7 research outputs found
Ekstraksi Oleoresin dari Jahe
Jahe adalah salah satu tanaman rempah yang digunakan sebagai bumbu masakan dan obat-obatan. Selama
penyimpanan, jahe dapat mengalami pengeriputan, perkecambahan, dan pencemaran oleh berbagai mikroba.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka jahe diolah dalam bentuk oleoresin.
Dalam penelitian ini, oleoresin jahe dibuat dari jahe putih besar dengan ekstraksi solven organik. Variabel yang diteliti adalah variasi jenis solvent dan waktu perendaman jahe. Solvent yang digunakan adalah etanol dan n-heksana, dan waktu perendamannya divariasi selama berkisar 0-30 jam. Ekstraksi dilakukan pada jahe putih besar berukuran cmxcmxcm, sebanyak 50 g. Perbandingan massa jahe terhadap volume solvent yaitu 1:4.
Ekstraksi dilakukan selama 6 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Hasil ekstraksi merupakan campuran
antara fixed oil dan minyak atsiri yang mudah menguap. Oleorein jahe berwarna kuning cerah, kuning sampai coklat gelap.
Oleoresin yang dihasilkan masih mengandung sisa solvent. Pemurnian oleoresin jahe menggunakan alat rotary evaporator, di mana oleoresin dapat dipisahkan dari sisa solvent. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstraksi menggunakan etanol menghasilkan yield yang lebih tinggi dibandingkan ekstraksi menggunakan nheksana.
Untuk semua jenis solvent yang digunakan dalam ekstraksi, semakin lama waktu perendaman potongan jahe maka oleoresin yang terekstrak semakin banyak. Kondisi optimum diperoleh pada ekstraksi jahe menggunakan etanol dan perendaman 30 jam dengan yield 85,40%
Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik Alami
Dewasa ini masyarakat semakin memperhatikan kebersihan diri dikarenakan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri maupun kuman. Salah satu sarana untuk membersihkan diri adalah sabun. Bentuk sabun yang saat ini diminati oleh masyarakat adalah sabun kertas karena praktis dan mudah digunakan. Biasanya dalam sabun ditambahkan zat aktif seperti triclosan untuk membunuh bakteri, namun triclosan berdampak negatif bagi tubuh. Lidah buaya mengandung saponin yang berfungsi sebagai antibakteri alami. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses terbaik menggunakan minyak kelapa dan minyak
jagung; variasi jumlah NaOH; dan variasi jumlah lidah buaya yang menghasilkan sabun dengan daya antiseptik terbaik untuk kemudian dibuat menjadi sabun kertas.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada uji lempeng total, tangan yang telah diolesi dengan lidah buaya memiliki bakteri lebih sedikit dibandingkan dengan tangan yang tidak diolesi dengan lidah buaya. Hal ini membuktikan bahwa lidah buaya memiliki kemampuan antiseptik untuk menggantikan triclosan. Tetapi sabun dengan lidah buaya memiliki kemampuan lebih baik dalam membunuh bakteri. Sabun dengan hasil terbaik ditentukan dengan membandingkan sabun hasil penelitian dengan sabun komersial. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sabun dari minyak kelapa dengan jumlah NaOH 8 gram dan lidah buaya 20 mL merupakan sabun yang memiliki karakteristik sabun yang sesuai dengan standar dan memiliki jumlah bakteri paling sedikit
Pengaruh Waktu Simpan terhadap Kualitas Soyghurt dengan Penambahan Gula dan Stabiliser
Kedelai merupakan salah satu contoh kacang-kacangan yang dapat diambil sarinya. Sari kedelai atau biasa disebut dengan susu kedelai, kaya akan protein dan rendah lemak, sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita lactose intolerance dan vegetarian. Salah satu contoh produk olahan susu dari kacang-kacangan adalah soyghurt. Soyghurt merupakan susu kedelai yang telah difermentasikan dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh waktu simpan dan jenis stabiliser terhadap kualitas soyghurt. Metode yang digunakan untuk pengolahan susu kedelai adalah metode fermentasi. Susu kedelai disterilkan terlebih dahulu pada suhu 70oC selama 15 menit, lalu didinginkan sampai suhu sekitar 43oC, kemudian difermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus selama 14 jam, dan kemudian disimpan dalam lemari es sampai 288 jam. Setiap selang waktu 24 jam, terhadap soyghurt tersebut dilakukan uji kualitas. Dari penelitian disimpulkan bahwa usia bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus adalah 18 jam, dengan waktu fermentasi soyghurt selama 14 jam. Soyghurt dengan penambahan gelatin diperoleh bahwa waktu simpan terbaik 7 hari, sedangkan soyghurt dengan penambahan CMC diperoleh bahwa waktu simpan terbaik 9 hari. Dengan semakin bertambahnya waktu penyimpanan, maka jumlah koloni bakteri akan semakin banyak, harga pH akan semakin rendah, titratable acidity (TA) akan semakin tinggi
Pengaruh Waktu Simpan terhadap Kualitas Soyghurt dengan Penambahan Susu Bubuk
