38 research outputs found
SIMULASI SISTEM DINAMIS DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK
Abstrak : Makalah ini membahas bagaimana simulasi sistem dinamis dapat diterapkan didalam bidang manajemen rantai pasok untuk mendiagnosa masalah-masalah serta mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan solusi, mengoptimisasi operasi, serta mengurangi faktor-faktor resiko. Disamping itu makalah ini juga menyajikan metodologi untuk pembuatan model rantai pasok serta mengidentifikasi kriteria penting dalam pemilihan perangkat lunak simulasi yang sesuai. Pada bagian akhir, sebuah kasus sederhana model simulasi sistem dinamis rantai pasok yang menggunakan perangkat lunak simulasi diuraikan.
Kata Kunci : Simulasi sistem dinamis, manajemen rantai pasok, analitikal, transaksional, teknologi informas
BERFIKIR SISTEM SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN MELALUI DOUBLE-LOOP LEARNING MATRIX
Abstrak : Pendekatan kerangka berfikir âDouble-Loop Learning Matrixâ membantu perusahaan melihat bagaimana cara berfikir dan bertindak telah mencegah perusahan dari hanya memandang persoalan pokok bergeser kepada permasalahan pelayanan pelanggan secara terus-menerus, ongoing process. Pembelajaran pada zona 5 dan 6 menuju lebih kepada âSiapa andaâ dalam organisasi tetapi bukan âApa yang anda kerjakanâ. Mereka akhirnya memahami bahwa zona 5 dan 6 sebagai âreflection zonesâ, sementara zona 1 sampai 4 adalah âaction zonesâ. Bekerja pada zona refleksi pada kenyataannya membutuhkan upaya yang lebih bila dibandingkan dengan bekerja pada zona aksi, namun upaya ini membawa ke arah mengungkap akar permasalahan yang akan memberikan solusi secara lebih komprehensif dan menyeluruh, tetapi bukan kepada gejala permasalahan yang hanya lebih kepada penyelesaian sesaat.
Kata kunci : single-loop, double-loop, learnin
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PERSEDIAAN ANTARA MODEL KEBIJAKAN QUANTITY DISCOUNT ALL ON UNITS DAN INCREMENTAL QUANTITY DISCOUNT
Abstrak : Dalam upaya memaksimumkan keuntungan, perusahaan akan mencoba menerapkan berbagai metoda pengendalian persediaan yang dapat mendukung tujuan efisiensi agar dapat bersaing dengan kompetitornya. Hasil perbandingan metoda potongan harga menunjukkan bahwa Model Quantity Discount All On Units mampu memberikan keuntungan yang terbaik bagi perusahaan bila dibandingkan dengan model incremental quantity discount dan model economic order quantity, dimana kedua model terakhir ini memberi biaya persediaan berturut-turut sebesar 2,36% dan 3,96 % lebih mahal. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa akan lebih menguntungkan jika dilakukan pembelian dengan volume sebesar 5.217 kg untuk setiap kali pesan. Meskipun biaya pesan akan bertambah besar karena frekuensi pemesanan meningkat namun penambahan biaya tersebut tidak cukup sebanding dengan penurunan biaya yang terjadi pada biaya simpan dan pembelian. Dengan kata lain penjumlahan biaya-biaya tersebut menghasilkan penurunan biaya total persediaan lebih besar.
