56 research outputs found
Keragaman Plankton Dan Kualitas Perairan Di Hutan Mangrove
Plankton Diversity and Water Quality in Mangrove Forest. N.M. Heriyanto. Study the diversity of plankton and water quality in mangrove forests Blanakan was done in Subang, West Java and Cilacap, Central Java, in September 2010. Study used purposive random sampling method and the data were analyzed in the laboratory. The results showed five that different types of phytoplankton were found and a type of zooplankton that were Fragillaria sp., Navicula sp., Nitzschia sp., Surirella sp., Tabellaria sp., and one type of zooplankton Nauplius sp. Abundance of species (Di) Nitzschia sp. were found most dominant in the amount of 33.33% at the location of Cilacap and 25% in Blanakan, abundance of Fragillaria sp. 31.25% was in Blanakan and 11.11% in Cilacap. Plankton species diversity (H’) was generally low, the index of similarity (E) in the waters of relatively the same in both places. Mangrove forest at study site was dominated by Avicenia marina L. (Blanakan) and Rhizophora mucronata Blume (Cilacap). Heavy metal content of Hg in Cilacap was 7 times greater than Blanakan waters, the concentration of Zn in the same place two times larger, and cyanide (Cn) 4 times larger. Cilacap detergent in the water waw 12 times greater than these Blanakan waters. Water quality in industrial areas are generally worse than those in mangrove degraded areas
Pendekatan dalam Penentuan Hutan Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
Approach in determining village forest has been done by government through Decree of Minister of Forestry Number SK.586/Menhut-II/2012 dated 17 October 2012, covering peat swamp forest of approximately 7,025 hectare in Buntoi Village, Pulang Pisau, Central Kalimantan. In this study, permanent plot of one hectare was randomly selected at that location. The results showed that, biomass and carbon content of forest stand with diameter ≥2 cm was 113.63 ton/hectare or 56.81 ton C/hectare. Forest stand with heterogeneous biomass and heterogeneous species or high diversity will absorb CO2 and produce O2 in the air, so the forest will help in climate change. Forest village became a compromise on the claim of customary forest recognition which until now has not been resolved. The core of the village forest is that communities can manage forests legally for the welfare of rural people and sustainable environments. The designation of forest areas into village forests is appropriate with the indicator as there are no illegal logging, forest fires and relatively good forest conditions.Pendekatan dalam penentuan hutan desa telah dilakukan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.586/Menhut II/2012 tanggal 17 Oktober 2012, meliputi hutan rawa gambut seluas kurang lebih 7.025 hektar di Desa Buntoi, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Pencuplikan plot dibuat satu hektar yang dipilih secara acak di lokasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, biomassa dan kandungan karbon tegakan hutan yang berdiameter ≥2 cm sebesar 113,63 ton/hektar atau 56,81 ton C/hektar.Tegakan hutan dengan biomassa dan jenis yang heterogen atau berkeragaman tinggi akan banyak menyerap CO2 di udara dan banyak menghasilkan O2 sehingga hutan tersebut membantu dalam Perubahan iklim. Hutan desa menjadi kompromi terhadap tuntutan pengakuan hutan adat yang hingga saat ini belum terselesaikan. Inti dari hutan desa yaitu masyarakat dapat mengelola hutan secara legal dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat desa dan lingkungan yang lestari. Penunjukkan kawasan hutan menjadi hutan desa adalah tepat, indikatornya adalah tidak terjadi illegal logging, kebakaran hutan dan keadaan hutan relatif baik
Kandungan Logam Berat Padatumbuhan, Tanah, Air, Ikan dan Udang di Hutan Mangrove
