18 research outputs found

    The Effect of Planting Space and Level of Phosphor Fertilizer Dose on Growth, Dry Matter Yield, and Crude Protein Content of Indigofera Arrecta

    Full text link
    Study on Indigofera arrecta has not been explored widely yet. Therefore, its growth characteristicand its nutritive value need to be studied. The research was conducted to evaluate growth characteristicand its nutritive value of Indigofera arrecta planted on different planting spaces and different levels ofNPK fertilizer dose. Two factors experiments were assigned in a Split-Plot Design. The first factor (A)was planting space, (1) 50x50 cm and (2) 75x75 cm. The Second factor (B) was level of fertilizer dose,(1) 0 kg P2O5/ha+100kg K2O/ha, (2) 100kg P2O5/ha +100kg K2O kg/ha and (3) 200kg P2O5+100kgK2O/ha. The results showed that planting space had no effect on height of plant (P>0.05) but diameter ofstem were statistically different (P0.05) on either planting space or P fertilizer dose. There were no interactionbetween planting space and P fertilizer dose. In addition, there were no effects either planting space or Pfertilizer dose on dry matter edible part, crude protein content, and plant height. Indigofera arrectaplanted on wider planting space produce bigger stem diameter and bigger number of branch

    Pengaruh Penggunaan Ampas Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Konsentrat dengan Level Berbeda terhadap Produksi Susu Kambing Nubian

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan Ampas Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Konsentrat dengan Level Berbeda terhadap Produksi Susu Kambing Nubian, dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 3 ulangan, 3 perlakuan, dan 3 periode. Perlakuan P0 = hijauan + konsentrat tanpa ampas kelapa, P1 = hijauan + konsentrat dengan 3,55% ampas kelapa, P2 = hijauan + konsentrat dengan 6,85% ampas kelapa. Perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi hijauan segar, BK hijauan, PK hijauan, SK hijauan, air minum dan pertambahan bobot badan. Perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi PK konsentrat, PK total, BK total, SK total yaitu menurunkan konsumsi; dan berpengaruh nyata (P<0,05) pada konsumsi konsentrat segar, BK konsentrat, SK konsentrat yaitu menurunkan konsumsi dan produksi susu. Konsumsi PK konsentrat tertinggi pada P0 yaitu 153,63 g/ekor/hari dan terendah pada P2 yaitu 56,07 g/ekor/hari. Konsumsi BK konsentrat tertinggi pada P0 yaitu 828,43 g/ekor/hari dan terendah pada P2 yaitu 382,3 g/ekor/hari. Konsumsi SK konsentrat tertinggi pada P0 yaitu, 142,47 g/ekor/hari dan terendah pada P2 yaitu 53,82 g/ekor/hari. Hasil penelitian dapat disimpulkan Penggunaan ampas kelapa dalam konsentrat menurunkan konsumsi (konsentrat, bahan kering, serat kasar dan protein kasar konsentrat). Pemberian 3,55% ampas kelapa, masih memberikan hasil yang baik pada produksi susu kambing Nubian pada P0, P1, P2 secara berurutan yaitu 1415,24 ml/ekor/hari, 1325,24 ml/ekor/hari dan  1127,86 ml/ekor/hari

    Penggunaan Minyak Sawit dan Pemanasan Bungkil Inti Sawit untuk Manipulasi Ekosistem Rumen terhadap Performans Kambing

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan minyak sawit dan bungkil inti sawit yang dipanaskan terhadap performan kambing. Kambing lokal digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor umur 8 bulan dengan berat badan + 14 kg. Kambing diacak menjadi 4 kelompok perlakuan berdasarkan Rancangan Acak Faktorial 2X2 dengan 3 ulangan. Faktor pertama ialah penggunaan minyak sawit dan faktor kedua ialah penggunaan bungkil sawit. Pakan diberikan adalah hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 50:50. Pakan diberikan berdasarkan kebutuhan PK 11,2% dan TDN 58%. Variabel yang diukur adalah total konsumsi, koefisien kecernaan, dan pertambahan berat badan. Data yang diperoleh dianalisis variansi dengan program Systat for Windows, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil analisis variansi menunjukkan pemanasan bungkil inti sawit berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering (BK). Abu, protein kasar (PK), ekstrak eter (EE) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sedangkan defaunasi dengan minyak sawit menurunkan konsumsi dan kecernaan serat kasar (P0,05). Koefisien cerna BK, abu, PK dan BETN pada perlakuan pemanasan bungkil sawit cenderung lebih tinggi dibanding tanpa pemanasan bungkil sawit. Semua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap rataan pertambahan berat badan harian

