32 research outputs found
PEMODELAN AIRTANAH DAN NERACA AIRTANAH DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA OPEN PIT PADA LIPATAN SINKLIN DI DAERAH MUARA LAWA, KABUPATEN KUTAI BARAT, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Perubahan tata guna lahan berdampak pada ketersediaan airtanah baik secara kualitas maupun kuantitas. Struktur geologi dan aktivitas penambangan batubara open pit sangat mempengaruhi perubahan pola aliran airtanah. Kondisi seperti ini terjadi pada lokasi penambangan batubara open pit yang berada di kecamatan Muara Lawa yang menjadi daerah model penelitian. Secara metodologis, penelitian ini menggunakan kajian pendekatan dari kondisi hidrogeologi, hidrologi, dan kondisi batas hidrogeologi. Hasil dari penelitian menjelaskan, bahwa Formasi yang berkembang daerah penelitian yaitu, terdiri dari Formasi Pulaubalang, Pamaluan, dan Balikpapan dengan struktur Sinklin Lampanan, dengan sumbu sinklin yang membentang dari timur laut menuju ke barat daya. Hasil kajian hidrogeologi terungkap, bahwa daerah penelitian masuk dalam sistem akuifer batuan sedimen terlipat yang terdiri dari tujuh lapisan akuifer yang berselang-seling antara akuitar, akuifer, dan lapisan dasar berupa akuiklud. Daerah model penelitian dibatasi oleh Sungai Lawa dan Sungai Perak, serta batas pemisah airtanah (utara dan selatan). Pada analisis tipe akuifer, daerah model termasuk kategori akuifer semi tertekan dengan dominasi akuitar. Perubahan morfologi dan geologi akibat aktivitas penambangan batubara open pit berpengaruh terhadap perubahan aliran airtanah, antara lain: daerah pit tambang yang mengalami penurunan elevasi sampai -60 m dpl dan penambahan elevasi hingga 40 m pada daerah disposal. Kondisi ini berdampak perubahan pola arah aliran airtanah ke arah pit dan penurunan muka airtanah piezometrik dan kenaikan neraca airtanah hampir lima kali lipat dari kondisi alami ke kondisi penambangan aktif yang disebabkan perubahan tata guna lahan dan hidrostratigrafi
HIDROGEOKIMIA AIRTANAH PADA KAWASAN KARST BIDUK-BIDUK, KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Provinsi Kalimantan Timur mempunyai kondisi geologi yang beraneka ragam, salah satunya kawasan karst Biduk-Biduk yang didominasi batugamping. Karst Biduk-Biduk berada di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau. Sejalan dengan perkembangan industri semen di Indonesia yang memerlukan bahan baku utama batugamping, maka diperlukan kajian ilmiah mengenai potensi batugamping pada kawasan karst ini apabila akan dimanfaatakan. Tujuam penelitian ini yaitu, untuk mengetahui geokimia batugamping, fasies airtanah, dan tipe karst daerah Biduk-Biduk. Daerah Biduk-Biduk mempunyai geomorfologi karst yang unik, yaitu dataran karst, perbukitan karst, dan teras pantai. Berdasarkan geologi regional formasi batugamping banyak dijumpai pada Formasi Kuaro, Golok, Lembak, dan Tabular. Mineral utama yang dijumpai pada batugamping daerah penelitian adalah Kalsit (CaCO3), Aragonite (CaCO3), Dolomite (CaMg(CO)3)2, dan Chalsedony (SiO2). Kajian hidrogeokimia dipengaruhi oleh proses lingkungan pada airtanah (kualitas) dan geokimia (mineral) batuan yang mempengerahui kualitas dari air. Metode penelitian menggunakan metode induktif, yaitu menarik kesimpulan dari data kajian geologi, kajian geomorfologi, kajian geokimia, dan kualitas airtanah. Selain itu, dilakukan pula analisis mineral sampel batugamping dengan XRD dan XRF serta analisis kimia unsur utama untuk airtanah. Hasil analisis mineralogi yang menggunakan XRD di Laboratorium Pusat Survei Geologi, Bandung, menghasilkan analisis, bahwa mineral yang mendominasi batugamping adalah mineral kalsit kemudian diikuti oleh mineral kuarsa. Mineral kuarsa dijumpai pada sampel batugamping yang ada di permukaan dan di bawah permukaan. Berdasarkan hasil analisis geokimia (XRF) batugamping Biduk-Biduk dari Laboratorium Pusat Geologi, Bandung, memperlihatkan persentase CaO2 sampel batuan yang berasal dari batugamping permukaan dan bawah permukaan mempunyai rata-rata di atas 49%, kategori kekerasan karbonat lebih dari 50%, dan sifat kimia airtanah didominasi oleh alkali tanah dan basa dengan elemen mayor CaO dan SiO2Â
Hydrogeology of Karang Mumus Watershed in Samarinda, East Kalimantan Province, Indonesia
