9,664 research outputs found

    PROFIL KLINIKOPATOLOGIK NEOPLASMA TULANG DI RUMAH SAKIT M. DJAMIL PADANG TAHUN 2016-2019

    Get PDF
    ABSTRAK PROFIL KLINIKOPATOLOGIK NEOPLASMA TULANG DI RUMAH SAKIT M. DJAMIL PADANG TAHUN 2016-2019 Oleh Faris Maulana Irfan Neoplasma tulang primer relatif jarang terjadi, namun mempunyai distribusi umur dan tempat tumbuh yang khas. Karakteristik ini sangat membantu para ahli patologi dalam menentukan jenis sel neoplasma yang didiagnosis. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jumlah kasus, jenis kelamin, usia, keluhan utama, tulang yang terlibat, jenis histopatologi, dan tatalaksana neoplasma tulang di Rumah Sakit M. Djamil Padang tahun 2016-2019. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling menggunakan status pemeriksaan patologi anatomi dan rekam medis dengan jumlah sampel sebanyak 59. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit M. Djamil Padang dari bulan Agustus 2019 hingga Juli 2020. Hasil penelitian didapatkan kasus neoplasma tulang benigna sedikit lebih banyak terjadi dibandingkan maligna primer. Neoplasma tulang sedikit lebih sering dialami pada laki-laki daripada perempuan dengan usia puncak kejadian yaitu usia remaja. Keluhan utama umumnya berupa benjolan dan terjadi pada tulang femur. Benigna kondrogenik dan maligna osteogenik merupakan kategori neoplasma tulang dengan jenis histologi berupa osteokondroma (benigna) dan osteosarkoma (maligna primer) yang paling banyak ditemukan. Tatalaksana yang paling sering dilakukan yaitu eksisi. Kesimpulan penelitian ini neoplasma tulang lebih banyak ditemukan jenis benigna, jenis kelamin laki-laki, namun tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan kasus neoplasma tulang, usia puncak kejadian pada remaja, keluhan utama umumnya benjolan, femur yang paling banyak terlibat, jenis histologi terbanyak adalah benigna kondrogenik dan maligna osteogenic dengan osteokondroma dan osteosarkoma sebagai kasus terbanyak, dan tatalaksana umumnya berupa eksisi. Kata Kunci: neoplasma tulang, benigna, maligna primer, klinikopatologik, karakteristi

    NEOPLASIA PAROTIS DEKSTRA: SEBUAH LAPORAN KASUS

    Get PDF
    Kejadian neoplasma pada kelenjar salivatorius termasuk jarang. Sekitar 3% keganasan pada regio kepala dan leher adalah keganasan pada kelenjar saliva, dimana 80% kasus yang terjadi adalah keganasan pada kelenjar parotis. Neoplasma pada kelenjar parotis memiliki insidensi sekitar 1:100.000 orang, yaitu sekitar 2% dari keseluruhan neoplasma pada kepala dan leher. Penanganan neoplasma kelenjar dapat berupa tindakan operatif yang merupakan tatalaksana utama, serta non-operatif seperti pemberian antibiotik, kemoterapi, maupun terapi radiasi. Kami melaporkan kasus neoplasma kelenjar parotis yang terjadi pada pasien lanjut usia (lansia), yang pernah didiagnosis dengan diagnosis yang sama satu tahun yang lalu. Pasien menjalani tindakan operatif berupa parotidektomi superfisial, tanpa komplikasi perioperatif dan pascaoperatif. Kasus ini menekankan pentingnya untuk memperhatikan batas jaringan normal di sekitar tumor, untuk memastikan jaringan tumor terangkat seluruhnya.Kejadian neoplasma pada kelenjar salivatorius termasuk jarang. Sekitar 3% keganasan pada regio kepala dan leher adalah keganasan pada kelenjar saliva, dimana 80% kasus yang terjadi adalah keganasan pada kelenjar parotis. Neoplasma pada kelenjar parotis memiliki insidensi sekitar 1:100.000 orang, yaitu sekitar 2% dari keseluruhan neoplasma pada kepala dan leher. Penanganan neoplasma kelenjar dapat berupa tindakan operatif yang merupakan tatalaksana utama, serta non-operatif seperti pemberian antibiotik, kemoterapi, maupun terapi radiasi. Kami melaporkan kasus neoplasma kelenjar parotis yang terjadi pada pasien lanjut usia (lansia), yang pernah didiagnosis dengan diagnosis yang sama satu tahun yang lalu. Pasien menjalani tindakan operatif berupa parotidektomi superfisial, tanpa komplikasi perioperatif dan pascaoperatif. Kasus ini menekankan pentingnya untuk memperhatikan batas jaringan normal di sekitar tumor, untuk memastikan jaringan tumor terangkat seluruhnya

