8 research outputs found

    Studi Eksperimental Desain Kontraksi Wind Tunnel Bentuk Nosel Chamber Positif & Negatif

    Get PDF
    Penelitian ini membandingkan desain kontraksi wind tunnel dengan bentuk nosel chamber positif dan negative dengan beberapa parameter yang diteliti yaitu pengaruh geometri kontraksi Wind Tunnel yang berbentuk nosel chamber positif dan negatif, karakteristik medan aliran (velocity dan pressure) dari aliran, berapa nilai intensitas turbulen aliran udara. Desain Wind Tunnel pada tahap awal akan dilakukan modeling dengan simulasi komputer, yang berguna sebagai permodelan desain bentuk dan geometri yang paling baik dan optimal, dengan tinjauan berbagai aspek dan parameter aerodinamika sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga bagian-bagian utama terowongan angin seperti, honey comb, kontraksi, seksi uji, diffuser dan fan isap, akan dirancang memenuhi aspek aerodinamis. Studi eksperimental dilakukan untuk melihat dan mengidentifikasi fenomena aspek aerodinamis, dengan menggunakan model nosel bentuk chamber positif dan negatif yang berukuran skalatis dan dilakukan di dalam Wind Tunnel. Ujicoba dilakukan dengan metode eksperimen pada wind tunnel  pada tiga tingkat variasi kecepatan, yaitu; kecepatan rendah 4 m/s, kecepatan sedang 8 m/s dan kecepatan tinggi 12 m/s, menggunakan visualisai gambar dan dikombinasikan dengan pengukuran data variasi kecepatan aliran udara, agar dapat menghasilkan aliran kecepatan angin pada kisaran minimum dan maksimum di bagian seksi uji Wind Tunnel (rata-rata 0,5 ~ 8 m/s). pada nilai intensitas turbulensi yang paling rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum bentuk kontraksi nosel camber (-) memiliki performasi yang lebih baik pada kecepatan 6 m/s ke atas, karena luas area up-stream dan down stream yang sama sehingga selisih kecepatan yang dihasilkan dari kedua model uji menjadi sama, walaupun dengan nilai kecepatan hasil yang berebeda pada kecepatan input yang sama, di daerah up stream dan down stream terjadi ketidak seragaman kecepatan aliran, sehingga hasil ini menunjukan bahwa karakter aliran yang dihasilkan pada nosel (+) membentuk aliran yang tidak seragam kecepatannya dan Nosel (-) variasi kecepatan alirannya lebih seragam, ini menunjukkan bahwa karakter aliran yang dihasilkan pada nosel (-) lebih baik bila dibandingkan nosel (+).-------This study compares the design of wind tunnel contractions with positive and negative chamber nozzles with several parameters studied, namely the effect of wind tunnel contraction geometry in the form of positive and negative chamber nozzles, flow field characteristics (velocity and pressure) of the flow, what is the value of the turbulent intensity of air flow. In the early stages of the Wind Tunnel design, modeling with computer simulation will be carried out, which is useful as the best and optimal modeling of the shape and geometry design, with a review of various aspects and aerodynamic parameters according to research needs, so that the main parts of the wind tunnel such as honey comb, contraction, test section, diffuser, and suction fan, will be designed according to aerodynamic aspects, using a nozzle model of positive and negative chamber shapes with scalar size and carried out in the Wind Tunnel. The experiment was conducted using an experimental method in a wind tunnel at three levels of speed variation, namely; low speed 4 m/s, medium speed 8 m/s, and high speed 12 m/s, using image visualization and combined with measurement of airflow velocity variation data, to produce wind speed flow in the minimum and maximum range in the Wind test section. Tunnel (average 0.5 ~ 8 m/s) at the lowest turbulence intensity value. The results of this study indicate that in general, the contraction form of the chamber nozzle (-) has better performance at speeds of 6 m/s and above because the upstream and down-stream areas are the same so that the difference in velocity resulting from the two test models is the same, although with different results velocity values at the same input speed, in the upstream and downstream areas there is a non-uniform flow velocity, so this result shows that the flow character generated at the nozzle (+) forms a flow that is not uniform in speed and the nozzle (-) the variation of flow velocity is more uniform, this indicates that the flow characteristics produced at the (-) nozzle are better than the (+) nozzle

    VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran besar butir pasir cetak terhadap kekerasan dan kekuatan tarik coran scrap aluminium piston sepeda motor. Aluminium merupakan logam yang ringan (berat jenis 2.56 kg/m3 atau 1/3 berat jenis tembaga) kekuatan tarik maksimum dalam keadaan dingin 17 – 20 kg/cm 2 , dan titik cairnya 660ºC, sedangkan titik didihnya 1800°C. Variabel penelitian adalah besar butir pasir silika. Variasi besar butir pasir silika 140 mesh, 130 mesh, 120 mesh, 110 mesh, dan 100 mesh. Proses pengecoran dilakukan dengan cara mencairkan scrap aluminium piston sepeda motor, dilanjutkan dengan penuangan logam cair dalam cetakan pasir silika dengan tingkat kehalusan pasir 140 mesh, 130 mesh, 120 mesh, 110 mesh, dan 100 mesh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan kekasaran pasir silika menyebabkan kekerasan meningkat tetapi kekuatan tarik cenderung menurun. Kekerasan rata-rata tertinggi 84,90 HB pada 120 mesh, dan kekuatan tarik rata-rata tertinggi 14,92 kg/mm2 pada 130 mesh

    EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA 514.0

    Get PDF
    Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki efek perlakuan panas aging terhadap kekerasan dan ketangguhan impak paduan aluminium AA 514.0.Variabel penelitian adalah suhu aging. Variasi suhu aging 250°C, 300°C, 350°C, 400°C, dan 450°C. Proses aging dilakukan dengan cara memanaskan spesimen pada suhu 250°C, 300°C, 350°C, 400°C, dan 450°C dengan waktu tahan selama 1 jam, kemudian didinginkan di udara bebas hingga suhu kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan rata-rata tertinggi diperoleh pada raw material yaitu sebesar 35,5 kg/mm2. Kenaikan suhu aging menyebabkan kekerasan meningkat tetapi ketangguhan impak cenderung menurun. Nilai ketangguhan impak tertinggi diperoleh pada suhu aging 250°C sebesar 1,446 joule/mm.Kata Kunci: Suhu Aging, Kekerasan, Ketangguhan Impa

    PENENTUAN UMUR BANTALAN LUNCUR TERLUMASI BERDASAR LAJU KEAUSAN BAHAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk membuat perumusan teoritik umur bantalan luncur terlumasi berdasar volume keausan bahan bantalan yang saling kontak dengan pendekatan kajian pustaka menggunakan variabel-variabel linier maupun variabel pembagi yang berkaitan langsung dengan keausan bantalan, yang selama ini belum banyak dipakai sebagai salah satu penentuan umur bantalan luncur. Penelitian dilakukan dengan melakukan kajian perumusan, persamaanpersamaan, teori serta konsep-konsep keausan bahan dan pelumasan pada suatu kontak permukaan yang telah ada, yang bersumber  dari handbook ASM, text book, penelitian pada jurnal nasional maupun internasional. Pembuatan formulaatau persamaan ini mengacu pada persamaan keausan abrasif dengan memformulasikan  dengan persamaan maupun variabel-variabel keausan L, k, F, V, ξ dan A sebagai variabel linier serta C, ν, dan H sebagai variabel pembagi terhadap Va, untuk mendapatkan volume keausan. Keausan ini kemudian menjadi penentu umur bantalan luncur dengan konsep pengurangan ukuran bantalan akibat keausan terhadap kondisi standarnya, dengan menganggap keausan merata radial. Penelitian ini menghasilkan formula penentuan umur bantalan luncur terlumasi berdasar keausan bahan bantalan terlumasi, dengan pendekatan Va/t sebagai laju keausannya dan Vp, serta Vps. Va = +.,.-.../.01.2.3 , Va/t merupakan formula laju keausan yang didapat, penentuan umur dengan melakukan pengurangan ∆V = Vs - Vps , Vs : volume standar awal bantalan, Vps : volume tersedia. Sehingga umur  t adalah waktu yang dapat ditentukan dari selisih volume standar terhadap laju volume Va/t,   t = ∆,,&5
    corecore