    Palatabilitas Beberapa Hijauan Pakan pada Kelinci

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui palatabilitas beberapa hijauan pakan ternak yang banyak dijumpai sebagai pakan kelinci. Untuk mengetahui palatabilitas hijauan pakan pada kelinci dilakukan 2 (dua)tahapan percobaan, yaitu (1) pilihan pakan bebas (free choice feeding) dan (2) jumlah pakan yang dimakan secara sukarela (voluntary feed intake). Hijauan pakan yang dicoba pada tahap 1 adalah rumput Cynodon spp., Calopo (Calopogonium mucunoides), Glirisidia (Glirisidia sepium), pucuk daun ubi (Manihot utilisima), dan alang-alang (Imperata cylindrica). Tahap pertama: sepuluh ekor kelinci dewasa dikandangkan secara individu. Setiap kandang disediakan 5 jenis hijauan pakan tersebut di atas dengan jumlah yang diketahu dan tersedia tidak terbatas. Setiap hari ditimbang sisa pakan sehingga diketahui jumlah yang dikonsumsi. Konsumsi pakan per hari dikonversikan bahan kering. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, air bersih disediakan sepanjang waktu. Pengamatan dilakukan selama 10 hari. Tahap kedua: hijauan bahan pakan yang digunakan adalah 3 (tiga) jenis hijauan pakan yang paling disukai. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Latin Square Crossover Experiment dengan efek periode dan jumlah segi empat. Sembilan ekor kelinci dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap ekor dalam kelompok diberi hijauan tertentu selama 1 minggu, kemudian diberi hijauan yang lain pada minggu berikutnya dan seterusnya sampai 3 minggu. dan variabel yang diamati adalah rerata jumlah bahan kering yang dikonsumsi dengan cara seperti pada tahap pertama. Percobaan tahap pertama dengan memberikan pilihan pakan secara bebas nilai rata-rata konsumsi bahan kering per hari dari 10 ekor kelinci adalah rumput cynodon 37,493 + 1,591 g, legum calopo 17,8 + 3,5 g, daun singkong 14,5 + 1,5 g, alang-alang 12,2 + 2,9 g, dan glirisidia 9,6 + 1,4 g. Tahap kedua dengan percobaan konsumsi pakan secara sukarela dari 3 hijauanyang paling disukai pada tahap pertama menghasilkan konsumsi bahan kering rata-rata berbeda nyata antara pakan yang satu dengan yang lain. Rata-rata konsumsi bahan kering per hari masing-masing pakan adalah rumput cynodon 56,2 g, legum calopo 33,9 g, dan daun singkong 9,1 g

    Kualitas Nutrisi Pakan Konsentrat Fermentasi Berbasis Bahan Limbah Ampas Tahu dan Ampas Kelapa Dengan Komposisi yang Berbeda Serta Tingkat Akseptabilitas Pada Ternak Kambing

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas pakan konsentrat fermentasi berbasis limbah industri ampas kelapa dan ampas tahu melalui kualitas fisik, kandungan nutrisi dan tingkat penerimaan pada ternak kambing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017 di CZAL dan bulan April-September di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk uji kualitas kimiawi pakan dan rancangan bujur sangkar latin (RBSL) untuk uji biologi (akseptabilitas) pakan. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan perlakuan P0 (ampas tahu + jagung + dedak + gula + garam + mineral + starbio), perlakuan P1 dengan pakan berbasis limbah ampas tahu dengan 20% ampas kelapa,  P2 pakan berbasis limbah ampas tahu dengan 30% ampas kelapa dan P3 pakan berbasis limbah ampas tahu dengan penggunaan 40% ampas kelapa.Ternak yang digunakan sebanyak 4 ekor kambing Nubian jantan. Variabel yang diamati yaitu kualitas fisik, kualitas kimiawi, konsumsi bahan segar,  bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan konsumsi protein kasar (PK) pakan konsentrat fermentasi. Kualitas fisik pakan konsentrat setelah terjadi proses fermentasi mengalami perubahan aroma yang lebih asam, tekstur yang berubah menjadi lebih lembut, pH yang menurun dan temperatur pakan yang cenderung meningkat. Dari hasil penelitian kandungan bahan organik pakan konsentrat fermentasi berkisar antara 86,93%-88,76% sedangkan kandungan protein berkisar antara 15,16%-18,00%. Rataan konsumsi bahan kering pada kambing perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 553,33 gram, 355,05 gram, 259,04 gram dan 225,64 gram. Pakan konsentrat fermentasi berbasis limbah ampas tahu dan ampas kelapa dengan persentase penggunaan ampas kelapa yang meningkat dapat menurunkan kualitas fisik, cenderung menurunkan kualitas kimiawi (kandungan nutrisi protein kasar) dan menurunkan konsumsi sehingga menurunkan akseptabilitas pakan.Kata kunci : Ampas kelapa, Ampas tahu, Konsumsi BK, BO & PK, kualitas fisik, kualitas kimiawi