Kata kunci : quantity discount All on units, incremental quantity discount, economic order quantit
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN ANALISA MARJINAL YANG MEMPERTIMBANGKAN RESIKO DAN ELASTISITAS PERMINTAAN DALAM UPAYA MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN
Abstrak : Selama perencanaan persediaan kurang memperhatikan ukuran pesanan, harga produk dan faKtor resiko, maka ongkos persediaan akan menjadi sangat mahal. Salah satu penyebab hal ini terjadi dIkarenakan pemesanan dilakukan berdasarkan atas pengalaman masa lalu atau intuisi saja. Sehingga tidak jarang perusahaan mengalami kekurangan atau kelebihan persediaan barang yang mengakibatkan perusahaan kehilangan konsumen ataupun mengeluarkan biaya persediaan yang sangat besar. Permintaan akan kebutuhan persediaan cenderung berfluktuasi sehingga ini mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan menentukan ukuran pemesanan dan kapan waktunya untuk melakukan pemesanan kembali. Kurangnya memperhatikan manajemen persediaan di gudang juga menjadi salah satu faktor sulit untuk menghindari terjadinya kekurangan atau kelibihan persediaan. Untuk itu digunakan model persediaan analisis marjinal, metoda distribusi, analisis resiko dan metoda elastisitas permintaan untuk memecahkan masalah tersebut. Dari tabel taksiran keuntungan dapat dilihat keuntungan tertinggi diperoleh jika perusahaan memesan sebanyak 160 dus barang setiap minggunya dengan taksiran keuntungan Rp.2.272.038,-.
Kata kunci : Analisis marjinal, distribusi normal, resiko, elastisitas permintaan, persediaa
ANALISIS KEBIJAKAN PERSEDIAAN KERTAS ISI AL-QURAN A5 DI PT. SYGMA EXAMEDIA ARKANLEEMA
Persediaan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam
setiap aktivitas kehidupan. Persediaan hampir selalu diperlukan baik untuk
kehidupan pribadi, rumah tangga, perkantoran maupun dalam unit usaha.
Perusahaan percetakan PT. Sygma Examedia Arkanleema memerlukan berbagai
macam bahan baku yang perlu disediakan untuk menunjang kebutuhan dalam
pemenuhan permintaan produk Al-Quran. Masalah yang sering dihadapi
perusahaan yaitu penentuan jumlah persediaan bahan baku yang diperlukan dalam
memenuhi permintaan, terutama untuk kertas Qpp sebagai bahan baku utama
pembuatan Al-Quran A5. Jumlah persediaan kertas Qpp yang terlalu besar pada
tahun sebelumnya menyebabkan membengkaknya biaya persediaan yang perlu
dikeluarkan perusahaan. Dari permasalahan tersebut, penelitian ini akan mencoba
menentukan kebijakan persediaan kertas Qpp untuk mengetahui ukuran lot yang
dapat menekan biaya persediaan perusahaan. Metode pengolahan yang akan
digunakan adalah metode yang sesuai dengan perlakuan sistem persediaan kertas
Qpp yang termasuk kedalam model probabilistik, dimana hasil dari pengujian
hipotesis menunjukan adanya fluktuasi permintaan dan lead time dalam pemesanan
bahan baku. Model Q dan P probabilistik dengan kondisi back order sesuai dengan
sistem persediaan kertas Qpp di perusahaan, maka dari itu kedua model ini akan
diterapkan dalam pengolahan kebijakan pada penelitian ini. Pengolahan model Q
back order menghasilkan ukuran lot optimal untuk kertas Qpp sebesar 17.176
kg/pesan dengan cadangan pengaman sebesar 258,4 kg, dan pemesanan dilakukan
saat persediaan di gudang mencapai 5.771 kg. Sehinggga ekspektasi total ongkos
persediaan yang dihasilkan dari model Q back order adalah sebesar Rp.
101.840.162.00,-. Sedangkan dari pengolahan model P back order diperoleh
interval setiap kali pemesanan dilakukan setiap 0,0389 tahun dengan persediaan
maksimum yang dapat ditampung sebesar 23.186 kg. Model ini menghasilkan
ekspektasi total ongkos persediaan sebesar Rp. 101.955.442.20,-.