Analisis kandungan logam berat pada mangrove, tanah, air, ikan dan udang dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2010. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui jenis mangrove yang paling baik dalam menyerap polutan logam berat (Mg, Zn, Cd danAs) dan kandungan polutan dalam tanah, air, ikan dan udang yang hidup di perairan mangrove tersebut. Lokasi penelitian di hutan mangrove Cilacap, Jawa Tengah dan Taman NasionalAlas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya akumulasi terbesar Mg pada bagian daun dan akar, Zn terakumulasi pada bagian akar dan daun sedangkan Cd pada bagian daun dan akar,As pada bagian daun dan batang mangrove yang dekat dengan sumber pencemar. Dalam menyerap zat pencemar jenis (Forsk.) Vierh. lebihbaikdari Blumedan C.B.Rob.,hal ini ditunjukkan oleh aku mulasi zat tersebut pada bagian pohon. Akumulasi dari keempat logam berat disubstrat terkonsentrasi pada jarak 0-500 m dari sumber pencemar yaitu Zn dan Cd 2.262,96 ppm dan 5,8 ppm di Cilacap;51,31 ppm dan 3,5 ppmdi TNAP. Kandungan Mg diperairan dermaga wisata TNAP akumulasinya sebesar 5.841,5ppm lebih tinggi dibandingkan dengan di Cilacap. Kandungan zat pencemar Mg terbesar terakumulasi pada udang yaitu sebesar 82,63 ppm, ikan blanak sebesar 60,30 ppm di lokasi sekitar kilang minyak Cilacap. Akumulasi Mg pada udang lebih besar (sepuluhkali) dibandingkan dengan udang yang terdapat di TNAP, ikan bl anak kandungan zat pencemar Mg4,5kali lebih besar di Cilacap dibandingkan dengan TNA
Sebaran Dan Potensi Keruing (Dipterocarpus Spp.) Di Pulau Siberut, Sumatera Barat
Distribution and Potency of Keruing (Dipterocarpus spp.) on the Island of Siberut, West Sumatra. Nur. M. Heriyanto and M. Bismark. Distribution and potency of Dipterocarpus spp. (keruing) were studied in Siberut Biosphere Reserve area, covering Sot Boyak and Bekemen forest village, Siberut National Park, West Sumatra. Six research plots of 50 m x 50 m (0.25 ha) were laid down. The results showed that Dipterocarpus spp. density at the tree level were 31 trees/ha at Sot Boyak and 38 trees/ha at Bekemen forest village with important value index of 63.83% and 77.54% respectively. The strongest association of other trees to Dipterocarpus spp. were Hopea dryobalanoides Miq., Baccaurea bracteata Muell. Arg. and Endospermum diadenum Miq. as reflected respectively by 0.69, 0.67 and 0.56 of Ochiai index. Dipterocarpus spp. were commonly located on the slopes and ridges. The best grouping was on 50-59% Slopes. Slope relationship with the population distribution of Dipterocarpus spp. showed by the equation of Y = 5.83 ln (x) + 3.44 with R2 = 0.90. Regeneration of Dipterocarpus spp. in natural forest is highly dependent on the recruitment population. Saplings recruitment population was 556 individuals/ha, and seedling was 3,434 individual/ha
Keragaman Jenis Tumbuhan Di Cagar Alam Gunung Celering
Plant Diversity in the Mount Celering Nature Reserve. Titi Kalima and Nur M. Heriyanto. Study of the plant species diversity in the Nature Reserve of Mount Celering (CAGC) Jepara, Central Java, was carried out from April to May 2008, with aimed to get information about plant diversity after natural disasters and encroachment. The method used was the checkered path with length of 500 m and width of 20 m, made of three lines cut slopes. The research was found 32 species, 29 genera, and 21 families. Tree level was dominated by Hibiscus macrophyllus Roxb. (IVI = 26.75%), Artocarpus elasticus Blume (IVI = 26.53%), and Alseodaphne umbelliflora Blume. (IVI = 22.75%). Saplings by Syzygium acuminatissimum (Blume) A.DC. (IVI = 23.86%), Dipterocarpus hasseltii Blume (IVI = 18.71%), and Artocarpus elasticus Blume (IVI = 18.52%). Six species of endangered trees were Alstonia scholaris (L.) R.Br., Alstonia angustifolia Wall, D. hasseltii Blume, Parkia javanica (Lamk.) Merr., Stelechocarpus burahol Hk.f.et Th., Sterculia cordata Blume
Studi Ekologi Dan Potensi Geronggang (Cratoxylon Arborescens Bl.) Di Kelompok Hutan Sungai Bepasir-Sungai Siduung, Kabupaten Tanjung Redeb, Kalimantan Timur
These studies were conducted in September 2004 by using square inventory (1,000 x 1,000 m on 100 ha) and divided into 5 strips measuremences which laid down by purposive systematic sampling. Observation within the transect were on stage of tree, pole, sapling, and seedling measured. Predominant species were meranti (Shorea spp.) with INP 38.3%, pisangpisang (Mezzetia parviflora) INP 26.6%, and mertibu (Dacrylocladus stenostachys) INP 23.2%. The tree stages of geronggang was INP 8.8%, poles stage INP 6.5%, sapling stage INP 9.5%, and seedling stage INP 10.8%. Geronggang is closely related to rengas (Gluta renghas) with Ochiai index 0.48, pisang-pisang (M. parviflora) 0.47, and terentang (Campnosperma auriculata) 0.46. However, this species did not associate with kelansau (Dryobalanops abnormis) 0.09, kayu malam (Diospyros bantamensis) 0.11, and kenari (Canarium caudatum) 0.12