    PENGARUH KODE TOPOGRAPHY DAN MORPHOLOGY TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSA NEOPLASMA BERDASARKAN ICD-10

    Get PDF
    Pelaksanaan kodefikasi topography dan morphology pada kasus neoplasma sangat penting dilaksanakan secara tepat, dikarenakan kode topography menunjukan letak dan morphology menunjukan sifat keganasan neoplasma. Dalam penetapan kode noeplasma sering terjadi ketidaktepatan kode yang disebabkan petugas coder kurang memahami tata cara pengkodean neoplasma. Hal ini berdampak terhadap pelayanan kepada pasien seperti kesalahan tindakan, perawatan dan pengobatan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran ketepatan kode topography dan morphology pada diagnosa neoplasma di Rumah Sakit Raflesia Bengkulu. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional melalui pengamatan secara langsung dengan populasi dan sampel 276 berkas rekam medis dengan diagnosa neoplasma. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang diolah secara univariat

    Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma Yang Sesuai Dengan Kaidah Kode ICD-10 Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang Periode Triwulan I Tahun 2014

    Get PDF
    Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2014 ABSTRAK ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 HANAN ASMARATIH P Kode diagnosis utama sudah seharusnya tepat sesuai dengan aturan koding ICD-10, hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan kode dan informasi kesehatan yang tepat dan baik. Dalam prakteknya, petugas koding untuk koding rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang khususnya pasien dengan kasus neoplasma terkadang masih belum tepat dalam pemberian kode penyakit pada diagnosis utama pasien. Pada survey awal yang dilakukan peneliti, dari 10 dokumen rekam medis ditemukan 40% diantaranya tidak akurat sedangkan 60% sisanya akurat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat keakuratan kode utama dokumen rekam medis untuk pasien rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang periode triwulan I tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah deskriptif sedangkan metode yang digunakan adalah observasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam medis rawat inap dengan diagnosis utama neoplasma pada periode triwulan I yang berjumlah 261 dokumen rekam medis, kemudian diambil sampel penelitian yang berjumlah 75 dokumen rekam medis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang bahwa kode penyakit khususnya untuk penyakit neoplasma yang diberikan oleh petugas koding, 54,41 % dokumen rekam medis kodenya tidak akurat sedangkan 45,59% sisanya akurat. Hal ini lebih disebabkan tidak diterapkannya langkah-langkah dalam mengkoding neoplasma terutama penggunaan kode morfologi untuk menetapkan perangai tumor, juga tidak digunakannya hasil laborat Patologi Anatomik sebagai salah satu formulir pendukung ketika petugas menetapkan kode diakibatkan hasil PA yang belum keluar ketika pengkodean penyakit berlangsung. Hasil penelitian dari total 68 sampel dokumen rawat inap dengan kasus neoplasma sebagai diagnosis utama triwulan I tahun 2014 ditemukan 37 dokumen rekam medis tidak akurat kodenya sedangkan 31 sisanya akurat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses koding di RSUD Tugurejo Semarang khususnya pada pasien dengan kasus neoplasma periode triwulan I tahun 2014 belum sesuai dengan aturan yang ada di ICD-10, oleh karena itu untuk meningkatkan akurasi kode diagnosis utama pada dokumen rekam medis khususnya pasien dengan kasus neoplasma perlu menerapkan aturan koding neoplasma dengan benar yaitu di cek dulu digit kelima dari kode M di ICD-10 dan ICD-O untuk mengetahui sifat dari tumor tersebut kemudian setelah diketahui sifatnya baru bisa dikode dengan bantuan tabel neoplasma yang ada di ICD-10 dan adanya kerja sama yang baik antara dokter, petugas laboratorium patologi anatomik dan petugas koding sehingga informasi yang dihasilkan di dokumen rekam medis bisa lebih spesifik sehingga petugas koding dapat memberikan kode yang akurat. Kata kunci : Akurasi kode diagnosis utama neoplasma, aturan koding ICD-10 Kepustakaan: 15 (1997-2007

