB  Jumlah betina di IB (ekor) 8 Non Return Rate (NRR)1 (ekor) Non Return Rate (NRR)2 (ekor) 3 (37,5%) 4 (50%)  1072 J-Abdi  Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat  Vol.1, No.6 Nopember 2021    ISSN:  2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI   Persentase Non Return Rate     NRR1 = 8 - 5/8 x 100%=3/8 x 100%= 37,5% dan NRR2 = 8– 4/8 x 100% = 4/8 x 100% = 50%    Sebagaimna hasil yang diperoleh dari pelaksanaan inseminasi buatan pada ternak kambing Kacang dengan menggunakan semen cair berbahan dasar pengencer air kelapa di kelurahan Rum kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara diperoleh betina yang tidak kembali berahi setelah diinseminasi yaitu untuk NRR1 = 3 ekor (37,5%) dan NRR2 4 ekor (50%) dari total 8 ekor betina resipien. Ini menunjukan bahwa betina yang diinseminasi kemungkinan mengalami kebuntingan (terjadi konsepsi). Tanda-tanda ternak kambing betina yang menunjukan gejala awal bunting atau telah terjadi fertilisasi adalah melihat tingkah laku betina tersebut tidak lagi menunjukan gejala berahi. Hal ini terjadi karena tidak lagi terjadi ovulasi yang mensekresikanan hormon estrogen penyebab estrus karena keberadaan korpus luteum yang mensekresikan hormon progesteron sehingga memberikan efek negatif pada hipofisa anterior untuk tidak lagi mensekresikan FSH untuk sintesa dan maturasi folikel . Menurut Havez and Havez (2008) apabila apabila ternak betina  bunting  maka  hormon  progesteron akan  meningkat  dan  hewan  tersebut  tidak  akan memperlihatkan gejala kawin kembali. Metode pengamatan Non Return to Estrous Rate (NRR) didasarkan atas proses fisiologis normal yaitu selama kebuntingan, konseptus akan mempertahankan keberadaan  korpus  luteum  untuk  produksi  progesteron  dan  mencegah  hewan  betina  kembali berahi (Prabudi, Riady dan Azhar, 2017). Sebagaimana hasil NRR1 dan NRR2 dari 8 betina yang diinseminasikan, yang menunjukkan gejala bunting secara visual melalui pengamatan NRR yaitu hanya 3 ekor (35%) dan 4 ekor (50%). Ini menunjukkan bahwa hanya maksimal 50% betina resipien yang menunjukkan gejala bunting, sisanya tidak menunjukkan gejala kebuntingan. Kondisi ini disebabkan karena kemungkinan fertilisasi tidak terjadi sebagai akibat tidak terjadi ovulasi atau gangguan anatomis saluran reproduksi betina. Faktor lain adalah factor teknis disaat inseminasi berlangsung kemungkinan kematian spermatozoa di straw atau di saluran reproduksi betina sudah tinggi sehingga jumlah totalnspermatozoa hidup dan mmotil sudah sangat rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya peluang terjadinya fertilisasi.   KESIMPULAN Pelaksanaan inseminasi buatan (IB) dengan semen cair pada kelompok mitra usaha peternak kambing Kacang di kelurahan Rum Kota Tidore Kepulauan memiliki tingkat keberhassilan kebuntingan lewat pengamatan NRR mencapai hasil 50% atau 4 ekor dari total 8 ekor betina resipien.  DAFTAR PUSTAKA [1] Salim, M.A., M..N,.Ihsan., N. Isnaini, A.P.A. Yekti, T. Susilawati, 2018. Quality of Boer Goat Liquid Semen on Different Coconut Water Diluent (Cocos Nucifera) During Cold Storage, Asian Journal of Microbiology, Biotechnology & Environmental Sciences Paper, 20 : 150-157. [2] Salim, M. A., M. N. Ihsan., N, Isnaini and T. Susilawati, 2020. Kidding rate of artificial          jumlah ternak yang di IB – jumlah ternak yang di IB kembali         NRR  =                                                                                                 x 100%  jumlah ternak yang di IB  1073 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat  Vol.1, No.6 Nopember 2021  http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI      ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)  insemination with Boer goat liquid semen during chilled preservation using coconut water-based diluent, Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 30 (3) : 184 –189. [3] Prabudi, T., G, Riady dan Azhar, 2017. Diagnosis Kebuntingan Dini pada Kambing Peranakan  Etawah (Capra Hircus) dengan Menggunakan Harness dan Crayon, Jimvet. 01(3): 409-415. [4] Partodihadjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Ternak Edisi ke-3. Sumber Widya, Jakarta [5] Rizal, M dan Herdis, 2008. Inseminasi Buatan pada Domba, Rineka Cipta, Jakarta.                                       1074 J-Abdi  Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat  Vol.1, No.6 Nopember 2021    ISSN:  2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI           HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN  

INSEMINASI BUATAN DENGAN SEMEN CAIR PENGGANTI PEJANTAN PADA KELOMPOK MITRA USAHA PETERNAK KAMBING DI KELURAHAN RUM KOTA TIDORE KEPULAUAN

https://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI/article/download/528/356

INSEMINASI BUATAN DENGAN SEMEN CAIR PENGGANTI PEJANTAN PADA KELOMPOK MITRA USAHA PETERNAK KAMBING DI KELURAHAN RUM KOTA TIDORE KEPULAUAN

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

OJS Bajang Institute