6 research outputs found
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PEMBELAJARAN AGAMA HINDU MULTIKULTURAL
Idealisme pembelajaran adalah upaya pemahaman dan memberdayakan atau membimbing mahasiswa agar memiliki sikap dan perilaku yang baik, jika pembelajaran justru melahirkan perilaku yang tidak baik serta melahirkan proses penindasan itu artinya dalam sistem pembelajaran tersebut mengandung persoalan- persoalan. Dimana keberhasilan sebuah pembelajaran sangat ditentukan dari kesungguhan seorang pendidik, peserta didik, dan institusi pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Selain itu, keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh seberapa besar upaya yang dilakukan ketiga komponen itu dalam hal ini adalah pendidik, peserta didik, dan institusi pendidikan mengeliminir atau menyelesaikan problem pembelajaran yang menjadi faktor penghambat keberhasilan pembelajaran. Semakin sedikit faktor penghambat pembelajaran yang muncul selama proses pembelajaran, maka akan semakin besar peluang keberhasilan dalam pencapaian hasil pembelajaran
Proses Pembentukan Karakter Remaja Dalam Perspektif Pendidikan Hindu
Karakter akan terbentuk bila aktivitas dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, dari kebiasaan itu maka akan membentuk karakter remaja. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan negara yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Maka proses pembentukan karakter remaja perspektif pendidikan Hindu. Pertama, dilakukan dengan cara pengenalan terhadap ajaran-ajaran agama Hindu melalui pendidikan informal, non-formal dan pendidikan secara formal. Kedua, memberikan pemahaman setelah dilakukan suatu pengenalan tentang ajaran agama. Ketiga, setelah dipahami alangkah baiknya dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, setelah dilakukan pembudayaan atau pembiasaan kedalam kehidupan sehari-hari sehingga terwujudlah suatu internalisasi menjadi karakter
Faktor Pembentuakan Karakter Anak Dalam Keluarga Hindu Di Desa Sambi Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat: Perspektif Pendidikan Hindu
Karakter adalah keunikan, temperamen, karakteristik atau budi pekerti membuat seseoranng berbeda dengan yang lain. Karakter anak dibangun dan dibentuk sejak masih usia dini oleh orang tua atau keluarga dan sekolah. Ketika berbicara mengenai pembdentukan karakter dari usia dini, kita menjadi memiliki banyak faktor dalam membentuk karakter anak dalam keluarga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif. Dalam jurnal ini, penulis ingin membahas mengenai faktor pembentukan karakter anak dalam kelurga Hindu di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat. Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi, penulis menemukan bahwa faktor pembentukan karakter anak dalam keluarga Hindu diDesa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, diawali dengan faktornya pendidikan orang tua yang lemah, selanjutnya faktor ekonomi orang tua yang tidak mencukupi, dan selanjutnya faktor dari masyarakat atau lingkungan. Tapi yang menjadi faktor utama dalam membentuk karakter anak dalam keluarga adalah ekonomi yang lemah
Peranan Guru Agama Hindu Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Di Smp Negeri Se-Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan apa saja yang menjadi peranan guru agama Hindu dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama Hindu di SMP Negeri se-Keacamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau. Penelitian ini menggunakan teori peran, Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif yaitu data studi lapangan diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip atau dokumentasi, yang menjadi sampel penelitian yaitu SMP Negeri 1 Kahayan Tengah, SMP Negeri 2 Kahayan Tengah, SMP Negeri 3 Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau. Informan yang diambil terdiri dari Kepala Sekolah, Guru agama Hindu dan Siswa yang beragama Hindu yang memenuhi kriteria untuk memecahkan rumusan masalah. Hasil penelitian ini setelah dikaji menunjukan beberapa hal sebagai berikut: (1) Peranan guru bukan hanya memberikan materi pelajaran akan tetapi berperan juga sebagai sumber belajar, sebagai Fasilitator, sebagai Pengelola, sebagai Demonstrator, sebagai Pembimbing, sebagai Motivator dan sebagai Evaluator.
Kata Kunci : Peranan guru, Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu, Sisw
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 1 Basarang (Kajian Aspek Kognitif Afektif dan Psikomotorik)
Pengelolaan disiplin guru guna terciptanya disiplin kerja, dalam proses pencapaian kemajuan, meningkatkan sumber daya manusia diperlukan sebuah upaya yang mesti dilakukan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata sebagai dasar interpretasi dalam disiplin pada diri kemudian direalisasikan pada sikap tindakan dalam kerja. Penelitian ini terfokus pada Nilai-nilai Kepemimpinan Asta Brata dalam disiplin kerja guru dengan rumusan masalah: 1) Nilai-nilai Kepemimpinan Hindu dalam ajaran Asta Brata tercermin dalam disiplin kerja guru, 2) Bagaimana Relevansi Nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata dalam kontek pengelolaan disiplin kerja guru pada SDN-1 Lunuk Ramba, 3) Bagaimana langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam rangka mengaplikasikankan nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata pada SDN-1 Lunuk Ramba. Adapun teori yang digunakan menganalisis permasalahan tersebut adalah teori Analisis Kontent (Analisis nilai) dari Vredenbreght, Teori Fungsionalisme Struktural dengan Skema Agil yang dikemukakan Talcott Parsons, Teori Sosialisasi atau Teori Belajar dari Edwin H. Sutherland. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini ada beberapa : Pertama, nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata tercermin dalam disiplin kerja pegawai ada beberapa yaitu; 1) nilai kearifan, dan kewibawaan pada Indra Brata 2) nilai keberanian, keadilan dan bijaksana pada Yama Brata 3) Nilai-nilai Semangat, efektif dan efisien pada Surya Brata. 4) nilai-nilai penerangan dan empati pada Candra Brata. 5) nilai rendah hati dan moral yang luhur pada Vayu Brata. 6) nilai-nilai teguh pendirian dan rela mengabdi pada Kuwera Brata . 7) nilai-nilai berwawasan luas, berinisiatif, kreatif dan inovatif pada Varuna Brata 8) nilai-nilai kemuliaan dan tanpa pilih kasih pada Agni Brata. Kedua, relevansi nilai-nilai kepemimpinan asta brata dalam kontek pengelolaan disiplin kerja guru pada SDN-1 Lunuk Ramaba yaitu; 1) relevansi nilai sikap dan prilaku, 2) Relevansi nilai personal dan relevansi nilai sosial dapat terwujud dari interpretasi nilai-nilai Asta Brata sebagai norma yang menjadi tolak ukur dalam penanaman nilai terbaik pada diri pribadi; 3) Relevansi nilai subjektif dan nilai objektif dalam mewujudkan disiplin kerja pegawai. Ketiga, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengaplikasikan nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata ; 1) Langkah dari guru, dimensi integrasi nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata dalam meningkatkan disiplin kerja pada diri; 2) Langkah-langkah dari pimpinan, Pendekatan aksi sosial, yaitu pengkombinasian pendekatan transformatif dengan aktivitas-aktivitas yang berupaya untuk melakukan perubahan; 3) Langkah-langkah dari instansi yaitu; Lembaga memberikan dimensi pembelajaran yang sama dan adil, menuangkan dalam format pelatihan, diklat, seminar, lokakarya