11 research outputs found

    Pengaruh penggunaan metotreksat terhadap kadar SGOT dan SGPT pasien Artritis Reumatoid di RSUP Sardjito Yogyakarta

    Get PDF
    Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun umum terkait dengan kecacatan progresif, komplikasi sistemik, menimbulkan deformitas persendian, gangguan fungsi, dan penurunan kualitas hidup. Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko yaitu faktor genetik, infeksi dan lingkungan. Obat yang sering dipakai dalam terapi adalah golongan DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs). Metotreksat merupakan metabolit sintetik dan merupakan obat lini pertama serta digunakan lebih dari 40 tahun. Penggunaan metotreksat yang terus menerus dapat menimbulkan efek hepatotoksisitas sehingga harus dilakukan pemantauan fungsi hepar. Salah satu cara uji tes fungsi hepar dengan memantau enzim hepar yaitu Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan metotreksat terhadap kadar SGOT dan SGPT pasien artritis reumatoid di RSUP Sardjito Yogyakarta. Pada 96 sampel terdiri dari 77 perempuan dan 19 laki-laki pada awalnya memiliki nilai SGOT dan SGPT normal. Sampel memperoleh terapi metotreksat selama 6 bulan. Pada uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p kadar SGOT setelah dan sebelum terapi 0,483 , dan untuk nilai p kadar SGPT setelah dan sebelum terapi 0,979. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan metotreksat terhadap kadar SGOT dan SGPT pasien artritis reumatoid di RSUP Sardjito Yogyakarta

    Pengaruh penggunaan metotreksat terhadap kadar SGOT dan SGPT pasien Artritis Reumatoid di RSUP Sardjito Yogyakarta

    No full text
    Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun umum terkait dengan kecacatan progresif, komplikasi sistemik, menimbulkan deformitas persendian, gangguan fungsi, dan penurunan kualitas hidup. Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko yaitu faktor genetik, infeksi dan lingkungan. Obat yang sering dipakai dalam terapi adalah golongan DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs). Metotreksat merupakan metabolit sintetik dan merupakan obat lini pertama serta digunakan lebih dari 40 tahun. Penggunaan metotreksat yang terus menerus dapat menimbulkan efek hepatotoksisitas sehingga harus dilakukan pemantauan fungsi hepar. Salah satu cara uji tes fungsi hepar dengan memantau enzim hepar yaitu Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan metotreksat terhadap kadar SGOT dan SGPT pasien artritis reumatoid di RSUP Sardjito Yogyakarta. Pada 96 sampel terdiri dari 77 perempuan dan 19 laki-laki pada awalnya memiliki nilai SGOT dan SGPT normal. Sampel memperoleh terapi metotreksat selama 6 bulan. Pada uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p kadar SGOT setelah dan sebelum terapi 0,483 , dan untuk nilai p kadar SGPT setelah dan sebelum terapi 0,979. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan metotreksat terhadap kadar SGOT dan SGPT pasien artritis reumatoid di RSUP Sardjito Yogyakarta

    Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan jalan Karang Menjangan nomor 20 Surabaya 05 Juni – 07 Juni 2018

    No full text
    corecore