Samarinda is part of an anticlinorium, which is marked by the existence of many anticlines. In addition, various types of rock and aquifer can be found in the city due to the uniqueness of geological structure of the area. Nevertheless, the literature are lacking attention of hydrogeological condition of this area. This research aims to determine the hydrogeology of the Karang Mumus watershed, particularly in relation to its geology and land use conditions. The research uses an inductive method, with an analytical approach consisting of a study of the land use, hydrological conditions, geology, geomorphology and hydrogeology. The Karang Mumus watershed can be divided into three hydrogeological layers: (1) an aquitard layer, the top layer, which has a hydraulic conductivity of 4.3 Ă— 10-6 m/sec, and is dominated by siltstone; (2) an aquifer layer in the middle, with a hydraulic conductivity of 2.6 Ă— 10-4 m/sec, dominated by sand and sandstone; and (3) an aquiclude layer occupying the lower layer, with a hydraulic conductivity of 1.6 Ă— 10-11 m/sec, and which is dominated by claystone
Groundwater Effect on Slope Stability in Open Pit Mining: a Case of West Kutai Regency, East Kalimantan, Indonesia
The stability of open pit slopes in Biangan district, West Kutai Regency, East Kalimantan Province, is greatly influenced by groundwater conditions. The existence of groundwater reduces the shear strength of the materials which causes a decrease in the stability value of pit slopes. The main objective of this study is to assess the impact of groundwater on the stability of the low wall and high wall pit mining. Groundwater modeling is used to determine the prediction of groundwater level on the pit slope which determines the value of the slope stability. Slope stability analysis in this study was performed using the Finite Element Method, producing output in the form of strain zones, deformation and displacement values. Therefore, the Strength Reduction Factor (SRF) approach was used, which is a gradual reduction of shear strength until the values of cohesion and friction angles reach minimums and the slopes are at a critical state. Groundwater modeling results indicate that groundwater flows to the Biangan river with hydraulic heads between 76 and 108 meters above sea level. Based on the analysis using the Finite Element Method, the stability values of the pit slopes, which are influenced by groundwater, are 0.65 on the low wall and 1.40 on the high wall. The total displacements are 0.019 meters on the low wall and 0.002 meters on the high wall. The impact of groundwater on the slope is an increase in the slope load. This increases the materials’ thrust and reduces the shear strength of the materials which reduces the rock mass that can function as a water seepage path. Thus, the recommendation for low wall pit construction is a safety factor of 7.79 with a total displacement of 0.020 meters
PENERAPAN SISTEM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MENGGUNAKAN METODE SWOT DI PERUSAHAAN PT. ANSAF INTI RESOURCES
Latar belakang: Dalam aktivitasnya PT. Ansaf tentunya mengharapkan agar tujuan penerapan keselamatan dan Kesehatan kerja dapat tercapai tanpa kendala. Bukan hal yang mudah untuk mencapai tujuan tersebut karena banyak hal yang harus diperhatikan terlebih lagi kendala yang akan menghambat.Perencanaan strategis merupakan proses penyusunan perencanaan jangka Panjang. Karena itu, prosesnya lebih banyak menggunakan proses analisis yang tujuannya untuk menyusun strategi sehingga sesuai dengan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Tujuan: Untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja pada PT. Ansaf. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang diambil adalah data primer berupa hasil wawancara dari key informan dan informan serta hasil pengamatan langsung di lapangan. Hasil: Hasil penelitian membuktikan bahwa perencanaan K3 yang dilakukan di PT. Ansaf belum membuat rencana yang lengkap dan strategis K3 yang diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja. Akan tetapi perusahaan mempunyai prosedur terdokumentasi yang mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada tahap melakukan perencanaan
ANALISIS SISTEM PENIRISAN TAMBANG DI PIT S12GN PADA PT. KITADIN SITE EMBALUT KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur banyak sekali terdapat perusahaan pertambangan yang menggali dan memanfaatkan batubara sebagai salah satu komoditas ekspor. Salah satu perusahaan tambang yang berusaha memanfaatkan batubara tersebut adalah PT. Kitadin, site Embalut. Adapun Aktivitas penambangan yang dilaksanakan oleh PT. Kitadin, site Embalut, adalah tambang batubara yang menggunakan sistem tambang terbuka. Dari hasil perhitungan data curah hujan yang terjadi pada tahun 2007-2016 diperoleh curah hujan rencana sebesar 77,07 mm/hari, dan intensitas curah hujannya sebesar 12,18 mm/jam untuk periode 10 tahun. Penentuan luas catchment area Pit S12GN menggunakan software Minescape 4.1.1.8. Pada area penelitian dalam hal ini Pit S12GN diketahui memiliki luas sekitar 114,34 Ha (1,11434 Km2). Debit limpasan yang dihasilkan oleh hujan rencana dalam suatu area tangkapan hujan yang akan masuk dalam sarana penyaliran yang akan dibuat adalah 2,86 m3/detik. Volume sumuran yang diperlukan dengan menggunakan pompa DND 150 dan DND 100 yang memiliki total kapasitas pompa aktual sebesar 379 m3/jam adalah 20.346,8 m3. Total head pompa DND 150 yang dibutuhkan untuk mengalirkan air sebesar 101,023 m, sedangkan total head pompa DND 100 sebesar 87,67 m. Air limpasan yang masuk ke dalam minesump saat terjadi hujan diperkirakan sebesar 28.684,8 m³/hari, dengan durasi pemompaan selama ± 3,4 hari menggunakan 2 pomp