    ANALISIS KETEPATAN KODE DIAGNOSIS NEOPLASMA DI RUMAH SAKIT TINGKAT III 03.06.01 CIREMAI CIREBON

    Get PDF
    Latar belakang : Kegiatan pengkodean merupakan pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf dan atau angka atau kombinasi antara huruf dan angka yang mewakili komponen data. Neoplasma merupakan suatu penyakit terkait dengan perkembangan jaringan abnormal akibat neoplasi, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh yang abnormal yang tumbuh aktif dengan sistem otonom (tidak terkendali). Tujuan penelitian : Untuk mengetahui ketepatan kode diagnosis neoplasma pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Tingkat III 03.06.01 Ciremai Cirebon. Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam medis kasus neoplasma pasien rawat inap pada bulan Januari-Maret 2021 dengan jumlah 62 dokumen dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan menggunakan lembar checklist. Hasil penelitian : Berdasarkan penelitian diperoleh dari 62 dokumen rekam medis kasus neoplasma menunjukkan bahwa ketepatan kode morfologi sebesar 0%, ketidaktepatan kode morfologi sebesar 100%. Ketepatan kode topografi sebesar 45 (72,58%), ketidaktepatan kode topografi sebesar 17 (27,42%). Ketidaktepatan penulisan kode dikarenakan petugas coding kurang teliti dan terkadang ada tulisan dokter yang kurang jelas sehingga kesulitan petugas dalam membaca diagnosisnya

    Analisis Kelengkapan dan Ketepatan Kodefikasi Penyakit Neoplasma Berdasarkan ICD-10

