Relasi Agama dan Masyarakat: Studi Tentang Interaksi Masyarakat Bandung Barat dan Jamaah Tabligh

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan menguatnya sentimen keagamaan masyarakat terhadap Jamaah Tabligh di Bandung Barat yang berujung pada penolakan. Namun kasus tersebut berdampak positif bagi Jamaah Tabligh dengan meningkatnya jumlah pengikut mereka di Bandung Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teori Peter Ludwig Berger dan Thomas Luckmann, Charles Young Glock dan Rodney William Stark, dan David G. Myers sebagai teori analisisnya. Temuan penelitian ini di antaranya pertama, pola keberagamaan Jamaah Tabligh secara mutualis saling mempengaruhi antara dimensi doktrin, ajaran, ritual, penghayatan dan pengamalan. Kedua, interaksi sosial yang terbentuk di antara keduanya terjalin secara dialektis dan asosiatif. Ketiga, perilaku meeka dipengaruhi oleh orientasi motivasional dan orientasi nilai, sehingga respon masyarakat Bandung Barat terbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu: 1) sub sistem budaya yang memunculkan penolakan dan prasangka sosial, 2) sub sistem sosial yang memunculkan penerimaan tanpa keterlibatan dan 3) sub sistem kepribadian yang memunculkan sikap penerimaan disertai keterlibatan.This research was motivated by the strengthening of the religious sentiment of the Jamaah Tabligh in West Bandung which led to rejection. However, this case had a positive impact on Jamaah Tabligh by increasing the number of their followers in West Bandung. This study uses a qualitative method with a phenomenology approach, the theory of Peter Ludwig Berger and Thomas Luckmann, Charles Young Glock and Rodney William Stark, and David G. Myers as the theory of analysis. The findings of this study include the first, the religious patterns of Jamaah Tabligh mutually influence each other between the dimensions of doctrine, teachings, rituals, appreciation and practice. Second, the social interactions that form between them are dialectical and associative. Third, their behavior is influenced by a motivational orientation and value orientation, so that the response of the people of West Bandung is divided into 3 (three) categories, namely: 1) a cultural sub-system that creates social rejection and prejudice, 2) a social sub-system that creates acceptance without involvement and 3) personality sub-system that gives rise to acceptance accompanied by involvement

    Similar works