Di Indonesia, pemanfaatan kedelai masih sangat terbatas, yaitu sebagai makanan tradisional seperti: tempe, tahu, dan susu kedelai. Padahal, kedelai memiliki kandungan protein cukup tinggi, dan setara dengan susu sapi. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan lain, seperti pengolahan kedelai menjadi soyghurt (yoghurt dari susu kedelai). Sekarang ini peranan minuman probiotik seperti yoghurt sangat luas. Selain untuk memperlancar sistem pencernaan, yoghurt juga berperan sebagai makanan pelengkap bernutrisi tinggi. Untuk itu perlu diteliti apakah dengan adanya substitusi susu sapi dengan susu kedelai sebagai bahan baku pembuatan yoghurt dapat mempertahankan fungsi yoghurt sebagai makanan probiotik. Dalam pembuatan soyghurt, perlu ditambahkan substrat karbon sebagai sumber nutrisi bagi Bakteri Asam Laktat (BAL) yang memfermentasi susu kedelai karena susu kedelai tidak mengandung laktosa. Adapun substrat karbon yang ditambahkan pada penelitian ini adalah susu bubuk full cream, dan susu bubuk skim. Dalam soyghurt perlu diperhatikan kestabilan sistem emulsinya, sehingga perlu ditambahkan gelatin sebagai bahan penstabil.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu simpan terhadap kualitas soyghurt dengan penambahan susu bubuk krim atau skim yang ditinjau dari jumlah koloni bakteri, titratable acidity, dan pH. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis organoleptik untuk waktu simpan mula-mula, terbaik dan maksimum. Analisis ini merupakan faktor penunjang untuk menentukan kualitas soyghurt
Ekstrasi Kafeina dari Serbuk Kopi Java Robusta dengan Pelarut Minyak Jagung
Kopi menjadi salah satu minuman yang sangat digemari oleh masyarakat baik kalangan muda maupun dewasa. Kopi Java Robusta merupakan salah satu jenis kopi lokal yang mempunyai kadar kafeina tertinggi yang memiliki dampak negatif bagi konsumen. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka dibutuhkan cara untuk mengurangi kadar kafeina yaitu dengan cara ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh waktu ekstraksi dan perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung terhadap jumlah kafeina terekstrak dan kondisi proses ekstraksi. Selain itu juga untuk membandingkan kadar
kafeina pada serbuk kopi setelah ekstraksi dengan produk kopi dekafeinasi komersial. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu 100oC dengan variasi perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung dan waktu ekstraksi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin besar perbandingan massa serbuk kopi dengan volume pelarut minyak jagung dan semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak kafeina yang terekstrak. Kondisi maksimum proses ekstraksi didapatkan pada perbandingan 1:15 g/mL dan waktu ekstraksi 90 menit dengan % kafeina terekstrak sebesar 41,33%
Pengaruh Rasio Massa Biji dan Volume Air dan Suhu Ekstraksi terhadap Ekstraksi Biji- Bijian dalam Pembuatan Susu Nabati
Susu nabati merupakan produk susu alternatif bagi yang memiliki alergi terhadap laktosa dari susu hewani. oleh karena itu, dibutuhkan susu nabati dengan kandungan gizi yang tinggi. Kandungan nutrisi dari susu yang dibutuhkan oleh tubuh adalah protein, lemak, dan karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh rasio massa biji:volume air dan suhu ekstraksi terhadap persen protein, lemak, dan karbohidrat terekstrak pada proses pembuatan susu nabati. Selain itu juga membandingkan kandungan protein, lemak dan karbohidrat dari berbagai macam bahan baku susu nabati (kedelai, saga, biji bunga matahari dan biji beras). Pengolahan bahan baku menjadi susu nabati dilakukan dengan cara merendam biji buah saga, beras, biji kedelai, atau biji bunga matahari dengan larutan soda kue dengan konsentrasi 0,5% untuk membersihkan bahan baku dari pestisida. Hasil penggilingan biji diekstraksi dengan air sebagai pelarut, kemudian disaring untuk memisahkan ampas dengan susu. Ampas ekstraksi dianalisa kadar protein dengan metode Kjeldhal, kadar karbohidrat dengan metode DNS, dan kadar lemak dengan menggunakan Soxhlet. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa rasio pelarut 1:3 sampai 1:5, menghasilkan persentase protein, lemak, dan karbohidrat yang terekstrak semakin meningkat dari 20% menjadi 50%. Pada suhu ekstraksi 30oC sampai 70oC, semakin tinggi suhu, semakin meningkat persentase protein, lemak, dan karbohidrat yang terekstrak dari 20% menjadi 50%. Pada rasio 1:5, persentase protein terekstrak terbanyak didapat dari biji bunga matahari, persentase lemak terekstrak terbanyak dari beras, sedangkan persentase karbohidrat terekstrak terbanyak dari biji bunga matahari. Pada suhu 70oC didapatkan persentase protein dan karbohidrat terekstrak terbanyak dari biji bunga matahari, sedangkan persentase lemak terekstrak terbanyak dari kedelai. Berdasarkan kandungan protein dan lemak pada susu hasil percobaan, didapatkan susu yang memenuhi kedua parameter dalam SNI susu sapi dan susu kedelai adalah biji bunga matahari
FEDSM2002-31364 MECHANISM OF BREAKAGE OF DROPS IN OIL-WATER DISPERSION IN KENICS MIXER
ABSTRACT The mechanism of breakage in the turbulent flow in Kenics mixer has been investigated theoretically and experimentally. Drops trajectories (as a function of drop size and Re number) in the mixer were calculated using particle/drops tracking model and areas in the mixer where drops were exposed to the highest energy dissipation rate were identified. The calculated trajectories were experimentally verified in a glass Kenics mixer and the drop deformation/breakage was analyzed using high-speed video camera. The results indicate that even in turbulent flow, the mechanism of drop breakage depends on the Re number and position in the mixer