    Get PDF
    Pemberian kode diagnosis pada penyakit neoplasma harus lengkap dan tepat sesuai dengan ICD-10 dengan memberikan kode topografi dan kode morfologi. Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan kode dapat berdampak pada laporan morbiditas yang tidak akurat dan pengobatan yang tidak tepat, serta meningkatkan biaya pengobatan. Studi pendahuluan di UOBK RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo menunjukkan persentase ketepatan kode topografi pada 5 berkas rekam medis (BRM) penyakit neoplasma sebesar 100%, dan kelengkapan kode diagnosis neoplasma sebesar 0%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan dan ketepatan kode pada penyakit neoplasma berdasarkan ICD-10. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif yang menggunakan populasi seluruh BRM penyakit neoplasma pada bulan September-November 2022. Sampel sebanyak 112 BRM diambil menggunakan teknik total sampling. Variabel pada penelitian ini adalah kelengkapan dan ketepatan kode diagnosis neoplasma berdasarkan ICD10. Data dikumpulkan melalui observasi pada bagian koding dan menggunakan instrumen lembar checklist. Hasil penelitian menunjukkan ketepatan kode topografi sebesar 90,18%, ketepatan kode morfologi 0%, dan kelengkapan dan ketepatan kode pada kasus neoplasma 0%. Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan kode disebabkan oleh tidak ada kode morfologi pada resume medis pasien dan kesalahan dalam memilih blok kode topografi. Untuk mendapatkan kelengkapan dan ketepatan kode diagnosis neoplasma, petugas koding perlu melengkapi kode morfologi pada resume medis pasienDiagnosis coding in neoplasm diseases should be complete and precise in accordance to ICD-10 by providing topography codes and morphology codes. Incompleteness and inaccuracy of codes could have an impact on inaccuracies of morbidity reports and inappropriate treatment, as well as increased medical costs. Preliminary studies at UOBK RSUD Dokter Mohamad Saleh Probolinggo showed the percentage of topography code accuracy in 5 medical record documents (MRDs) for neoplasm diseaes was 100%, and the completeness of the neoplasm diagnosis code was 0%. This study objective was to ascertain the completeness and precision of codes in neoplasm diseases based on ICD-10. The research’s design was a quantitative descriptive study with a retrospective strategy using the population of all MRDs of neoplasm diseases in September-November 2022. The sample of 112 MRDs which taken utilizing the technique of  total sampling. The factors in the research was the completeness and accuracy of neoplasm diagnosis codes based on ICD-10. Data were collected through observation in the coding section and checklist sheets. The outcome presented the precision of the topography codes was 90.18%, the precision of the morphology codes was 0%, and the precision and thoroughness of the codes in neoplasm diseases was 0%. The incompleteness and inaccuracy of the codes was caused by the absence of morphological code in the patient's medical resume and errors in selecting the topography code block. Coders should complete the morphological code on the patient's medical resume to obtain the neoplasma diagnosis code’s accuracy and completeness

    Analisis Kesesuaian Kode Diagnosis Utama Neoplasma Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen

    Get PDF
    Neoplasm is a disease associated with abnormal tissue development due to neoplasia, which is the process of abnormal growth and development of body tissues that grow actively with the autonomic (uncontrolled) system. Information for a patient in a hospital will not be complete and useful if it has not been processed, then coding is required. Giving special diagnosis code of neoplasm should consider 3 things to get the right code, namely topography code, morphology, and behavior. However, in its implementation, there are still many errors in the coder's determination of the neoplasm diagnosis code. This has an impact on services to patients such as errors of Action, care and treatment. This study aims to determine the description of the accuracy of topography and morphology codes in neoplasm diagnosis at Dr. Sudirman Kebumen. The type of research used is descriptive quantitative. Based on the research obtained from 178 inpatient medical records in the case of neoplasms, the samples taken were as many as 39 C codes determined that the accuracy amounted to 8 (20.51%) inaccurate category amounted to 31 (79.49%).  Inaccuracy in writing the neoplasm code due to the results of PA (anatomical pathology) that has not come out at the time of coding the disease, anatomical pathology Examination Result Sheet that often the results come late because the laboratory examination outside the hospital and the coding officer is less thorough, sometimes there is a doctor's writing that is less clear so that the difficulty of the officer in reading the diagnosis. This led to the inaccuracy of the neoplasm diagnosis code in Dr. Sudirman Kebumen in September 2020.Neoplasma adalah penyakit yang berhubungan dengan perkembangan jaringan abnormal akibat neoplasia, yaitu proses pertumbuhan abnormal dan perkembangan jaringan tubuh yang tumbuh aktif dengan sistem otonom (tidak terkontrol). Informasi untuk pasien di rumah sakit tidak akan lengkap dan berguna jika belum diproses, maka diperlukan pengkodean. Pemberian kode diagnosis khusus neoplasma harus mempertimbangkan 3 hal untuk mendapatkan kode yang tepat, yaitu kode topografi, morfologi, dan perilaku. Namun, dalam implementasinya, masih banyak kesalahan dalam penentuan kode diagnosis neoplasma oleh pembuat kode. Hal ini berdampak pada pelayanan kepada pasien seperti kesalahan Tindakan, perawatan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketepatan kode topografi dan morfologi dalam diagnosis neoplasma pada Dr. Sudirman Kebumen. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari 178 rekam medis rawat inap pada kasus neoplasma, sampel yang diambil sebanyak 39 kode C menentukan bahwa akurasinya sebesar 8 (20,51 %) kategori tidak akurat berjumlah 31 (79,49 %). Ketidaktepatan dalam penulisan kode neoplasma karena hasil PA (patologi anatomi) yang belum keluar pada saat pengkodean penyakit, Lembar Hasil Pemeriksaan patologi anatomi yang seringkali hasilnya terlambat karena pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit dan petugas coding kurang teliti, terkadang ada tulisan dokter yang kurang jelas sehingga kesulitan petugas dalam membaca diagnosis. Hal ini menyebabkan ketidakakuratan kode diagnosis neoplasma pada Kebumen Dr. Sudirman pada September 2020