Keywords: Persediaan, Kebijakan Persediaan, PT. Sygma Examedia Arkanleema,
Kertas Qpp, Model Q Probabilistik, Model P Probabilistik, Back Orde
Analisis implementasi RFID menggunakan HOR dan AHP pada Divisi Persediaan PT. Bio Farma (Persero
seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, manusia senantiasa dihadapkan dengan segala tantangan dalam dunia kesehatan, salah satunya dalam dunia vaksinasi. berkembanya dunia farmasi dan tuntutan dalam mensejahterakan kehidupan manusia sesuai dengan cita-cita PT.X, menjadi salah satu langkah yang perlu ditempuh untuk menjawab tantangan dengan melakukan perkembangan proses bisnis agar dapat bersaing dengan kompetitor
Menentukan Interval Pemesanan yang Optimal Pada Produk Consumable dengan menggunakan metode Economic Order Interval (EOI) di PT. Samafitro
PT. SAMAFITRO Bandung merupakan perusahaan yang bergerak jasa, PT. SAMAFITRO
Bandung adalah distribusi resmi dalam penjulana produk CANON (copier, fax, micrografics),
HP Indigo dan beberapa mesin fotocopy. Tiap perusahaan pasti memiliki target atau tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu periode tertentu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Target atau tujuan tersebut tidak akan mungkin tercapai tanpa sumber daya
yang memadai. Terdapat beberapa masalah dalam menentukan pemesanan produk consumable
di PT. SAMAFITRO Bandung, yaitu tidak terjadwalnya pejualan produk consumable, sehingga
pemesanan yang dilakukan dapat berulang kali dan menimbulkan biaya tambahan yang lebih
besar.
Oleh karena itu perusahaan harus melakukan peramalan / forcasting untuk mengetahui
kebutuhan produk yang harus di sediakan tiap bulannya, sehingga dapat melakukan
pendjadwalan terhadap pemesananproduk consumable.
Namun tidak hanya melakukan peramalan akan tetapi perusahaan juga harus
mengklasifikasikan produk yang consumable yang dijual, dimana fungsi dari pengklasifikasian
barang dapat memprioritaskan barang mana yang harus lebih dahulu di perhatikan, dimana
barang tersebut mempunyai nilai persentase kumulatif yang lebih besar dari jumlah nilai produk
yang lainnya, terdapat 3 ranking yang ada pada pengklasifikasian, yaitu ranking A, B dan C
untuk kasus kali ini, klasifikasi yang dilakukan perhitungan hanya ranking A dan B saja.
Selanjutnya menghitung pemesanan yang optimal dengan menggunakan EOI (economic
order interval), dimana fungsi dari perhitungan ini adalah mengetahui pemesanan yang optimal
yang harus dilakukan oleh perusahaan, perhitungannya menggunakan EOI multy
item,dikarenakan produk yang dihitung, jumlahnya lebih dari satu buah, dan lebih murah
pemesanannya dibandingkan dengan harus memesan satu â persatu, dalam perhitungan EOI ini,
ada tiga hal yang harus diketahui, mulai dari perhitungan interval yang optimal pertahunnya,
kemudian menghitung maksimum tingkat persediaan yang harus ada di gudang, dan yang
terakhir adalah mngetahui total ongkos yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Kata Kunci : forcasting, klasifikasi ABC, EOI (economic order interval
Analisis Kebijakan Sistem Gudang Produk Original Equipment Manufakturer (OEM) Sebagai Dasar Pembuatan Layout Gudang Guna Menerapkan Good Manufacturing Strategic Dengan Pendekatan ABC 80% - 20% Di PT. Agronesia (INKABA).
PT.Agronesia (Inkaba) divisi IV teknik barang dan karet adalah
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pengolahan karet mentah
menjadi produk jadi. Dalam menjalankan aktivitas pergudanganya PT.Agronesia
memiliki gudang yang menjadi satu dengan lantai produksi, sehingga karet
mentah dan barang jadi bercampur dalam satu ruangan. Tentu saja hal tersebut
berdampak pada penurunan kualitas dan nilai dari produk jadi tersebut.
Adapun masalah yang terjadi di dalam perusahaan adalah ketika ruang
produksi menjadi satu dengan gudang produk jadi, dimana hal tersebut
berdampak pada banyaknya produk yang terbengkalai, sehingga dapat membuat
nilai dari produk tersebut menjadi berkurang, serta membuat tata letak gudang
menjadi kurang efisien. Oleh karena itu guna menanggulangi permasalahan
tersebut maka dilakukanlah proses Pengklasifikasian pada barang jadi guna
menentukan design tata letak barang agar lebih efektif dan efisien.