Kajian hidrologi dan hidrogeologi daerah penambangan, studi kasus lipatan sinklin di Sungai Mahakam, Kutai Kartanegara , Provinsi Kalimantan Timur
Changes in land use due to open pit mining operations, indirectly affect the hydrological cycle. Open pit mining operations, especially the open pit method, greatly affect subsurface conditions, such as lithology and hydrogeology. The purpose of this study was to analyze the hydrological and hydrogeological conditions before mining on syncline folds in the Mahakam river. This research is an inductive research with an analytical approach which includes the study of land use, hydrological conditions, geology, and hydrogeology. The land use of the research area is dominated by plantations (84%) with a rain catchment area of ​​995.9 hectares. The results of the hydrological analysis yielded daily rainfall values ​​with a 5-year recurrence of 208.4 mm, annual rainfall of 2.177.32 mm, runoff 238.63 mm/yr, evapotranspiration 1,031.16 mm/yr and groundwater recharge 907.53 mm/th. The lithology of the study area is dominated by sandstone and clayey siltstone. The results of the aquifer test (pumping test) showed that the average K value (hydraulic conductivity) of sandstone was 1.33 × 10-2 m/s and claystone was 6.77 × 10-10 m/s. The results of the hydrogeological analysis show that the top layer is an aquitard, below it is an aquifer, then an aquitard, and the bottom is an aquiclude. The type of aquifer in the study area is classified as semi confined aquife
HIDROGEOLOGI PRA PENAMBANGAN BATUBARA BLOK 28, 29, 30 PT. TRUBAINDO COAL MINING, KECAMATAN DAMAI, KABUPATEN KUTAI BARAT, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Airtanah merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi manusia. Semua orang tahu, bahwa tanpa air maka tidak akan ada kehidupan. Pada dasarnya, selain pertambangan batubara memberikan manfaat ekonomi langsung, tidak dipungkiri pertambangan juga berpotensi menyebabkan gangguan lingkungan, termasuk fungsi lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui dan memahami kondisi hidrogeologi pra penambangan batubara blok 28, 29, 30 PT. Trubaindo Coal Mining, kecamatan Damai, kabupaten Kutai Barat, provinsi Kalimantan Timur, maka dilakukan analisis hidrologi dan hidrogeologi. Hasil analisis hidrologi daerah penelitian dengan luas daerah aliran sungai 16 km² memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2416,5 mm/Tahun dan temperatur rata-rata tahunan 29,5 °C. Daerah penelitian mayoritas kawasan hutan memiliki nilai evapotranspirasi 1146,6 mm/Tahun dengan air limpasan 369,6 mm/Tahun serta imbuhan 900,3 mm/Tahun. Selain itu, hasil analisis hidrogeologi didapatkan jenis akuifer bocor dan akuifer tertekan serta interaksi airtanah sebagai daerah imbuhan dengan aliran yang menerima air dari zona kejenuhan
PERANCANGAN SISTEM PENGANGKUTAN BATUBARA MENGGUNAKAN PIPA DALAM SKALA LABORATORIUM
Pengangkutan batubara dari stockpile ke pelabuhan atau ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan truk, kereta api, dan tongkang masih menjadi pilihan utama di Indonesia, akan tetapi seiring dengan meningkatnya permintaan batubara yang tidak diiringi dengan ketersediaan infrastruktur jalan angkut. Untuk itu maka dalam penelitian ini akan di lakukan cara aletrnatif pengangkutan batubara dengan menggunakan pipa dalam skala laboratorium. Hal yang dilakukan pertama adalah pembuatan coal slurry dengan menggunakan metode Upgrade Brown Coal (UBC) yaitu dengan menggoreng batubara menggunakan campuran minyak tanah, minyak jelantah dan batubara dengan suhu 160 ºC dilakukan selama 1 jam dan membuat variasi campuran dengan komposisi 50 gram, 100 gram, 150 gram, 200 gram, dan 250 gram untuk Formasi Balikpapan dan untuk Formasi Pulaubalang. Hasil pengujian viscositas dan pengaruhnya terhadap debit aliran slurry diketahui bahwa pengujian viscositas menggunakan viscometer diperoleh nilai tertinggi 14,8 cP pada komposisi batubara 250 gram dan terendah 10,3 cP pada komposisi batubara 50 gram. Dengan nilai viscositas yang rendah mempunyai debit aliran fluida yang tinggi terdapat pada coal slurry  komposisi campuran batubara 50 gram yang mempunyai viscositas 10,3 cP dan debit aliran slurry 0,000142 /s dan nilai viscositas yang tinggi mempunyai debit aliran fluida yang rendah terdapat pada coal slurry komposisi campuran batubara 250 gram yang mempunyai viscositas 15,0 cP dan debit aliran slurry 0,000114 /s