    Korelasi antara Motivasi Intrinsik dengan Kegiatan Praktikum Patologi Anatomi Blok Neoplasma Mahasiswa Angkatan 2014

    Get PDF
    Praktikum patologi anatomi adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada Blok Neoplasma di FK UNS dan terbagi menjadi asistensi, praktikum dan penilaian hasil belajar. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan praktikum, salah satunya adalah motivasi akademik. Motivasi akademik terbagi menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang bersifat otonom sehingga dapat dimaksimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara motivasi intrinsik dengan kegiatan praktikum patologi anatomi Blok Neoplasma. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret Angkatan 2014 yang dipilih dengan metode simple random sampling. Data motivasi intrinsik diambil dengan Skala Motivasi Akademik (SMA) yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 dengan 87 kuesioner kembali. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil Penelitian: Hasil uji normalitas data didapatkan SMA terdistribusi normal, sedangkan pretest dan responsi Patologi Anatomi Blok Neoplasma tidak terdistribusi normal. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan Koefisien Korelasi (r) = 0,261 untuk SMA dengan Pretest pertama dengan signifikansi (p) = 0,015 , r = 0.078 untuk SMA dengan Pretest 2 dengan p = 0,474 , r = 0,061 untuk SMA dengan Responsi dengan p = 0,576 serta r= 0,165 untuk SMA dengan Nilai Akhir dengan p= 0,128. Simpulan Penelitian: Terdapat korelasi positif lemah dan signifikan antara motivasi intrinsik dengan pretest 1. Terdapat korelasi positif sangat lemah dan tidak signifikan antara motivasi intrinsik dengan pretest 2, responsi dan nilai akhir praktikum Patologi Anatomi Blok Neoplasma pada mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS Kata Kunci : motivasi intrinsik, kegiatan praktikum, nilai pretest, hasil responsi dan nilai akhi

    Histological pattern of ovarian neoplasma.

    Get PDF
    Abstract Objective: To see the morphological pattern of benign and malignant ovarian neoplasms. Method: Retrospective study of all consecutive cases of ovarian neoplasms diagnosed at Aga Khan University Hospital between 1st January 1993 and 30th September 1998. Setting: The Section of Histopathology, AKUH, Karachi. Observation: Of 855 ovarian tumours 506 (59.18%) were benign and 349(40.81%) malignant. Surface epithelial - stromal tumours comprised 63.50% of all tumours. Benign cystic teratoma was the commonest benign tumour (35.17% of all benign tumours) and serous cystadenocarcinoma was the commonest malignant tumour (33.33% of all malignant tumours). Mucinous cystadenocarcinomas are more common in our population as compared to the West and borderline and malignant mucinous tumours occur at a younger age group. Malignant germ cell tumours are also common in our population. Conclusion: Except for the greater frequency of malignant mucinous and germ cell tumours, the findings of our series correspond to the published Western data (JPMA 50:416, 2000)
    • …
    corecore