Pemecahan masalah yang dilakukan untuk mengklasifikasikan jenis
barang, yaitu dengan menggunakan Metode Analisis ABC yaitu suatu metode
yang digunakan untuk mengetahui kategori produk yang termasuk class A (Fast
Moving), produk class B (Medium Moving) dan produk class C (Slow Moving).
Setelah melalui proses pengklasifikasian barang, guna menerapkan good
manufacturing strategic pada gudang barang jadi maka barang harus tersusun
dengan rapih dan disesuaikan dengan nilai dari barang tersebut.
Terdapat beberapa tahapan dalam menentukan good manufacturing
stratgic pada gudang barang jadi, yaitu dengan menentukan tahapan pengadaan
barang dimana pada tahapan ini mencari pemesanan optimum (Q*), Backorder
optimum (J*), persediaan optimum (M*), siklus pemesanan optimum, frekuensi
pemesanan dan titik pesan kembali. Dalam tahapan pengadaan barang
pendekatan yang dilakukan, yaitu dengan pendekatan model Q.
Output dari tahapan pengadaan barang menjadi input untuk tahapan
pengendalian barang, dimana produk jadi diberi kemasan agar tetap terjaga
kualitas dan nilai dari produk tersebut. Setelah itu produk diberi rak sebagai
tempat penyimpanan produk agar tidak mudah hilang dan produk tersebut mudah
untuk dicari.
Dengan output dari tahapan pengendalian maka dapat mencari luas lantai
shipping berdasarkan jumlah data rak yang diperoleh pada tahapan sebelumnya,
dan luas lantai shipping ditambah allowance menjadi dasar design tata letak
barang di dalam gudang barang jadi. Sehingga dapat dilihat usulan penataan
layout dapat mengakibatkan gudang menjadi lebih efisien dan efektif
OPTIMALISASI RUTE ANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN TABU SEARCH UNTUK MENEKAN ONGKOS DISTRIBUSI (STUDI KASUS : PT. XYZ Kota Bandung)
PT. XYZ adalah perusahaan waralaba swalayan yang menjual barang keperluan
rumah tangga dengan ritel yang berlokasi dan tersebar di 68 tempat Kota Bandung.
68 ritel dilayani 68 kendaraan pengangkut. Dalam kegiatan pendistribusian
barang dari gudang pusat ke setiap ritel, perusahaan tidak mempunyai penugasan
transportasi yang tetap untuk setiap ritelnya. Demikian pula rute setiap kendaraan
berubah-ubah setiap kali melakukan pemasokan barang dari gudang pusat ke ritelritel.
Disamping itu kapasitas kendaraan tidak menjadi perhatian dalam setiap
melakukan pengiriman barang. Dengan demikian kondisi ketidakteraturan ini
menyebabkan tingginya biaya pengiriman barang dari gudang pusat ke setiap ritel.
Permasalahan utama penelitian ini adalah bagaimana melakukan optimalisasi rute
kendaraan yang memperhatikan kapasitas kendaraan sehingga dapat menurunkan
biaya total pendistribusian barang dari gudang pusat ke setiap ritel. Tujuan
daripada penelitian ini adalah diperolehnya rute kendaraan pengangkut barang
yang dapat menurunkan biaya distribusi barang. Untuk menyelesaikan
permasalahan penelitian ini maka dilakukan terlebih dulu pengelompokkan ritel
(clustering) dengan pendekatan sweep algorithm agar diperoleh penugasan
kendaraan pengangkut dengan rute kendaraan yang tetap. Kedua dalam
menetapkan penugasan kendaraan pada setiap cluster maka dilakukan optimalisasi
rute. Unutk ini pertama-tama dilakukan inisialisasi rute dengan menggunakan
pendekatan insertion heuristic. Kedua yang diperoleh pada tahap ini dijadikan
sebagai inisial rute untuk melakukan optimalisasi. Rute dengan pendekatan tabu
search algorithm. Hasil dari tahapan metodologi maka diperoleh 10 cluster yang
mempertimbangkan demand dalam cluster yang disesuaikan pula dengan kapasitas
kendaraan pengangkut. Tahap berikutnya diperoleh pula optimalisasi rute pada
setiap clusternya dari gudang pusat ke setiap cluster yang secara keseluruhan
dapat mengurangi jarak tempuh kendaraan pengangkut yang berdampak pada
pengurangan biaya distribusi barang. Dibandingkan dengan kondisi biaya
distribusi sebelum dilakukan optimalisasi. Besarnya perbedaan biaya distribusi
bbarang sebelum dan sesudah dilakukan analisis sebesar Rp 4,887,493 atau
diperoleh penghematan biaya sebesar 13,08%.
