4 research outputs found
Correlation Knowledge with Psychology Response of Teenage Girls in Confront Menarche
Background: Adolescence is a transition from children to adulthood. In adolescence menarche will occur, menarche is the first menstruation in young women which occurs between 1.5 to 3 years after thelarche. The average menarche occurs at the age of 12 and 13 years. When Menarche happens, many changes occur, one of which is psychological change. Changes in the level of knowledge of adolescents about the level of knowledge of adolescents about menarche. Knowledge about menarche can be obtained through families, print media, electronics, or health workers (midwives, doctors, nurses). Examining the relationship of knowledge level with prepubertal adolescent girls psychological responses in menarche conversation. Method: This study was an observational analytic study with a cross sectional study design. The number of samples was 41 students with total sampling techniques. To find out the relationship between variables, the data test with the chi-square test. Results: The results showed that most teenagers' knowledge in the knowledge category was 70.73%. While the psychological response is mostly in the negative category (68.3%). Contingency coefficient results showed a p value of 0.270 (p <0.05). Conclusion: These data indicate that there is no correlation between knowledge and psychological responses of pre-puberty teenage girls in the face menarche
Pengalaman Ibu Merawat Balita Usia 6 - 24 Bulan Berstatus Gizi Buruk
Latar Belakang : Gizi buruk adalah penyumbang angka morbiditas dan mortalitas pada anak. Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyatakan kasus gizi buruk secara 100% telah teratasi. Fakta menunjukkan di kecamatan Sukomanunggal mengalami peningkatan angka gizi buruk. Pemerintah telah melakukan upaya perbaikan melalui program - programnya, tetapi kualitas perawatan dan pola asuh ibu belum diketahui. Sehingga dilakukanlah penelitian untuk mengeksplorasi pengalaman ibu dalam merawat anak Balita usia 6-24 bulan dengan status gizi buruk post diagnosis di kecamatan Sukomanunggal kota Surabaya. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jumlah partisipan sebanyak 15 partisipan dan dipilih menggunakan metode purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pengalaman ibu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dilengkapi dengan catatan lapangan. Hasil : Hasil penelitian didapatkan (53%) ibu mengubah pola pemberian makan (jumlah, menu, frekuensi) dan dari (53%) (83,3%) memberikan makanan secara aktif dan responsif. Ibu memiliki persepsi bahwa masalah gizi pada Balita disebabkan faktor keturunan (60%) dan faktor nafsu makan (40%). Ibu memberikan makanan tambahan (selingan) berupa snack sehat (80%) dan makanan ringan (20%). Ibu tidak memberikan vitamin kepada Balitanya (53%). Ibu memiliki pola PHBS yang baik, yaitu (87%) Balita tidak memiliki kebiasaan memasukkan barang yang dipegangnya ke mulut dan (53%) ibu mengajari serta membiasakan Balita mencuci tangan. Ibu memiliki tingkat kepatuhan yang baik terhadap program puskesmas, (73%) ibu rutin membawa Balitanya ke posyandu, (67%) ibu patuh memberikan PMT-P, (87%) ibu mengimunisasikan Balita secara lengkap, dan (54%) ibu memberikan obat cacing rutin kepada Balitanya. Tetapi hanya (26%) ibu yang melakukan konsultasi ke tenaga kesehatan. Kesimpulan : Perawatan yang dilakukan oleh ibu terhadap Balitanya yang mengalami gizi buruk, yaitu melakukan Perubahan pola pemberian makan dengan strategi praktik pemberian makan yang aktif dan responsif, memberikan makanan tambahan (selingan) berupa snack sehat yang berbahan lokal serta mengurangi konsumsi makanan ringan yang berlebihan, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), patuh terhadap program puskesmas dan melakukan konsultasi lebih lanjut ke tenaga kesehatan