    Pengaruh Penggunaan Daun Indigofera Segar sebagai Suplemen Pakan terhadap Produksi dan Warna Yolk Itik

    Get PDF
    Protein kasar Indigofera cukup tinggi yaitu 27,89 % dan dapat memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan protein itik sehingga tidak akan menurunkan produksi telur. Adanya ?-caroten dan xantophyl daun Indigofera akan memperbaiki angka pigmentasi yolk. Rancangan percobaan yang digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu tanpa pemberian daun Indigofera segar (0%, kontrol), pemberian daun Indigofera segar 5%, 10%, dan 15% dari BK yang dibutuhkan. Setiap perlakuan terdapat 10 ekor itik siap produksi sebagai ulangan, sehingga ada 40 ekor.Variabel utama yang diamati meliputi konsumsi pakan, produksi telur, berat telur dan warna yolk. Data yang diperoleh dianalisis variansi dan apabila terdapat perbedaan dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Penggunaan daun indigo segar 15% ternyata menurunkan konsumsi pakan, produksi telur dan berat telur hal ini diduga itik membatasi konsumsi indigo yang bersifat bulky. Produksi telur itik rata-rata memberikan perbedaan yang nyata. Penggunaan daun indigo segar sampai dengan 10 % tidak mempengaruhi produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Konversi pakan terjelek adalah penggunaan 15% indigofera segar. Hal ini disebabkan karena telur yang dihasilkan rendah. Penggunaan daun indigo segar menaikkan warna yolk lebih tinggi daripada tanpa daun indigo sega

    Pertumbuhan Prasapih Kambing Nubian

    Get PDF
    ABSTRAKKambing Nubian belum banyak dipeliharan dan diteliti di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan prasapih kambing Nubian. Penelitian dilakukan di Commerciall Zone and Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Penelitian menggunakan 12 ekor anak kambing, 7 jantan dan 5 betina. Pengamatan pertumbuhan dilakukan selama 2 bulan. Variabel yang diamati berupa bobot badan, Pertambahan Bobot badan (PBB), Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, tinggi pinggul, temperatur rektal, dan pulus. Penelitian ini menggunakan t-test untuk membandingkan pertumbuhan anak kambing jantan dan betina. Data dianalisis menggunakan software SPSS ver 23. Hasil penelitian menunjukaan bahwa perbedaan bobot badan anak kambing Nubian jantan dan betina hanya terjadi pada bobot lahir dan bobot umur 30 hari. Tidak terdapat perbedaan pertambahan bobot badan dan pertambahan bobot badan harian antara anak kambing jantan dan betina pada seluruh umur. Status fisiologis anak kambing Nubian jantan dan betina tidak terdapat perbedaan. Kesimpulan penelitan bahwa anak kambing Nubian jantan dan betina memiliki kemampuan pertumbuhan yang sama

    Penggunaan Ampas Tahu pada Level Berbeda terhadap Performa Entok (Muscovy Duck) Umur 3 - 10 Minggu

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan level ampas tahu terhadap performa entok (Muscovy duck) umur 3–10 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 16 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 1 ekor entok sehingga entok yang dipergunakan sebanyak 64 ekor. Perlakuan ransum adalah: P0 (ampas tahu 0%), P1 (ampas tahu 30%), P2 (ampas tahu 35%) dan P3 (ampas tahu 40%) dengan kandungan energi dan protein yang setara yaitu sekitar 3000 kkal/kg dan protein kasar sekitar 16%. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan ampas tahu berpengaruh sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan entok yang diberi ampas tahu dengan level yang berbeda 30%, 35% dan 40%. Konsumsi pakan selama penelitian, menunjukkan bahwa P0= 6180±157,99 g, P1= 5868±191,34 g, P2= 5639±268,59 g dan P3=5252,13±200,69 g. Rataan pertambahan berat badan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 1555,06±173, 66 g, 1176,06±106,21 g, 1062,68±127,48 g dan 776,81±83,35 g. Rataan konversi pakan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah 4,02±0,47, 5,02±0,43, 5,37±0,62 dan 6,83±0,78. Penggunaan ampas tahu dalam pakan entok dengan level 30%, 35% dan 40% menurunkan konsumsi pakan, berat badan, pertambahan berat badan, dan menaikkan konversi pakan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan ampas tahu mulai level 30% menurunkan performa entok
    corecore