Potensi Hutan Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara, Sangata, Kalimantan Timur untuk Penangkaran Rusa Sambar (Rusa Unicolor)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi areal hutan reklamasi bekas tambang batu bara di PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebagai habitat penangkaran rusa. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April tahun 2015 berlokasi di PT KPC Kabupaten Sangata, Provinsi Kalimantan Timur. Pengumpulan data tumbuhan bawah dan biomasnya serta vegetasi pohon dilakukan dengan analisis vegetasi dengan petak contoh ukuran 1 m x 1 m untuk tumbuhan bawah dengan jarak antarplot 50 m, untuk vegetasi tingkat pohon ukuran plot 50 x 50 m, jarak antarplot 100 m. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kerapatan pohon pada tiga lokasi pengamatan berkisar antara 256 pohon per hektar sampai 416 pohon per hektar sedangkan perkiraan daya dukung untuk rusa berkisar antara 4 ekor per hektar sampai 19 ekor per hektar. Areal reklamasi bekas tambang batu bara di PT KPC memenuhi syarat sebagai habitat penangkaran rusa
Status Kelangkaan Jenis Pohon di Kelompok Hutan Sungai Lekawai-Sungai Jengonoi, Sintang, Kalimantan Barat
Penelitian status kelangkaan jenis pohon di kelompok hutan Sungai Lekawai - Sungai Jengonoi, Sintang, Kalimantan Barat, bertujuan untuk mengetahui status jenis pohon berdasarkan pada IUCN, untuk selanjutnya diambil langkah pelestariannya. Metode yang digunakan, yaitu penarikan contoh bertingkat dengan peletakan satuan contoh tingkat pertama secara terarah dan tingkat kedua secara sistematis. Dalam penelitian ditemukan 55 jenis pohon, 11 di antaranya termasuk kriteria langka IUCN, yaitu Dipterocarpus elongatus Foxw. (keruing), Hopea mengarawan Miq. (meranti batu), Shorea macroptera Dyer. (meranti kuning), Dryobalanops oblongifolia Dyer. (kapur), Shorea parvifolia Dyer., Agathis borneensis Becc. (damar), Eusideroxylon zwageri (ulin T.et.B.), Shorea laevis Ridl. (bangkirai), Cratoxylum arborescens BL. (geronggang), Alstonia angustifolia Hook.f. (pulai), dan Dacryodes rostrata H.J.L. (kemaisan). Pohon jenis Aquilaria malaccensis Lamk. (gaharu) telah masuk ke dalam status kelangkaan spesies dan kategori rawan menurut kriteria IUCN. Untuk itu spesies ini perlu dilestarikan
Kajian Tumbuhan Obat Akar Kuning (Arcangelisia Flava Merr.) di Kelompok Hutan Gelawan, Kabupaten Kampar, Riau
Kajian tumbuhan obat akar kuning (Arcangelisia flava Merr.) di kelompok hutan Gelawan, Kabupaten Kampar, Riau, dilakukan pada bulan April 2005. Penelitian ini menggunakan satuan contoh berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 km x 1 km (100 ha). Di dalam plot bujur sangkar dibuat 5 jalur ukur yang diletakkan secara sistematik dengan jarak antarjalur 200 m, lebar jalur 20 m panjang 1.000 m dan pada jalur ini dilakukan pengukuran semai, pancang, tiang, dan pohon. Jumlah satuan contoh dua buah plot. Hasil analisis vegetasi pada luas plot 20 ha, nilai indeks keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai di habitat akar kuning masing-masing adalah 2,98; 3,57; 2,86; dan 3,10. Ditemukan 19 jenis pohon berjumlah 28 individu yang dirambati oleh 33 batang akar kuning atau kepadatan 1,65 individu/ha berdiameter dan panjang rata-rata, yaitu sebesar 4,84 cm dan 17,18 m. Kerapatan pohon berdiameter lebih besar dari 20 cm di lokasi penelitian, yaitu sebesar 98,65 individu per hektar. Jenis balam berasosiasi dengan akar kuning paling erat (indeks asosiasi 0,43), kemudian diikuti oleh jelutung (0,31), keruing, dan terentang masing-masing sebesar 0,21. Tegakan yang mendominasi pada lokasi penelitian dengan INP di atas 15% dalam habitat akar kuning untuk tingkat pohon, yaitu keruing (Dipterocarpus costulasus V.sl.), meranti (Shorea parvifolia Dyer), balam (Palaquium hexandrum Engl.), terentang (Campnosperma auriculata Hook.f.), dan jelutung (Dyera costulata Hook.f.)
- …