8 research outputs found

    Potensi antibiofilm fraksi daun bintaro(Cerbera odollam) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538

    No full text
    Biofilm Staphylococcus aureus adalah pertahanan Staphylococcus aureus terhadap antibiotik, sehingga Staphylococcus aureus menjadi resisten terhadap antibiotik. Penelitian tentang bahan alam sebagai antibiofilm sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibiofilm fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun bintaro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 serta mengetahui golongan senyawa apa dalam fraksi aktif daun bintaro yang mempunyai aktivitas antibiofilm. Metode maserasi dengan pelarut etanol 96% digunakan untuk ekstraksi daun bintaro, lalu difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan air. Setiap fraksi diuji antibiofilm pada microplate mulai konsentrasi 300000 ppm dengan pengenceran berderet. Antibiotik pembanding yang digunakan dalam penelitian adalah tetrasiklin HCl dengan konsentrasi 1500 ppm dengan pengenceran berderet. Pembacaan uji antibiofilm dibantu dengan larutan kristal violet 1% pada panjang gelombang 595 nm dengan metode spektrofotometri. Data hasil pengujian aktivitas antibiofilm fraksi daun bintaro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 berupa % penghambatan biofilm. Persen penghambatan biofilm terbesar pada fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air berturut-turut 73,05% (4687,5 ppm), 97,25% (150000 ppm), dan 96,289% (75000 ppm). Fraksi etil asetat sebagai fraksi dengan aktifitas terbesar daun bintaro menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin steroid, tanin/polifenol, dan saponin triterpenoid

    Potensi antibiofilm fraksi daun bintaro(Cerbera odollam) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538

    Get PDF
    Biofilm Staphylococcus aureus adalah pertahanan Staphylococcus aureus terhadap antibiotik, sehingga Staphylococcus aureus menjadi resisten terhadap antibiotik. Penelitian tentang bahan alam sebagai antibiofilm sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibiofilm fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun bintaro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 serta mengetahui golongan senyawa apa dalam fraksi aktif daun bintaro yang mempunyai aktivitas antibiofilm. Metode maserasi dengan pelarut etanol 96% digunakan untuk ekstraksi daun bintaro, lalu difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan air. Setiap fraksi diuji antibiofilm pada microplate mulai konsentrasi 300000 ppm dengan pengenceran berderet. Antibiotik pembanding yang digunakan dalam penelitian adalah tetrasiklin HCl dengan konsentrasi 1500 ppm dengan pengenceran berderet. Pembacaan uji antibiofilm dibantu dengan larutan kristal violet 1% pada panjang gelombang 595 nm dengan metode spektrofotometri. Data hasil pengujian aktivitas antibiofilm fraksi daun bintaro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 berupa % penghambatan biofilm. Persen penghambatan biofilm terbesar pada fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air berturut-turut 73,05% (4687,5 ppm), 97,25% (150000 ppm), dan 96,289% (75000 ppm). Fraksi etil asetat sebagai fraksi dengan aktifitas terbesar daun bintaro menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin steroid, tanin/polifenol, dan saponin triterpenoid

    Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan jalan Karang Menjangan nomor 20 Surabaya 05 Juni – 07 Juni 2018

    Get PDF

    Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan jalan Karang Menjangan nomor 20 Surabaya 05 Juni – 07 Juni 2018

    No full text
    corecore