Kata Kunci : Capacity Vehicle Routing Problem, Sweep Algorithm, Insertion
Heuristic, Tabu Search Algorith
Desain Rute Logistik Distribusi Beras Miskin Di Bulog Sub Divisi Regional 1 Bandung Dengan Metode Nearest Neighbour
Perusahaan Umum (Perum) BULOG Sub Divisi Regional 1 Bandung merupakan suatu perusahaan milik negara yang bertugas untuk menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dimana hal ini diwijudkan dalam program Beras Untuk Rakyat Sejahtera (RASTRA) atau yang dulu sering disebut RASKIN dimana ini semua dipaparkan dengan jelas dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2012. Dalam proses penyaluran beras bersubsidi di Kota Bandung ini difasilitasi oleh gudang BULOG yang berada di daerah Gedebage, Kota Bandung. Proses pendistribusian beras di Kota Bandung yang dilakukan oleh Perum BULOG Sub Divisi Regional 1 Bandung saat ini memiliki kendala dalam permasalahan rute. Terdapat 151 titik distribusi (desa/kelurahan) yang ada di Kota Bandung, dimana di titik distribusi tersebut terdapat kelompok masyarakat yang berhak untuk bisa mendapatkan beras bersubsidi ini. Tersebar luasnya titik-titik distribusi di Kota Bandung ini tentu menjadi masalah yang harus bisa diselesaikan, mengingat Perum BULOG sampai saat ini belum memiliki acuan desain rute yang jelas untuk proses penyaluran beras. Sehingga permasalahan pada penelitian ini adalah mengenai Vehicle Routing Problem, atau sering disebut dengan permasalahan penentuan rute. Proses penyelesaian permasalahan VRP pada penelitian ini diselesaikan dengan menggunakan metode Nearest Neighbour. Dimana cara kerja dari metode ini adalah dimulai dari rute kendaraan pertama, metode ini memasukkan satu per satu konsumen terdekat yang belum dikunjungi kedalam rute dan kemudian mencari kembali titik distirbusi terdekat dari titik awal yang sudah dikunjungi sebelumnya, lalu ulangi proses yang sama sampai semua titik distribusi terlayani, tentu dengan memperhatikan kapasitas kendaraan dan juga batasan satu horison waktu pendistribusian. Setelah proses perhitungan, maka didapatkanlah hasil rute yang terbentuk yaitu sebanyak 115 rute kendaraan yang terdiri dari 151 titik distribusi (desa/kelurahan) yang ada di Kota Bandung. Dimana dari masing-masingnya memiliki lama waktu tempuh dan waktu pelayanan yang berbeda-beda. Total 115 rute kendaraan yang terbentuk ini terdiri dari 69 rute dengan menggunakan kendaraan truk berkapasitas 10 ton dan 46 rute dengan menggunakan kendaraan truk berkapasitas 8 ton. Dimana bila selama ini Perum Bulog Sub Divisi Regional 1 Kota Bandung hanya menggunakan kendaraan berkapasitas 10 ton, dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa dalam mendistribusikan beras ke titik distribusi dapat menggunakan kombinasi 2 opsi kendaraan yang sesuai dengan desain rute yang telah dihasilkan pada penelitian ini dengan jumlah kendaraan 3 kendaraan berkapasitas 10 ton dan 2 kendaraan berkapasitas 8 ton.
Kata Kunci : Vehicle Routing Problem, Metode Nearest Neighbour, Distribusi, Perum Bulog Bandun